Jumpa

1.1K 105 11
                                    

Bergabung nya Faiz ke dalam klub sebesar Jaya Raya, membuatnya semakin sibuk. Karena umurnya masih dibawah 13 tahun, maka dari pihak Jaya Raya memberikan kompensasi dengan membolehkan Faiz untuk tinggal dirumah. Apalagi jarak rumahnya dengan klub masih terbilang dekat. Kesibukan Faiz membuatnya jarang dirumah. Sepulang sekolah ia langsung pergi berlatih hingga sore hari. Di malam hari nya Faiz selalu belajar agar nilai-nilai akademis nya juga memuaskan.

Bukan nya capek dengan kepadatan waktu yang seperti itu. Namun Faiz merasa semakin bersemangat, ia sama sekali tidak merasa lelah. Ini jalan yang ia pilih, ia pun berusaha untuk menjalaninya dengan suka cita.
Tidak terasa tiga bulan berjalan begitu cepat, Faiz pun semakin mencintai hobi barunya.

Latihan sudah selesai sekitar satu jam yang lalu, Faiz baru saja selesai menyegarkan tubuh nya. Karena ini malam Sabtu, Biasanya Bella mengijinkan Faiz untuk bermain dulu dengan teman-temannya dikarenakan hari Sabtu nya libur sekolah dan latihan.

Ba'da isya Faiz memutuskan untuk pulang, sambil menunggu jemputan Faiz menunggu di bangku taman halaman PB Jaya Raya.

"Hai, sendirian aja. Belum di jemput?" Tanya seseorang, menyadarkan Faiz dari dunia game.

"Eh, om Iyan. Kapan dateng nya? Kok aku gak tau." Balas Faiz ramah.

"Baru banget sampai, eh udah liat kamu sendirian disini. Masih belum datang jemputan nya?"

"Belum, gak tau juga sih. Di jemput atau gak, soalnya lagi gak ada orang dirumah. Cuma ada nenek, tapi nenek gak bisa naik motor. " Jawabnya polos. "Paling aku nungguin mama, tapi mama masih lama jemputnya."

"Kenapa gak pulang naik ojol aja?"

"Gak boleh sama mama, katanya saya takut di culik. Padahalkan saya udah gede."

"Mungkin, mama kamu takut kalau anak berbakat nya ini di culik. Makanya kamu gak di ijinin naik ojek online." Rian mencubit hidung Faiz lembut.

"Kurang tau juga deh, om."

"Gimana, sambil nunggu mama kamu jemput. Kamu temenin om makan malam? Kamu juga pasti belum makan kan? Yuk.." Ajak Rian.

Faiz berpikir beberapa detik, setelah itu ia pun mengangguk menyetujui.

🌷🌷🌷🌷

"Ohh, jadi kamu dari lahir tinggal di Singapura. Berarti bahasa Inggris kamu jago dong?" Tanya Rian di sela makan malam mereka.

"Yahh, little-little I can lah, om. " Gurau Faiz.

"Waaah, om harus belajar banyak nih dari kamu. "

"Boleh, nanti aku ajrin om bahasa Inggris. Terus om gantian ajarin aku supaya bisa smash se mematikan smash Om. Gimana???" Faiz mencoba negosiasi.

Rian tersenyum senang berbicara dengan anak itu. "Boleh, gimana kalau besok? Kebetulan om gak punya acara."

"Beneran, Om?" Tanya Faiz berbinar.

"Bener lah, nanti om kasih tau teknik smash yang mematikan."

"Yeeaaaayyyy.... Makasih ya, Om." Faiz tersenyum bahagia.

Rian membelai kepala Faiz sayang. "Sama-sama, besok om jemput ya."

"Om, Faiz udah di jemput. Saya pulang dulu ya." Ucap Faiz saat melihat mobil mama nya ada di depan GOR.

"Oh ya, hati-hati."

"Dah, om Iyan. See you tomorrow." Setelah berpamitan, Faiz berlari kearah mobil yang sudah menunggunya.

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang