Senyum bahagia

1.5K 126 31
                                    

Rian menepati janjinya untuk pulang. Setelah mendapat telepon dari Faiz, Rian sebisa mungkin mencari tiket waktu pulang yang paling cepat. Nasib baik pun berpihak padanya, ada seseorang yang membatalkan keberangkatan ke Indonesia pada jadwal sore. Rian pun mengambil kesempatan itu, walau ia harus mengeluarkan uang dua kali lebih banyak dari harga normal. Baginya tidak masalah, saat itu juga baginya Faiz yang terpenting.

Pikiran nya sedikit lega karena akhirnya ia tiba di bandara Soekarno-Hatta. Setelah melalui perjalanan panjang, akhirnya Rian tiba di apartemen miliknya untuk menaruh koper-koper nya yang tidak mungkin ia bawa kerumah Bella. Sesampainya diatas, Rian terkejut mendapati Icha disana.

"Icha? Ngapain disini?" Sapa Rian dengan nada bingung.

"Mas Rian.." Icha berbinar, melihat pria yang ia cintai ada dihadapannya. Dengan refleks gadis itu pun memeluk Rian. "Aku kangen kamu, mas."

Rian melepaskan pelukan gadis itu, ia merasa risih. "Tolong jangan begini." Tolak Rian tegas.

"Kenapa sih, mas? Aku tuh kangen banget. Udah lama kita gak ketemu."

"Maaf, aku capek. Aku mau istirahat." Rian membuka pintu, m ncoba mengabaikan Icha.

"Mas.." Icha memohon untuk diizinkan masuk. Namun Rian menolaknya, dengan cepat pria itu menutup pintu apartemennya.

Bukan nya istirahat seperti apa yang ia bilang pada Icha. Dengan tergesa, Rian membersihkan diri dan bersiap menemui Faiz. Namun diluar dugaan, Icha ternyata masih menunggunya diluar dan menghadangnya.

"Mau kemana udah rapih begini? Katanya mau istirahat?" Tanya Icha penuh selidik.

"Aku mau kemana itu urusan ku." Balasnya jengah.

"Mas, please. Jangan bersikap dingin ke aku. Aku cinta banget sama kamu, mas. " Icha menangis, merangkul tangan Rian untuk menahannya.

"Cha, tolong jangan seperti ini!" Rian melepaskan tangan gadis itu dengan kasar. "Aku gak mau media semakin memberitakan yang gak-gak tentang kita. Kalau kamu terus-menerus seperti ini, aku semakin gak bisa bersikap biasa ke kamu. Kita gak punya hubungan yang spesial. Kamu harus paham itu." Setelah mengatakan itu Rian pergi, meninggalkan Icha dengan tangis yang semakin pecah.

🌷🌷🌷🌷

Jalanan hari ini terasa begitu lenggang. Seperti paham dengan suasana hati Rian yang sudah tak sabar menemui Faiz. Kehadiran Icha pun tak menggubris hatinya sama sekali. Pikiran nya saat ini cuma tertuju pada Faiz, seorang anak laki-laki yang sama sekali bukan darah daging atau darah keluarga nya. Anak itu hanya anak seorang wanita yang dahulu pernah menjadi kekasihnya. Tapi entah mengapa anak itu selalu menyita perhatiannya. Selalu ada dipikirannya, dan selalu membuatnya bahagia.

Mobil pun akhirnya berhenti didepan sebuah rumah. Rian memarkirkan mobilnya dan tidak sabar ingin masuk kedalamnya.

🌷🌷🌷🌷

Ting-tong.. ting-tong...

"Sar, sepertinya ada tamu. Coba kamu buka." Ujar Wati yang tengah didapur bersama Sari. Sari menurut, ditinggalkan pekerjaan nya dan keluar menuju gerbang.

Suara bel berbunyi lagi, Sari pun berjalan dengan setengah berlari. "Ia sebentar." Ucapnya, lantas membukakan pintu.

"Eh, mas Rian. Bener kan ya? Masuk mas." Sapa Sari saat tau tamu itu Rian.

"Makasih." Balasnya dengan senyum mempesona. "Faiz nya ada?"

"Oh ada mas di kamar. Masuk mas, ada ibu nyonya di dalem." Sari menuntun Rian masuk dan menunggu diruang tamu. "Sebentar ya mas saya panggilkan ibu nyonya dulu." Sari pun berlalu meninggalkan Rian.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 04, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang