Kebetulan

1.2K 119 26
                                    

Rian merebahkan tubuhnya di atas kasur dengan tubuh yang sudah segar sehabis mandi. Selama perjalanan pulang, Rian terus memikirkan apa yang baru saja ia alami. Semuanya seperti serba kebetulan. Dirinya yang selalu mencari keberadaan Bella selama bertahun-tahun, dengan kebetulan ia bisa bertemu lagi dengan wanita itu karena pekerjaan. Dan siapa yang sangka, anak kecil yang ia anggap seperti saudara karena selalu membuatnya bahagia dan semangat. Secara kebetulan adalah anak dari wanita yang ia cari selama ini. Ya, sepertinya 'kebetulan' yang sekejap ini membuatnya bingung sekaligus bahagia.

Banyak pertanyaan bersarang di kepalanya. Ia sangat cemas dengan Faiz, apakah anak itu akan dimarahi Bella? Apakah Bella akan lebih melarangnya untuk bertemu?

"Aahh, gak mungkin. Bella bukan orang seperti itu." Jawabnya dari banyak pertanyaan di kepalanya.
Rian mengambil handphonenya diatas nakas. Ia memencet nomor Faiz. Ia sangat ingin tahu keadaan anak itu. Tapi beberapa kali ia mencoba, panggilan itu tidak ada jawaban. "Mungkin Faiz sudah tidur."
Ujarnya ketika melihat jam menunjukkan pukul 11 malam. Rian pun beralih ke nomor Bella, dirinya ragu untuk mengetik sesuatu ke nomor itu. Rian pun memberanikan diri.

Bey, kamu pasti marah ya?
Aku benar2 minta maaf udah buat kamu marah. Tolong jangan marah ke Faiz aku yang salah.

Setelah membaca lagi isi pesannya, Rian menghapus semuanya. Ia pun kembali mengetik.

Bel, ini aku Rian. Aku bener2 minta maaf. Tolong jangan marahi Faiz, aku yang salah.

Setelah yakin dengan isi pesannya, Rian mengirimnya. Terdapat tanda ceklis dua di pesannya menandakan pesannya terkirim. Tapi sampai tiga puluh menit Rian menunggu, tak ada balasan dari pesan nya.

Rian menghela nafas berat, dan mulai memejamkan matanya berusaha tidak memikirkan apa-apa.

🌷🌷🌷

Faiz baru berani membuka pintu kamarnya saat matahari telah terbit sempurna. Bukannya ia menghindari mamanya. Hanya saja ia tidak ingin melihat mama nya yang diam tidak menyapanya. Semalam sebetulnya diluar dugaan Faiz. Faiz berfikir ia akan dimarahi habis-habisan, mengingat mamanya begitu marah besar. Tapi setelah ia masuk kamar, mama nya tak juga kunjung datang memarahi. Itu sangat disyukuri Faiz, tetapi karena hal itu juga banyak tanda tanya bersarang di kepala nya.

"Pagi, mas. Baru bangun?" Sapa Wati yang tengah membantu Sari memasak.

"Mama mana mbak, kok kayaknya rumah sepi?" Faiz memperhatikan sekeliling yang memang terlihat sepi.

"Bu Bella pagi-pagi sekali berangkat mas, katanya ada kerjaan. Kalo Ibu nyonya lagi udah jalan arisan. Mas sih bangun nya telat." Jawab Sari, yang dibalas anggukan Faiz.

"Walau hari Minggu gini, mama masih aja kerja. " Ada nada kecewa di suara Faiz.

"Sabar ya mas, yang penting kan mas gak dimarahi sama mama. Sekarang mas mending makan dulu." Wati memberikan sepiring nasi goreng pada Faiz, yang langsung disantap oleh anak itu.

"Mbak, kok Mama sama om Rian kayak udah kenal gitu ya?" Tanya Faiz disela-sela makan nya.

"Ya mereka pasti saling kenal lah, kan dulu mereka kerja bareng. Mas Faiz inget gak waktu mbak Wat bilang kalo mama mas itu dulu kerja jadi wartawan PBSI?"

"Inget kok." Angguk Faiz mendengarkan dengan seksama.

"Naah, mereka pasti saling kenal karena Rian itu kan atlet yang dibina di pelatnas, sedangkan Bu Bella wartawan pelatnas. Ya pasti mereka kenal. Bahkan waktu dulu ya, sempet ada beritanya kalo Bu Bella sama FajRi itu kena skandal cinta segitiga. Beritanya tuh sempet marak dikalangan para BL. Terus tahu-tahu, Bu Bella diberitakan resign jadi wartawan PBSI." Ungkap Wati yang tanpa menyaring kata-katanya.

My IDOL (Rian Ardianto)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang