Tega

1K 102 8
                                    

"Wat, kamu ngomong apa aja ke Faiz?" Tanya Bella saat mereka sedang mempersiapkan makan untuk sarapan.

"Soal apa ya Bu? Kemaren kita bicara banyak Bu." Sahut Wati malah balik bertanya.

"Kenapa Faiz bisa tahu kalau saya dulu mantan wartawan PBSI. Diantara orang-orang yang saya kenal disini, cuma kamu yang tau hal itu." Bella menghentikan aktivitas nya dan memilih memperhatikan Wati yang masih memanggang daging ham untuk sarapan.

"Ooh, soal itu? " Wati mulai mengingat. "Saya cuma cerita aja Bu, soalnya kemaren mas Faiz banyak tanya soal badminton ke saya Bu. Ibu kan tau saya ini BL dari zaman ibu dulu jadi wartawan. " Jelas Wati dengan santainya.

"Cuma, kamu bilang??" Nada suara Bella mulai meninggi. "Kamu tau sehabis kamu cerita hal itu. Faiz langsung mengajukan protes besar-besaran ke saya. Dia jadi punya kartu As sekarang. Dan kamu cuma bilang cuma? Astaghfirullah..." Bella mencoba menahan emosi nya.

Mendengar sang majikan sedang marah Wati menghentikan aktivitas nya. "Lho, emang salah ya Bu kalau saya kasih tau. Mas Faiz tanya saya soal badminton, ya saya jawab. Gak kerasa sampai ngomongin soal ibu. Oh ya emang kenapa sih Bu, kok mas Faiz dilarang main badminton?"

"Bukan urusan kamu! "Herdik Bella. "Oh ya, sekali lagi. Sampai saya denger pertanyaan yang nggak-nggak dari Faiz dan itu karena mulut ember kamu. Siap-siap aja, Angkat koper. Dan saya pulangkan kamu ke orang tua kamu, Nyi Roro kidul." Ancam Bella lantas pergi.

Wati menatap bingung kepergian majikannya, selama hampir sebelas tahun ia menemani sang majikan. Bella bukan termasuk majikan yang suka marah. Walau saat itu dirinya masih berumur 16 dan terpaksa menjadi TKW karena tuntutan keluarga. Wati yang kala itu masih belia dan belum bisa apa-apa, bersyukur mendapatkan Bella sebagai majikannya. Apalagi mereka sesama orang Indonesia.

🌷🌷🌷🌷

Bella yang hendak berangkat, dikejutkan dengan Wati yang tampak panik. "Bu, Bu Bella." Panggil Wati.

"Kenapa, Wat? Mana Faiz."

"Bu, mas Faiz gak mau keluar. Katanya dia lagi melakukan aksi diam. Dia juga gak mau ketemu ibu. Tadi saya suruh sarapan gak mau, saya bawakan, gak mau juga. Katanya lagi mogok makan juga. Gimana ini Bu..?" Ungkap Wati resah.

Bella terdiam, dia merasa kali ini Faiz benar-benar marah padanya. "Ya sudah kalau begitu. Biarkan saja kalau itu mau nya. Kalau emang dia gak mau makan, jangan dipaksa. Biarkan saja dia kelaparan. Dan denger ya wat, jangan kamu bujuk dia biar saja dia mengeram diri dikamar. Kita lihat seberapa lama dia bertahan" Bella sengaja mengeraskan suaranya, agar Faiz mampu mendengar nya. "Dan satu lagi. Kamu gak usah bujuk-bujuk dia. Atau memberikan dia makan. Kalau kamu langgar itu, siap-siap saja kamu angkat koper dari sini. Saya tidak main-main. " Titah Bella penuh ancaman. "Saya berangkat dulu, Wat." Wati menyalimi Bella.

"Iya, Bu. Hati-hati." Wati menatap kepergian Bella dengan cemas. "Aduuh, gimana nih? Wati jadi bingung sendiri." Keluh Wati sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Wati yang sejak pagi risau akan keadaan majikan kecilnya yang sudah seperti keponakannya merasa galau. Dia tidak ingin melawan perintah majikannya, tapi dia juga kasihan pada majikan kecilnya. "Duuuh, apa yang harus gua lakuin?? Kenapa sih Bu Bella akhir-akhir ini baperan banget. Kan kasihan mas Faiz." Keluh Wati kebingungan.

Wati perlahan mendekati kamar Faiz. "Mas, mas Faiz. Buka pintunya dong mas. Mas gak kenapa-napa kan didalam? Mbak Wati takut nih mas. Mas gak melakukan hal yang nggak-nggak kan?? Mas... Ini sudah siang lho. Ayo buka pintunya, makan dulu." Teriak Wati di depan pintu.

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang