01

3.7K 274 7
                                    

.
.
.
.
.
.
.


Disinilah gadis berambut curly itu berada, di apartment yang tak begitu jauh dari kampusnya. Ia sedang merenung di balkon, memikirkan nasibnya yang entah kenapa menjadi seperti ini. Ia merotasikan matanya, tak habis pikir mengapa ia masuk ke dalam lingkaran setan buatan keluarga besarnya itu. Muak. Sangat memuakkan. Kenapa harus dirinya yang terkena imbasnya. Menyesal sudah dirinya menjadi pribadi baik-baik saja selama ini.

Ia membalikkan badannya, dan seketika matanya langsung menangkap sosok berbahu lebar itu duduk di depan meja belajar. Ia melipat kedua tangan didepan dada dan memijit pelan pangkal hidungnya. Bagaimana bisa ia serumah dengan sosok ini. Sosok yang awalnya ia kagumi karena kepintarannya, sikapnya. Ingat, hanya kagum. Bukan menjadi teman hidup. Gadis ini bergidik memikirkannya.

Plak!

Gadis ini menepuk lengannya, ia sangat membenci nyamuk. Tak akan ia biarkan nyamuk yang berada didekatnya hidup. Suara tepukan yang ia ciptakan mampu membuat sosok tadi menoleh padanya.

"Masuk aja Qi, udah tau banyak nyamuk" celetuknya, kemudian "Ah, tapi kalau masih mau diluar pakai lotion aja, ada dimeja sebelah kasur" Jelasnya tak lupa dengan senyuman, lalu ia fokus lagi pada bukunya.

Qi, atau Yuqi ini menghela napasnya. Ia memilih untuk masuk saja dan menutup pintu balkon. "Dikampus bilangnya jarang belajar, tapi nyatanya belajarrr muluu" Yuqi mengambil lotion perisa jeruk dan memakainya ke kulit tangan dan kaki. Ia tak mau ambil resiko kena gigit nyamuk.

Sosok berbahu lebar ini, menegakkan badannya, ia melirik Yuqi. "Yaa gimana ya, enak aja gitu belajar ngerjain soal ehehee" Yuqi kesal mendengarnya, rasanya ingin nampol muka polosnya pakai bantal. "Kamu nggak mau belajar juga? Dicicil gitu biar waktu ujian tenang"

"Aku team SKS ehehee" Yuqi tertawa kecil. Bisa-bisa kebakar rambutnya jika belajar dari sekarang. Nanti waktu ujian hangus kan sia-sia. Prinsip Yuqi sih gitu. Belajar, Kerjakan, nggak mau lupain tapi khilaf lupa pelajaran gitu besoknya.

"Yaudah kalau gitu" Sosok ini berbalik dan fokus lagi.

Sepertinya bercakapan hari ini cukup sampai disini. Jujur saja, Yuqi tidak dekat dengan lelaki-ah ya dia laki-laki. Jadi untuk mulai pembicaraanpun bingung, walaupun mereka satu jurusan dan sekelas, tetap saja tidak bisa berbicara dengan santai.

Mari kenalkan lelaki berbahu lebar tadi. Lucas. Ya Wong Lucas, mahasiswa pintar dikampusnya. Sedang menyandang status mahasiswa berprestasi. Hobinya belajar. Kalau kata Yuqi sih ambis. Tapi meskipun begitu ia tak pernah bergadang untuk menyelesaikan tugasnya, di organisasi juga aktif, bahkan ia menjadi ketua salah satu divisi organisasinya. Yuqi iri sebenaranya, Lucas begitu pandai mengatur waktu.

Baiklah bukan saatnya memuji Lucas. Kini pertanyaannya kenapa mereka bisa satu apartment. Ya, pasti bisa menebakkan, cerita pasaran tentang perjodohan. Tapi ini berbeda, dalam keluarga Yuqi ada peraturan jika generasi dengan angka yang tak habis jika dibagi, maka harus dijodohkan. Konyol bukan? Hanya karena Yuqi generasi ke-17 didalam keluarganya jadi harus dijodohin gitu? Yuqi frustasi memikirkannya.

Awalnya ia heran juga kenapa keluarga Lucas setuju. Dan ternyata mereka punya peraturan yang sama. Aneh sekali bukan?

Yuqi berdiri dari kasur, "Cas, mau dimasakin apa?" Walaupun begitu, Yuqi tetap melaksanakan tugasnya sebagai istri yang baik.

"Telur ceplok aja Qi" terlihat Lucas yang meregangkan jari-jarinya.

"Oke"

Yuqi segera pergi ke dapur dan memasak dua telur, satunya ceplok satunya dadar. Yuqi antara bersyukur dan tidak. Bersyukur karena Lucas kalau makan nggak susah, cuma minta telur ceplok. Namun ia kadang kesal juga, ia kan bisa masak tapi setiap hari cuma masakin telur.

Fluch | Lucas × Yuqi ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang