Eps. 15

164 15 10
                                    

~ Author Pov

Di bangku halte yang dingin..

"Apa aku nyerah aja sama Alex? Aku capek dimainin terus."

"Kenapa sih aku harus suka sama dia? Ihh, tau ah!" Batin Jessy yang kesal dengan dirinya sendiri sambil menendang batu yang tak bersalah.

"Jess!" Panggil seseorang dan Jessy langsung melihat kesumber suara.

"Oppa?" Ucap Jessy yang melihat kakanya berhenti didepan halte yang sama sekali belum didatangi para calon penumpang bis. Hanya Jessy saja yang ada disana, yah dia terlalu cepat sampai.

"Ngapain disitu, nggak dingin? Saljunya tebel banget loh, emangnya udah pulang? Padahal baru pukul 11 loh."

"Bolos yaa?" Sambungnya dengan mata dibuat menyipit.

"Apaan sih? Aku minta izin pulang, gak enak badan."

"Apa?! Cepat masuk, akan aku antar ke rumah sakit sekarang." Teriak Mike dari dalam mobil.

Tak kunjung direspon oleh Jessy, Mike pun keluar dari mobil dan langsung menarik adiknya untuk masuk kedalam mobil.

"Aku gak apa-apa kok, kak. Santai aja, cuman pusing dikit kok." Balas Jessy yang ditarik paksa itu.

Akhirnya karena terpaksa, Jessypun mengikuti permintaan sang kakak.

"Gak usah kerumah sakit yaa, aku mau istirahat dirumah aja." Ucap Jessy

"Kalo gitu ikut kakak aja kerumah kakak. Gak boleh ngebantah ya." Ucap Mike sambil tetap fokus menyetir.

"Iyadeh." Balas Jessy pasrah.

<skip>

"Hosh..hosh.. Jessy kemana sih?" Ucap Alex terengah-engah karena lari mencari Jessy

"Apa aku terlambat? Telpon aja deh." Batinnya

Tuuut...tuutt..

Suara nada tunggu panggilan terus terdengar tanpa diangkat, dan akhirnya hanya suara wanita asing yang terdengar. Bukannya Jessy, tapi suara wanita yang selalu Alex dengar sejak pertama kali dia menggunakan benda pipih itu ketika telponnya tak dibalas.

"Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi."

Alex terus mengulang-ulang panggilan itu tapi tetap saja tak ada jawaban.

"Kau tidak tau ya? Atau pura-pura tidak tau? Jessy menyukaimu, dan apa yang dia dapatkan? Adegan kissing dari drama? Menakjubkan, Alexander."

"Jangan sok polos! Jessy melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Apa kau tau betapa sakitnya dia?"

"Kau tidak tau ya? Atau pura-pura tidak tau? Jessy menyukaimu."

Kalimat-kalimat Irina itu terus teringat dikepala Alex.

"Augghh!!" Kesal Alex

"Kenapa aku tidak tau kalau dia benar-benar menyukaiku? Aku dibutakan oleh cintaku sendiri, sampai tidak sadar akan cinta dari seseorang yang diberikan untukku."

~Jessy pov

Saat Alex menelponku, aku tidak tahu harus berbuat apa. Aku ingin sekali mengangkatnya dan mengatakan seluruh isi hatiku, tapi egoku menghalangiku untuk melakukannya. Dan aku memilih untuk berpura-pura tidak terjadi sesuatu.

"Kenapa nggak diangkat?" Tanya Oppaku.

"Oh, ini? Aku gak berani ngangkat nomor yang belum aku kenal."

"Benarkah? Sepertinya tidak seperti itu."

"Percayalah, aku ini adikmu." Balasku

"Justru karena kau adikku aku tidak percaya padamu. Aku tahu betul adikku, dia tidak bisa menyembunyikan masalahnya sendiri, dan tentu saja kau sama sekali tidak pandai berbohong."

"Huuftt.. aku capek kak, aku tidur ya." Balasku mengambil jalan pintas agar tak mendengar ceramah dari kakakku itu.

Sepertinya semua orang tahu sifatku, sikapku, perasaanku, bahkan semuanya. Hanya aku disini yang tidak tau apa-apa tentang mereka. Padahal aku diberikan kemampuan istimewa diberi oleh tuhan, yah bisa dihitung seperti itu mungkin.

"Kalau dipikir-pikir. Kenapa aku bisa dapat kemampuan ini?" Batinku sambil pura-pura tidur.

"Apa kau bisa mendengarku?" Batin oppaku.

Deg!

"Apa maksudnya?"

"I can hear you, Jess." Sambung kak Mike

"Ya, aku bisa mendengar kata hatimu. Jadi jangan berani-berani membohongiku."

"Benarkah?"

"Kenapa bisa samaan? Apa ini penyakit menurun?" Tanyaku yang membuat kakaku sedikit terkejut.

"Kakak tidak tahu, kakak masih menjalani pemeriksaan. Kakak mengira ada gangguan ditelinga kakak, makanya kakak menjalani pemeriksaan itu."

"Jadi, apa hasilnya sudah keluar?" Tanyaku

"Dokter masih memperdalam kasus ini, dia belum bisa mengatakan pada kakak apakah ini penyakit yang menurun atau tidak. Dan ada dampak negatifnya atau tidak, ataupun sebaliknya."

"Oh, jadi begitu yaa."

"Jadi, kita nggak bisa saling bohong dong, hahah." Sambungku.

"Aku bisa saja berbohong padamu sekarang, selama aku tidak memikirkan rahasia itu atau membicarakan rahasia itu pada diri sendiri, maka suara hati itu juga tak akan muncul."

"Ada yang mengatakan pada kakak kalau ini kemampuan istimewa, tapi menurutku tidak. Karena kemampuan ini ada kelemahannya, salah satunya seperti yang kakak ucapkan tadi." Sambungnya.

"Oh, jadi begitu."

"Ah, ada satu lagi. Kau harus merahasiakan ini. Seperti yang aku katakan, kemampuan ini sangat lemah. Selama orang itu tidak memikirkan atau membicarakan rahasia itu pada dirinya sendiri, maka suara hati itu juga tak akan muncul. Jika mereka tahu rahasia ini, kau taukan apa yang akan mereka lakukan, kecuali kalau orang itu sangat bodoh."

"Baiklah, aku akan menyimpannya demgan baik." Balasku

"Jadi, apa rumahmu masih jauh?" Sambungku

"Sebentar lagi juga sampai." Balas kak Mike

Tak lama kamipun sampai didepan gerbang besi berwarna hitam yang terbuka otomatis. Dan mobil kami terus melaju hingga ke gedung berwarna putih nan megah.

"A..apa ini kantor? Besar sekali, katanya mau kerumahmu." Ucapku yang langsung turun dari mobil yang telah berhenti itu..

"Apa ini terlihat seperti kantor? Arsiteknya yang buruk dalam membuat denah atau kau yang buruk menilai? Ini rumahku tau.!" Balas Kakaku sambil menyentil dahiku.

"Issh sakit tau!" Lirihku sambil mengusap dahiku yang tertutup poni berwarna coklatku.

Dan tiba-tiba sekelompok oramg berjejer dan langsung membungkukkan badannya.

"Selamat datang tuan, saya sudah menyiapkan makan siang dan jadwal rapat hari ini."

"Cancel seluruh jadwal meeting hari ini. Katakan ada urusan keluarga yang sangat penting." Balas Mike pada seseorang yamg mengenakan jas navy bermotif garis.

"Oh, iya. Aqsal, ini adikku Jessy  dan Jessy ini sekertarisku Aqsal." Ucap kak Mike mengenalkan sekertarisnya yang sangat ramah itu, semyumannya begitu manis.

"Hei, sadar! Dia itu seumuran kakak, yang berarti hampir seumuran dengan om-om gitu." Batinku

"Hei, kau menyebut kami om-om? Kami bahkan belum punya pacar." Batin kak Mike sambil melihatku dengan tatapan sinisnya karena tak terima dipanggil om-om.

"Ada apa dengan kalian berdua? Ayo masuk, makan siangnya sudah disiapkan dimeja makan." Ucap kak Aqsal

Dan kamipun masuk kedalam rumah megah layaknya istana yang hanya dihuni oleh seorang raja yang kesepian.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Jangan lupa votenya yaa😘, dan tolong doanya serta dukungannya untuk cerita ini.❤ Untuk pertama kalinya author ini ikut watty awards😢
Thanks semja yang udah mampir. Bubye...

Tbc...

I Can Hear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang