3 • need a new atmosphere

10.3K 2.1K 664
                                    

— Skylar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Skylar

"Kutu kupret! Berani-beraninya dia bikin my adorable queen nangis lagi!"

Itu adalah respons pertama dari Bobby ketika melihatku duduk termenung di bawah pohon mahoni ditemani Chaeyi dan Chaery. Aku mengerucutkan bibir. Bobby datang di waktu yang salah. Aku sedang di mood yang kurang baik dan nggak mau diajak bicara.

"Bob, diem nggak!?" ketus Chaeyi mengangkat tangannya seolah ingin menghantam Bobby kapan pun.

"Nggak bisa! Bagaimana bisa kakanda diam dikala adinda sedang merasa sedih?"

"Bob, eksistensi lo di mata Skylar itu enggak lebih dari batas budak-zone, ya! Jadi shut up your mouth sebelum gue nonjok muka lu yang udah hampir sebelas dua belas sama muka babi."

"Wah, wah, mulutnya enggak pernah disekolahin nih. Gua ini reinkarnasi Justin Bieber, dimana letak kemiripannya sama babi?" Bobby melotot.

"Justin Bieber belum mati tolol, gimana mau reinkarnasi?" balas Chaeyi merotasikan matanya.

Malas mendengar perdebatan antara Chaeyi dan Bobby, aku membenamkan wajahku di kedua lututku dan membiarkan Chaery mengipasiku dengan kipas tangan motif princess-nya. Kedua temanku itu memang selalu bertengkar kalau bertemu. Kurasa mereka akan sangat serasi kalau jadi pasangan.

"Oh iya, lupa dong saya," ujar Bobby menyengir kuda lalu mengajakku berbicara lagi. "Jangan sedih lagi dong, beib. Apa gini deh, maunya gimana? Gua tonjok aja deh ya si brengsek itu?"

"Bobby! Jangan, ish!" larangku cepat.

"Udah dibilangin juga berkali-kali, lebih baik suka sama gua daripada sama si brengsek itu."

Perkenalkan, cowok tengil dan tengik yang mulutnya tidak bisa difilter ini adalah sahabatku. Namanya Bobby Zachary. Dia anak teknik mesin semester 3 dan kami sudah bersahabat selama hampir tujuh tahun walau kami berada di SMA yang berbeda dan jurusan kami terpisah karena aku mengambil jurusan IPS sementara dia tetap berada di IPA. Aku mengenal Bobby ketika SMP. Dia anak pindahan dari Bandung. Rumor berkata pada tahun pertama, dia dikeluarkan dari sekolah karena melawan guru dan mengunci kepala sekolahnya di toilet. Tapi kurasa itu bukan rumor tapi fakta, karena berita itu masuk koran harian pada zamannya, sehingga ketika Bobby pindah ke SMP-ku, enggak ada yang mau berteman dengannya.

Kalau bukan karena kecoa terbang yang hinggap di bahunya dulu, mungkin aku enggak akan pernah berteman dengan Bobby. Walau dia laki-laki tulen, senang berkelahi dan ditakuti semua orang, sejujurnya Bobby adalah cowok pengecut yang akan menangis jika melihat kecoa terbang. Jangan bilang siapa pun, karena rahasia ini hanya aku, Bobby dan Tuhan yang tahu.

My Brainiac Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang