My Brainiac Boyfriend

9 • sky and earth

— Skylar

Dewi Fortuna memihakku. Malam yang lembab menjadi saksi bisu kalau aku berakhir pulang bersamanya. Seumur-umur aku belum pernah sedekat itu dengan orang yang kusuka. Maksudku, bisa berduaan di motor seperti tadi. Aku bisa melihat leher belakang Kak Namjoon dengan jelas, punggungnya yang lebar dan tegap. Kedua telinganya bertengger anting emas putih bentuk lingkaran, dan di belakang daun telinganya ada tai lalat kecil yang imut. Hehe.

Jujur, sifat Kak Namjoon tidak bisa kutebak. Aku bisa saja tahu semua tentangnya, tentang prestasi, tentang siapa teman-teman dekatnya atau apapun itu. Tapi...sifatnya, abu-abu bagiku. Apa dia begini juga pada temannya? Atau hanya padaku saja karena dia membenciku? Aku hanya tidak mengerti.

"Katanya tadi mau masak, kenapa malah diam di situ?"

Suaranya membuyarkan lamunanku. Aku menoleh pada sosok yang sedang berdiri tak jauh dariku. "Ah, sebentar, Kak. Aku lagi mikir hehe."

Seolah bisa menebak isi pikiranku, Kak Namjoon berdehem dan berkata, "mikirin saya kenapa mau diajak ke sini sama kamu?"

"Eh? Enggak kok! Aku..."

"Kamu nggak pintar bohong. Nggak usah mikir lain-lain, saya di sini juga karena kamu nawarin saya makan. Bukan mau melakukan aneh-aneh."

Aku hanya bisa menyengir kecil. Nusuk banget. "Aku nggak mikir aneh-aneh, kok. Aku masak dulu," balasku sambil berlari kecil menuju dapur. Kukira Kak Namjoon akan mengabaikanku sehabis itu, ternyata dia mengikuti langkahku. Dia menyandarkan punggungnya pada pintu kulkas sembari menatapku yang berada di depan wastafel sambil mencuci beras untuk dinanak.

"Mau masak apa?" tanyanya datar sambil melipat tangan di dada. Aduh, posisi itu memamerkan urat di lengannya. Aku salah fokus tahu!

"Kak Namjoon mau makan apa?" tanyaku ragu.

"Kamu jangan nanya balik kalau saya tanya. Misalnya saya bilang pengen makan beef bulgogi, memangnya kamu bisa bikinnya sementara tadi kamu hanya beli mie instant, daging kornet sama nugget?"