Kontak Batin

1.4K 126 26
                                    

Peristiwa perkelahian antara Rian dan Kevin ternyata terdengar ke telinga BWF. Keesokan harinya mereka dipanggil dan di adili oleh pihak BWF. Akibat kecerobohan keduanya, mereka pun diganjar skors  larangan bermain sampai akhir tahun ini. Itu pun artinya mereka harus rela kehilangan beberapa turnamen yang harusnya mereka ikuti.


Bukan hanya BWF, pihak PBSI pun merasa kecewa. Mereka ditambahi hukuman berupa denda dan larangan mengikuti turnamen nasional sampai akhir tahun ini. Hal itu tentu membuat rugi keduanya, apalagi Kevin yang sudah berkeluarga. Ia pun sangat menyesali itu. Tapi apa mau dikata, waktu tidak bisa diulang, dan peristiwa itupun sudah terlanjur terjadi. Setelah mendapati keputusan pahit, Kevin memilih pulang lebih dahulu ke Indonesia. Sedangkan Rian masih berada di Denmark untuk menenangkan pikiran.

"Kopi?" Tanya Coach Nova pada Rian yang tengah termenung di bangku yang tersedia di pinggir jalanan.

"Makasih." Balasnya, dan mengambil kopi yang ditawarkan Nova kemudian menyesap nya. Keduanya diam beberapa saat sambil menikmati pemandangan laut lepas dari atas play over kota Odense.

"Media belum tau masalah ini?" Tanya Nova memulai obrolan.

"Belum." Jawab Rian singkat.

"Semoga gak sampai ke media beritanya. Bisa tambah jelek citra Lo di mata fans." Ucap Coach kepala ganda campuran itu basa basi.

"Udah gak mikirin citra coach. Sekarang mau apa juga salah." Rian kembali meneguk kopinya tanda kecewa.

"Sabar. Lagi di uji. Kalo kita benar, pasti dikasih jalan mudah buat lewati nya."

"Iya, coach."

"Gua kenal Lo dari Lo piyik. Dari Lo pertama kali masuk pelatnas masih culun banget, sampe Lo jadi glowing dan jadi idola cewek-cewek sampai jaman sekarang. Walau gua bukan pelatih Lo secara khusus. Tapi gua tau Lo, Jom. Lo bukan orang yang kaya media-media itu siarin. Beritanya benar-benar dibuat-buat." Nova dibuat  geleng-geleng kepala.

"Tau lah coach. Mungkin ini balasan dari semua kejahatan yang pernah saya buat. Saya ikhlas nerimanya." Rian terdengar pasrah.

"Gua yakin Lo bisa."

"Makasih, coach." Rian sedikit lega, disaat semua orang memilih meninggalkan nya karena adanya pemberitaan tersebut. Sebenarnya cukup dengan kata-kata sederhana  seperti itu yang ia butuhkan untuk menguatkan.

🌷🌷🌷🌷

Tuk-tuk-tuk-tuk, suara derap sepatu dengan langkah cepat oleh seorang wanita yang tengah tergesa-gesa, diikuti oleh langkah cepat asisten nya masuk kedalam ruangan meeting yang sudah dihadiri beberapa orang kepala staf yang sudah menunggu nya dengan tidak sabar.

"Assalamualaikum semuanya. Maaf kalau saya sedikit terlambat." Sapa Bella ketika sampai pada kursinya. Ia sebenarnya memang tengah diluar sedang bertemu klien nya. Namun Fita memberitahu bahwa para kepala staf ingin segera mengadakan rapat dadakan.

"Saya tidak tahu siapa yang mengadakan rapat ini dan untuk apa? Apa ada hal yang begitu mendesak sampai-sampai Fita pun tidak tahu apa-apa?" Ucap Bella melanjutkan.

"Maaf, bu. Saya yang mengusulkan untuk mengadakan rapat ini." Herman kepala pemasaran yang menjawab. " Boleh saya langsung to the point?"

"Silahkan." Balas Bella mengijinkan

"Saya rasa rapat ini sangat penting, mengingat penjualan best produk kita menurun selama seminggu ini karena kasus yang mendera artis ambasador kita. Saya rasa kita perlu mengadakan keputusan demi meningkatkan kembali produk kita." Ungkap Herman dengan semangat.

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang