15 • I'm here

10.5K 1.7K 1.6K
                                    

LONG CHAPTER! SILAKAN MENJALANKAN RITUAL CAPSLOCK KEMBALI!🦋✨

Ayo absen dulu! Kalian vote keberapa?!!

Ayo absen dulu! Kalian vote keberapa?!!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

— Skylar

Saat aku mengatakan aku kelewat dongo dan ekspresi cengo adalah ekspresi andalanku, aku tidak berbohong. Orang-orang di dekatku juga berkata demikian. Biar kujelaskan ekspresi cengo yang dimaksud di sini itu ditandai dengan mata yang menatap kosong tanpa gairah dan kecerdasan, ditambah mulut yang terbuka berbentuk huruf O. Ekspresi cengo ini adalah satu tanda kalau tingkat kedodolan seseorang sudah sangat akut. Konon katanya, semakin sering ekspresi itu mampir di wajah seseorang maka semakin tiarap pula tingkat kecerdasannya. Iya sih, aku mengakuinya. Hampir seluruh orang menyerah pada kelemotanku. Mungkin itu salah satu dampak dari sering melongo kali, ya? Dan untuk bagia IQ aku memang nggak pintar-pintar amat, tapi aku tetap percaya kalau sukses bukan hanya untuk orang-orang yang berIQ tinggi.

Dari sekian banyak momen cenga-cengo yang sudah aku alami dalam hidup, momen cengo paling momerable itu tetap cerita zaman SMP di mana aku pernah disuruh ke depan untuk mengerjakan satu soal tentang sistem koordinat kartesius oleh Pak Joel, guru muda yang mengajar matematika yang lumayan ganteng mirip orang Pakistan.

Pak Joel adalah guru yang sedikit menyeramkan dan suka membuat anak-anak kelasnya sport jantung. Beliau senang memberi soal random yang selalu out of the box dari modul yang ada, terus beliau suka manggil nama random pula untuk mengerjakan soal itu di depan. Namun sepanjang beliau mengajar di kelasku, namaku belum pernah dipanggil sekalipun.

Sampai waktu itu, tiba hari dimana namaku dipanggil untuk pertama kali. Rasanya seperti mendengar malaikat maut mengasah pisau sabitnya.

Ketika Pak Joel menuliskan serangkaian soal-soal
di papan tulis dengan spidol, Bobby yang duduk tidak jauh dariku mengamati soal sebentar lalu mengambil kertas buramnya untuk beraksi. Kalian harus tahu, dibalik sifat bar-bar Bobby, sahabatku itu sangat menyenangi pelajaran hitung-menghitung. Jadi, kalaupun dia dipanggil Pak Joel ke depan, kurasa itu tidak masalah untuknya karena Bobby selalu berhasil mengerjakan soal. Sementara aku?

Cengo layaknya kambing congek yang sedang menunggu ajalnya dijemput.

Selesai menulis, Pak Joel mulai menyisir seisi kelas dengan tatapan mata dewanya. Konon katanya, guru akan menunjuk murid yang pandangannya menunduk ke bawah, pura-pura mengerjakan soal, atau menghindari kontak mata dengan sang pahlawan tanpa tanda jasa, karena langsung ketahuan ekspresi itu menunjukkan kalau ia tidak bisa mengerjakan soal. Maka dari itu, agar tidak disuruh, aku menatap balik mata Pak Joel dengan tatapan songong, sambil senyam-senyum seolah aku sudah punya jawaban dari soal yang ia berikan.

Teori darimana? Sudah pasti dari Bobby Zachary, yang sangat jarang dipanggil Pak Joel untuk mengerjakan soal ke depan. Dia memberitahu trik itu padaku, katanya sangat ampuh.

My Brainiac Boyfriend Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang