Ilusi

915 83 0
                                    

'Berita selanjutnya datang dari dunia bulutangkis. Pasangan senior Kevin Sanjaya dan Muhammad Rian Ardianto berhasil meraih gelar ke tiga nya ditahun ini. Mereka berhasil menjuarai ajang All England dengan ketat melawan pasangan muda China. Berikut liputannya'

Faiz menatap layar televisi dengan takjub, saat nama idolanya disebut. Saat cuplikan kemenangan Kevin/Rian ditayangkan. Sepanjang itu pula mata Faiz tak berkedip. Hasrat akan badminton nya semakin tinggi. Ia pun semakin mencintai olahraga tepuk bulu tersebut.

"Kamu nonton apa sih sayang?" Tanya Aisyah, membuat lamunan Faiz buyar.

"Itu, nek. Berita Kevin/Rian menang All England." Jawab Faiz berbinar.

"Waaahhh... Mereka makin tua makin jadi ya. Kereeen. " Aisyah mengangkat kedua jempolnya.

"Iya, Nek. Aku pengen seperti mereka. Aku ingin jadi atlet profesional seperti mereka. Aku ingin buat Mama sama Nenek bangga. Aku juga mau buat almarhum Papa bangga di surga sana. " Ungkap Faiz bahagia.

Aisyah hanya tersenyum miris, lalu membelai Faiz sayang. "Kamu serius ingin seperti mereka?"

"Iya, Nek. Guru olahraga ku waktu di Singapura bilang. Kalau aku punya skill di badminton. Aku belum pernah masuk klub, tapi aku mampu bermain dengan benar. Sebab itu, aku jadi sangat tertarik dengan badminton. Aku sangat ingin mengembangkan bakat ku, Nek. Tapi Mama tidak memperbolehkan nya."  Ungkap Faiz, sedih.

"Hmmm, kamu tenang saja. Kan sekarang ada nenek. Dari pada kamu dirumah terus cuma bengong-bengong. Bagaimana besok sepulang sekolah, kita cari tempat latihan buat kamu main badminton?"

"Nenek serius??" Tanya Faiz berbinar.

"Tentu saja. Apa sih yang gak buat cuci nenek tersayang." Aisyah mencubit kedua pipi Faiz sayang.

"Thank you, Nek. Aku sayang sama Nenek." Faiz memeluk Aisyah.

"Nenek juga sayang sama Faiz. Tapi, jangan bilang-bilang mama ya? Kalau mama kamu marah, biar nenek yang marahin balik." Faiz mengangguk, sambil tersenyum bahagia.

🌷🌷🌷🌷

Suara nyaring cock yang menggema serta suara teriakan seseorang, membuat jantung Faiz berdebar. Kemarin ia juga neneknya Aisyah datang untuk mendaftar. Dan hari ini, hari pertama ia menjalani latihan. Namun ia hanya ditemani Wati, karena sang nenek sedang mengikuti kajian.

"Lah, Mas. kok malah bengong? Ayo masuk. Mungkin itu anak-anak yang mau latihan juga." Ujar Wati, saat melihat beberapa anak yang sedang bersiap-siap.

Faiz menurut, ia juga Wati mendekat. "Permisi pak, apa bapak yang melatih anak-anak yang mau latihan?" Tanya Wati pada seorang laki-laki.

"Iya betul. Oh, kamu yang kemarin dateng sama nenek kamu kan?" Tanya laki-laki itu pada Faiz. Faiz mengangguk. "Oke, kenalin nama saya Arman. Saya yang akan melatih kamu disini." Arman mengulurkan tangannya.

"Nama saya Faiz." Jawab Faiz percaya diri.

"Kalau nama saya Wati." Potong Wati, mengambil jabatan tangan Arman.

"Oke, kali begitu kamu siap-siap dulu dengan yang lain. Sebentar lagi latihannya akan dimulai." Ujar Arman lalu pergi.

"Mbak, aku kesana dulu yah."

"Iya Mas. Yang semangat ya latihannya." Balas Wati bersemangat. "Duuh, betah dah gua disini lama-lama. Pelatihnya ganteng juga. Hihihi." Ucap Wati ganjen.

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang