Tak berselera aku melanjutkan perdebatan dengan Pak Han, lihatlah dinding kamar kami akan berbisik menyampaikan pertengkaran kami kedinding disebelahnya. Aku malu jika esok pagi jadi gunjingan tetangga karena ribut dengan Pak Han, biarlah rasa kesal yang menggunung dalam hati kupendam saja, kesal dan malu sebenarnya beriringan, tapi aku memilih untuk diam, kesal ini akan berlalu jika kubawa tidur.....
Kubalikkan posisi membelakangi Pak Han, kupikir sudah saat nya aku kembali bekerja untuk memenuhi kebutuhanku dan Raja, sekalian berjaga-jaga jika suatu hari Pak Han meninggalkanku. Galau kurasakan kembali, malunya aku jika harus menjanda lagi...
"Ratih....aku mencintaimu, jangan curigai aku akan kembali ke mantanku" bujuk Pak Han melunak dan memeluk pinggangku. Bujukan Pak Han tak lagi mempan meraba hatiku, aku terlanjur kecewa dan terluka. Aku tau Pak Han berdusta....terlalu banyak janji-janji yang tidak dia tunaikan. Aku lelah dengan hidupku..asaku akan hidup tenang dan bahagia bersamanya tinggal angan semu, rasanya terlalu takut bagiku untuk kembali membangun mimpi bersamanya.
Aku diam dan akhirnya terlelap dan terbangun ketika kulihat Pak Han sudah mandi dan sedang mencari pakaiannya dilemari. Biasanya aku yang menyiapkan saat dia sedang mandi, sekarang dia bingung sendiri dimana letak pakaian yang sudah kutata rapi dalam lemari yang akan dipakainya.
"Tih, singletku mana??" Pak Han bertanya setelah berkali-kali membuka lemari, aku bangkit dari tempat tidur dan berjalan kearah lemari. Kutarik salah satu laci tempat pakaian dalam Pak Han yang terlipat rapi disana. Pak Han tersenyum, aku melirik sekilas dan berlalu kekamar mandi.
"Masih marah sayang....???" Goda Pak Han sambil menarik tanganku. Tangannya kutepis kasar, aku tak berminat bermanja padanya saat ini.
"Aku mau cuci muka dulu Pak, mau minum teh?" Aku mengalihkan perhatiannya. Pak Han mengangguk sembari menyisir rambut cepaknya, walaupun sudah berumur, tapi Pak Han masih gagah dan tetap rapi sebelum berangkat untuk membawa angkot.
Kujerang air dikompor, dan melangkah kekamar mandi. Kulihat pak Han sudah duduk di depan tv membangunkan Raja yang hari ini libur.
"Akhir-akhir ini penumpang sepi Tih, kadang pendapatanku hanya habis untuk setoran dan beli bensin..." Pak Han memulai pembicaraan sambil menyesap teh hangat yang kubuatkan. Aku masih diam, aku bingung mau menjawab apa, mencoba percaya hatiku berkata tidak. Akupun tak mau Raja risih jika mendengar ibunya berdebat dengan ayah sambungnya.
"Karena itulah aku tak bisa memberikan uang sebanyak biasanya pada kalian.., kuharap kamu mengerti Tih...anak-anakku juga harus kubiayai...Nanti kalau sudah ada uang, aku akan mencarikan kontrakan yang lebih baik dari disini ya..."aku hanya tersenyum datar mendengar penjelasan dan janjinya lagi. Dibenakku kini, secepatnya aku akan menemui mantan majikanku dan menawarkan untuk bekerja kembali dengan mereka.
💥💥💥
Pak Han kembali bersikap seperti biasa, seperti tak ada masalah apapun denganku...akupun mulai bekerja di rumah Bu Tin, mencuci dan menyetrika disana, aku berangkat kerja setelah Pak Han berangkat dan ku antar Raja ke sekolahnya. Pak Han tak kuberitahu kalau aku sudah kembali bekerja, rasa gengsinya yang tinggi akan membuatnya melarangku kembali bekerja, apalagi jadi buruh cuci. Tapi gengsi macam apa yang harus dipertahankan jika nafkah darinya tak lagi mencukupi kehidupan kami??
Siang itu aku belanja kebutuhan dapur di pasar yang tak jauh dari kontrakanku, sekalian menjemput Raja pulang dari sekolahnya. Suasana jalan yang macet dan panas yang terik, membuatku berdiri sebentar dipinggir trotoar melepas penat, tiba-tiba mataku melihat angkot yang dibawa Pak Han berhenti karena macet di perempatan lampu merah tak jauh dari tempat kuberdiri. Hampir saja aku melangkah kearahnya, tiba-tiba langkahku terhenti, aku melihat Pak Han sedang asyik tertawa dan ngobrol dengan penumpang disebelahnya tanpa menyadari keberadaanku yang tak jauh darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Ketiga (TAMAT)
RomansaBukanlah hal yang diinginkan Ratih menikah hingga 3 kali. Dengan berbagai masalah yang dihadapinya disetiap pernikahan. Kesedihan demi kesedihan dialaminya dalam menjalani rumah tangga. Itulah realita hidup, tak selamanya berakhir bahagia. Tak sepat...