Being a Boy - 03

3.3K 372 18
                                    

Sepuluh tumpukan berkas tebal terbaring nyaman menunggu satu karyawan ini menyelesaikan berkas yang lain.

Tidak biasanya Taehyung gigih seperti ini. Jimin kalau sedang mampir ke ruang Taehyung untuk mengantar berkas saja kaget, karena setahunya Taehyung tidak suka bekerja di bidang perkantoran seperti ini, apalagi setelah tahu Ayahnya mengawasinya melalui orang lain.

Tunggu, jika Taehyung segigih ini dalam bekerja, artinya ia sedang benar-benar mengikuti didikan Direktur perusahaan ini, kan? Apa yang membuat Taehyung tertarik hingga membuatnya bekerja segitu giatnya? Yang bahkan bukan hanya di kantor, kuliah pun ia tekun mempelajari apa yang diajarkan, padahal biasanya sangat malas.

Apa Taehyung serius mengejar jabatan Ayahnya?

Istirahat kali ini Jimin ingin menghabiskan waktunya dengan bicara pada Taehyung. Karena akhir-akhir ini Taehyung tidak pernah bercerita apapun tentang apa yang terjadi antara dirinya dan Jungkook dalam sesi didik-mendidiknya.

Jimin ingin tahu apa yang membuat Taehyung menuruti didikan Jungkook dengan sangat giat, tidak ada hawa malas sama sekali dalam dirinya.

"Taehyung-ah." panggil Jimin disela makan.

"Ya?" lihatlah, bahkan saat makan, matanya mengarah pada buku catatan kecilnya.

Menghela nafas sebentar, menaruh sumpitnya, lalu tangannya bergerak menarik catatan yang akhir-akhir ini selalu dibawa Taehyung. "Waktunya makan ya makan, kerja ya kerja, belajar ya belajar. Jangan lakukan itu semua secara bersamaan. Nanti kau sakit."

Bola mata bulat Taehyung mengarah ke atas, berpikir keras dengan gumaman panjang. "Oke!" Semudah itu Taehyung setuju ucapan Jimin.

"Tae. Ceritakan padaku tentang apa saja yang sudah terjadi padamu dan Pak Direktur."

Taehyung menggeleng, "Tidak ada."

Jimin menghela nafas, mencoba sabar dengan sikap tak biasa ini. "Aku tahu semua tentangmu, Taehyung. Hanya kali ini saja yang tidak kau ceritakan padaku. Kau main rahasia dengan Pak Direktur, kan?"

Gerakan makan Taehyung terlihat gesit hingga suapan terakhir. Taehyung minum sebentar, lalu mengelap bibirnya dengan sapu tangan dari saku nya.

Barulah sekarang Taehyung menatap Jimin. "Bagaimana jika kubilang ini rahasia?"

Kedua alis Jimin hampir menyatu sempurna, sungguh tidak paham dengan satu-satunya sahabat karibnya ini. "Ceritakan padaku."

"Bukan rahasia jika aku menceritakannya pada orang lain, bukan?"

Jimin terdiam. Tidak bisa menjawab pertanyaan yang sangat dirasa benar. Tapi tetap saja, Jimin sahabatnya sejak sangat lama sekali, Jimin sudah tahu semua rahasia Taehyung bahkan sudah sangat amat hafal tentang Taehyung melebihi rumus-rumus matematika, fisika dan geografi, pelajaran yang sangat Jimin sukai semasa sekolah dulu.

"Nanti kau juga akan tahu, Jim. Sabarlah."

"Sabar, kau bilang? Aku bisa sabar menunggu ceritamu. Tapi aku tidak sabar dengan sikap anehmu. Rahasiamu dengan Pak Direktur ini membuatmu jadi aneh, seperti bukan dirimu yang selama ini kukenal." Jimin hampir saja mengumpat karena kesal.

"Bukannya kau yang bilang, aku harus berubah dari diriku yang lama? Kalau aku berubah, artinya memang aku berubah menjadi sosok yang tidak kau kenal, kan?"

Jimin hampir setuju, "Tapi tidak tentang persahabatan kita, Tae. Aku hanya mengatakan kau harus jantan, bukan menjadi orang yang merahasiakan semua masalahnya sendirian dan tidak bercerita pada sahabatnya."

"Tapi ini bukan masalah besar, bagiku." Jimin hendak protes, tapi Taehyung mengangkat tangan. "Sudah, Jimin-ah. Makananmu belum habis, cepat habiskan lalu kembali bekerja."

Trans-G [KookV]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang