Empat mata

984 105 22
                                    

Rian terkejut, hampir saja jantungnya ingin copot. Saat tiga orang masuk kedalam ruangan tempat mereka janjian untuk membicarakan pekerjaan. Wanita yang sekian lama dicarinya berjalan dengan anggun didepan kedua matanya. Bukan mimpi tapi nyata, tanpa ingin berkedip sedikit pun. Rian terus saja memandangi Bella yang begitu berubah penampilannya. Bella terlihat sangat elegan, dewasa dan tentu tambah cantik. Itu kesan yang Rian dapat.

Suara nya tidak berubah di telinga Rian, masih sama. Hanya saja sekarang terdengar lebih formal. Rian tidak melepaskan sedetikpun pandangan nya dari Bella. Ia terus memandangi wanita yang sampai saat detik ini pun, mampu membuat hatinya bergetar. Ia tau ini salah, tapi seluruh jiwa, raga dan hatinya seolah memaksa untuk terus menikmati wajah yang terus mengusik hidupnya.

Kevin yang mengetahui apa yang dilakukan sahabat nya itu mencoba menyadarkan Rian dengan menendang kakinya. Rian menoleh seolah meminta penjelasan, Kevin yang geram menggerakkan dagu dan matanya seolah berkata untuk fokus dengan apa yang dikatakan orang-orang tersebut. Usaha Kevin pun berhasil Rian terlihat lebih fokus dengan tujuan mereka mengadakan perjanjian ini.

Selama sekitar tiga puluh menit membicarakan soal pekerjaan, Rian hanya memilih diam. Tidak tertarik sedikitpun dengan apa yang dibicarakan mereka. Rian hanya fokus ke Bella. Fokus mengatur debaran jantungnya, fokus mengatur segala keinginannya terhadap wanita itu, juga fokus mengatur rasa rindunya. Sampai acara makan malam pun tiba, namun Bella seperti menghindari situasi ini. Ia pun memutuskan untuk pergi.

Rian menatapi kepergian Bella sampai hilang dibalik pintu. Hatinya tak tenang, dengan cepat Rian bangun dari tempat duduknya.

"Mau kemana?" Tanya sang manager.

"Permisi, saya ingin ke toilet sebentar." Tanpa basa-basi Rian langsung keluar dan mencari keberadaan wanita itu.

Rian menemukan Bella yang sedang berjalan kearah eskalator. Karena dorongan yang kuat dari dalam dirinya, Rian memberanikan diri untuk mengejar. Beberapa kali ia memanggil, tapi Bella tetap tidak menoleh.

Rian pun memegang tangan wanita itu untuk mencegah nya pergi lagi. "Bey, tunggu!" Ucapnya saat Bella baru saja melangkahkan kaki di eskalator.

Rian merasakan aliran hangat masuk keseluruhan tubuhnya saat tangan mereka bersentuhan. Persis saat pertama kali ia melakukan ini pada wanita yang sama.

Bella menoleh dengan sedikit gemetar, wajah nya juga terlihat pucat. "Kamu apa kabar? Bisa bicara sebentar?" Tanya Rian saat mereka turun dari eskalator.

"Maaf, bisa lepasin dulu?" Rian yang paham maksud Bella, langsung melepas tangannya.

"Sorry." Balasnya gugup.

"Memang mau bicara apa? Masih bingung soal kerjasama kita? Nanti biar Rudi yang menjelaskan supaya kamu ngerti." Bella mencoba berbicara sebiasa mungkin. Walau jantungnya sehelai lagi seperti ingin putus.

"Bukan, bukan soal kerjasama. Apa bisa aku minta waktu kamu sebentar?" Rian terus menatap Bella, mencoba meyakinkan wanita itu.

"Oke, kita bicara di sana saja." Balasnya pasrah, karena ia tidak mungkin untuk menghindar lagi.
Rian pun setuju, mereka masuk kesebuah restoran yang masih berada didalam mall tersebut.

"Oh ya, gimana kabar kamu? Akhirnya bisa bertemu kamu lagi." Tanya Rian, memecah ketegangan diantara keduanya.

"Alhamdulillah, seperti yang kamu lihat. Kamu sendiri gimana?"

"Alhamdulillah, sama seperti yang kamu lihat." Rian terus menatap Bella, membuat wanita itu benar-benar salah tingkah. Namun Bella masih bisa mengontrol semua nya.

"Oh, ya kamu mau ngomong apa?" Tanya Bella ingin cepat-cepat menyudahi ini.

"Oh, iya. Aku... Selama ini aku cari kamu, Bey. Aku, belum bisa melupakan semua nya. Maaf." Rian langsung to the poin, ia tidak ingin gundah dihatinya selama bertahun-tahun harus disimpannya selamanya.

"Sorry, aku sudah tidak ingin membahas soal itu. Karena aku sudah melupakan semuanya." Sahut Bella tegas. Rian terdiam, ia sadar pembicaraan ini akan mengopek kembali luka lama. "Kalau memang tidak ada yang dibicarakan lagi, permisi. Aku harus pulang." Bella  bergegas bangkit dan pergi meninggalkan rian, namun Rian langsung menahannya.

"Bey, sebentar saja. Please." Mohon nya. Dengan berat hati Bella menghentikan langkahnya. Sebenarnya ia sangat ingin berlari, tidak ingin menghadapi situasi ini. Tapi ia tidak bisa.

"Aku tau ini sangat melukai kamu, tapi aku juga terluka, Bey. Selama bertahun-tahun aku menyimpan rasa bersalah ini. Bertahun-tahun aku mencari kamu, tapi kamu seolah menghapus semua jejak. " Rian mencurahkan semua isi hatinya. San betapa terkejutnya Bella saat Rian berlutut, memohon  dihadapannya "Aku menyesali semuanya, Bey. Aku memang bodoh. Tolong maafin aku??"
Ucapnya tulus dengan mata yang berkaca-kaca.

"Kamu apa-apaan sih, Jom. Bangun." Bella mencoba memberitahu Rian kalau ini tempat umum. Banyak pasang mata yang memperhatikan mereka. "Jom, bangun!" Gertaknya, tapi Rian tetap tidak mau merubah posisinya.

"Gak, aku gak akan bangun. Aku gak peduli dengan orang lain." Rian terus saja menatap Bella penuh keyakinan.

"Iya, aku udah maafin kamu, sejak dulu. Sekarang kamu bangun." Bella menuntun Rian untuk berdiri. "Kamu gak perlu sampai berlutut seperti itu. Bagaimana kalau ada wartawan yang lihat kamu."

"Jadi kamu maafin aku?" Rian mencoba menegaskan.

"Iya, aku udah maafin kamu. Aku juga udah lupain semua nya. Kamu udah ngelakuin semua syarat yang aku minta. Jadi seharusnya itu udah buat kamu yakin kalau aku sudah maafin kamu. Jadi aku minta, kamu juga harus lupain semuanya. Anggap semua itu gak pernah terjadi, dan aku mohon. Anggap saja, kita gak saling kenal." Dengan berat hati dan bibir bergetar Bella mengucap kalimat itu. Hampir saja air matanya tumpah, namun ia masih bisa menahan nya.

"Aku harus pergi. Anak ku sedang menunggu di rumah." Tanpa ingin mendengar apa-apa lagi dari Rian. Bella langsung pergi meninggalkan Rian.

"Belum, Bel. Masih ada satu syarat yang belum aku penuhi. Dan aku akan memenuhinya, aku janji." Ucap Rian, menatap kepergian bella yang sudah menghilang.

🌷🌷🌷🌷

Disepanjang jalan pulang, Bella menangis. Tangis yang ditahannya sedari tadi. Untung nya ia berada di dalam mobil, jadi orang-orang tidak bisa melihatnya menangis.

S

aat memutuskan untuk pergi, Bella berjanji pada dirinya untuk tidak memikirkan pria itu lagi. Dan itu bisa dibilang berhasil, karena semua pikiran nya hanya terfokus pada Faiz yang waktu itu masih Bayi. Tapi siapa sangka, setelah bertahun-tahun tidak bertemu. Semuanya terasa sia-sia, hati dan pikirannya seolah tidak sejalan.

Saat ini ia menangis, menangisi dirinya yang belum bisa begitu saja melupakan semuanya. Menangisi ketakutannya, yang siapa sangka akan terjadi.

Sesampainya didepan rumah, sebelum turun Bella menghapus bekas air matanya. Merapikan penampilannya agar semua terlihat seperti biasa.

Setelah selesai membersihkan dirinya, Bella mendekati kamar Faiz.
Dengan perlahan Bella membuka pintu kamar Faiz yang tidak di kunci. Pelan-pelan ia masuk, dan mendapati Faiz sudah tertidur.


Di pandangi anak laki-laki nya yang sedang tertidur pulas. Air matanya kembali menetes tanpa diminta. Di belai nya lembut, tidak ingin sampai membangunkannya.

"Maafin Mama, Nak. Mama rasa, Ini yang terbaik buat kita."

🌷🌷🌷🌷

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang