Mobil hitam itu mengeluarkan decitan pelan, berhenti tepat di salah satu bangunan 4 lantai yang didominasi warna hijau dengan tulisan Rumah Sakit Jiwa di atasnya. Pemuda itu keluar dari mobil, melangkah masuk ke dalam menuju meja resepsionis, ingin merujuk seseorang.
Aroma Rumah Sakit sangat kentara menusuk hidung. Di sisi kanannya ada beberapa orang yang tak sehat akalnya sedang diberi perawatan khusus. Di sisi kiri ada beberapa perawat yang menenangkan seseorang. Bising. Sungguh. Namun pemuda itu tetap berjalan menyusuri koridor, sampai kakinya berhenti di ruangan khusus penyakit gangguan mental.
Ia masuk ke dalamnya. Di ruangan itu masih ada pintu lain menuju kamar pasien yang dikhususkan perawatannya. Ruang ini lebih tenang dari ruang yang lain, terlihat seperti tidak ada kehidupan namun sesekali berubah jadi neraka kalau seseorang berubah tiba-tiba. Menjerit marah, berteriak minta tolong dan sebagainya.
Pria itu sampai di depan pintu dengan celah ditengah. Ia mengintip sedikit, menghela napas ketika melihat seseorang tengah meringkuk menghadap dinding di tempat tidurnya.
"Suga, gue datang."
Tidak ada jawaban.
"Suga."
Seseorang disana mendengar namun tidak membukakan pintunya. Namjoon tahu, maka dia membuka pintu itu sendiri. Masuk, mendekat, dan duduk di tepi ranjang. Ia melihat nakas di samping tempat tidur mendapati makan siang yang belum disentuh sama sekali. Pria itu menghela napas. Bodoh. Harusnya dia makan untuk mendapat tenaga.
"Jun."
Namjoon yang tengah membuka plastik tipis yang menutupi makan siang Suga bergumam memberi jawaban. "Hm?"
"Kapan gue keluar?"
Hati Namjoon sakit mendengarnya. Tujuh bulan sudah berlalu, hanya sedikit perkembangan. Syukur-syukur setelah 5 bulan, ruang perawatannya sudah dipindahkan. Temannya itu mengidap depresi semenjak kematian orang yang dicintainya, Valery. Kepribadiannya yang lain bahkan masih muncul tiba-tiba ketika mendengar nama itu. Masa yang sangat sulit. Penuh tekanan dan air mata. Terlebih Namjoon yang tidak kuat melihat Suga, sahabat baiknya sejak kecil seperti ini. Namjoon bisa bersikap biasa saja, teman-temannya yang lain juga. Tapi percayalah, masing-masing dari mereka menyimpan sakit dan kerinduan mendalam di hati kecil mereka untuk sahabat yang menderita kepribadian ganda ini.
"Secepatnya," jawab Namjoon dengan senyum paksa. "Makanan lo udah gue buka, lo harus makan sekarang."
"Valery udah makan?"
Namjoon membuang napas panjang lagi. "Dia nggak kelihatan di kampus, tapi mungkin udah," jawab Namjoon berdusta.
"Lo harus makan, Ga. Mikirin Valery butuh tenaga. Kalo lo nggak makan, tenaga lo dari mana? Dia pasti sedih lihat lo makin kurus dan nggak ada semangat kayak gini."
Suga mengorek dinding kamarnya membuat catnya terkikis kecil-kecil dengan kalung besi di tangannya, tak semangat. "Valery udah makan?" tanyanya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Brainiac Boyfriend
Fanfiction[KIM NAMJOON FANFICTION | MY BOYFRIEND SERIES 5 ] sqrt(cos(x))*cos(300x)+sqrt(abs(x))-0.7)*(4-x*x)^0.01,sqrt(6-x^2),-sqrt(6-x^2) from -4.5 to 4.5 "I challenge you to solve that graphic function and you gonna realize loving someone isn't that easy as...