Eps. 14

179 21 9
                                    

Yuhuu, silahkan membaca. Maaf kalau masih ada typo dimana-mana😂😂

------------------------------------------------------

~Jessy Pov

"Apa dia tidak mengobati lukanya itu? Sebaiknya aku mencarinya." Batinku sambil mengambil kotak P3K untuk dibawa.

Grep!

"Kau mau kemana?" Tanya seorang laki-laki yang terbaring lemah dikasur khas UKS. Yah, kak Aaron.

"Mau keluar sebentar."

"Kau mau mencari Alex ya?" Tanyanya lagi.

"Seperti itulah." Balasku

"Tidak bisakah kau tinggal lebih lama disini?"

"Dia juga terluka, walau bagaimanapun dia temanku yang selalu melindungiku. Jadi, aku harus menemuinya. Maaf.." kalimat itu menjadi kalimat terakhir dari perbincangan kami sebelum aku pergi.

Tap

      Tap

Tap

Suara langkah kakiku terdengar jelas karena hanya ada aku yang berjalan menyusuri setiap lorong sekolah ini. Entah dimana semua murid-murid sekolah ini yang biasanya selalu gaduh.

"Alex dimana sih? Apa dia pulang?"

Dan langkahku terhenti seketika ditaman dimana pertama kalinya aku kembali bertemu dengan Alex selama bertahun-tahun lamanya tak saling bertemu dan akhirnya bertemu disekolah ini dan lebih tepatnya taman ini.

"Alex?!" Ucapku kaget melihat pose mereka berdua, Alex dan juga Kak Rissa.

-Jessy Pov End

~Author Pov.

Jessy terkejut melihat posisi Rissa yang begitu dekat, bahkan sangat dekat yang membuat hati Jessy seakan remuk melihatnya. Posisi Rissa yang sedang mencoba mengobati wajah Alex terlihat seperti bagian Kissing scene di film-film karena Jessy melihatnya dari samping. Rasa kecewa, marah, dan sakit terasa bersamaan karena Jessy mengira mereka sedang berciuman.
Angle yang tepat untuk berciuman.

Bruk!

Suara kotak P3K membuat Alex dan Rissa terkejut dan langsung melihat kesumber bunyi.

"Jessy? Oh, kau datang tepat waktu, sweety." Batin Rissa sambil tersenyum miring.

Seketika Jessy pergi dari tempat itu, dia berlari sekencang-kencangnya meninggalkan Alex dan Rissa yang dianggapnya sedang berpacaran.

"Aku benar kan? Yang semalam itu hanya lelucon. Dia itu tidak pernah serius padaku.
Apa yang aku harapkan? Pacaran dengannya? Dasar bodoh!" Batin Jessy yang tak sengaja mengeluarkan airmata sebening kristal itu.

Kelelehan pasca lari dan isakkan tangis berpadu, menyesakkan memang. Kisah cinta di SMA tidak seindah di film-film. Mencintai seseorang dibelakang, tanpa dilihat, tanpa dirasakan, dan lebih tragis lagi tidak diperhatikan memang sakit. Dan itu yang dipikirkan oleh Jessy selama ini dan mendapati Alex dan Rissa bersama, maka lengkap sudah kekecewaannya. Tanpa dia sadari, ternyata dia memang mencintai Alex sejak dulu.

"Kenapa aku menangis? Sebenarnya aku ini kenapa? Apa aku cemburu?" Batin Jessy

"Jess? Kau kenapa? Kenapa menangis?"

"Irinaaaa!! Hiks..hiks." Ucap Jessy yang langsung memeluk erat tubuh mungil sahabatnya itu.

"Siapa yang membuatmu seperti ini hah? Aku akan membunuhnya!! Katakan padaku, apa yang terjadi? Apa ini ada hubungannya dengan Rissa?" Ucap Irina To The Point

"Jangan-jangan dia sudah memulai permainan kotornya." Sambungnya.

"Aku tidak tahu, itu bagian rencananya atau bukan. Entah kenapa dadaku terasa sesak melihat Alex dan Rissa bersama. Kau tahu, sepertinya mereka sedang berciuman tadi."

"What?! Dasar ular, dia langsung mengambil langkah cepat yah. Dan Alex juga harus diberi pelajaran. "

"Kau menyukainya ya? Sudah kuduga. Dari awal kau itu nampak banget tau nggak? Sok-sokan bilang enggak padahal iya. Dasar cewek! Sudah hentikan! Jangan tangisi laki-laki kurang ajar seperti dia, jangan kira stok laki-laki hanya dia? " Sambung Irina dengan nada mengejek.

"Ih,apaan sih. Nyebelin. Memangnya lo itu apaan?" Balas Jessy tersipu malu.

"Yah, aku mengaku menyukainya, aku mencintainya." Batin Jessy.

Dan diseberang sana, Alex juga meninggalkan Rissa yang masih terlihat senang saja mengingat kejadian tadi.

"Ternyata tidak perlu rencana, dia melompat ke jurangnya sendiri. Entah apa yang dia pikirkan sampai seperti itu, tatapannya terlihat sangat kecewa. Apa aku menang? Tuhan memang adil." Batin Rissa melihat Alex berlari mengerjar Jessy yang entah dimana.

Alex masih terus saja mencari-cari keberadaan Jessy.

"Sebenarnya apa yang dia pikirkan? Kenapa dia tiba-tiba lari seperti itu?" Batin Alex cemas.

"Mungkin di UKS." Sambungnya yang berpikir kalau Jessy masih di UKS untuk merawat Aaron.

Di UKS...

"Dimana Jessy?" Tanya Alex yang lamgsung menarik kerah baju Aaron

"Hei, tenanglah bung. Aku tidak menyembunyikan Jessy disini." Balas Aaron yang langsung menangkis tangan Alex

"Lalu dia dimana?" Tanya Alex lagi

"Bukannya dia seharusnya bersamamu?" Balas Aaron bingung

"Apa maksudmu?"

"Dia membawa kotak pertolongan pertama untukmu, hanya untukmu! Dia bersikeras untuk mengobati luka-lukamu itu. Dan akhirnya meninggalkanku disini."

"Sial!" Ucap Alex pada dirinya sendiri seharusnya dia menahan diri saat Rissa memaksanya untuk diobati.

Dan tujuan akhir yaitu Kelas.

"Wah wah. Siapa ini yang datang? Bedebah yang berhasil membuat Jessy menangis? Luar biasa!" Ucap Irina sambil memberi tepuk tangannya.

"Menangis?"

"Kau tidak tau ya? Atau pura-pura tidak tau? Jessy menyukaimu, dan apa yang dia dapatkan? Adegan kissing dari drama? Menakjubkan, Alexander."

"Kissing? Kapan? Dengan siapa?" Tanya Alex bingung.

"Jangan sok polos! Jessy melihatnya dengan mata kepalanya sendiri. Apa kau tau betapa sakitnya dia?"

"Aku tidak pernah mencium.. tunggu. Jangan-jangan saat Rissa mencoba mengobatiku tadi." Ucap Alex yang sempat terhenti ditengah kalimatnya dan langsung memgingat kembali kehadian yang dimaksud.

"Oh, jadi kau berciuman dengan Rissa? Wow."

"Stop! Aku tidak pernah berciuman dengannya! Jangan mengeluarkan kata itu lagi! Sepertinya dia salah paham, karena dia melihatnya dari samping."

"Apa?"

"Wajahku dengan Rissa memang dekat. Tapi, kami tidak melakukan hal itu. Percayalah padaku."

"Jadi, ini hanya salah paham?" Tanya Irina.

"Iya, aku tidak pernah melakukan itu. Bahkan bagian dia mengobatiku itu juga terpaksa karena Rissa langsung menarikku."

"Dia benar-benar tidak waras." Balas Irina.

"Kejar dia! Sebelum ada orang lain yang bakal menghapus air matanya."

"Sepertinya dia belum terlalu jauh." Sambung Irina

"Apa sudah boleh pulang?" Tanya Alex

"Tenang, aku akan mengurusnya." Balas Irina.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Hai semua😊 maaf yah kalau kurang bagus.🙏🙏
Author amatiran ini sudah berusaha yang sebaik mungkin untuk membuat chapter ini, maaf kalau tidak sesuai dengan kriteria kalian yaa.😭
Jangan lupa vote yaa, biar nambah motivasi author biar lebih semangat lagi❤

Tbc.....

I Can Hear YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang