Chapter 2

110 9 6
                                    

Di lapangan, calon siswa dan siswi sedang berbaris berpanas panasan membuat calon murid SMAN 22 MERAH PUTIH merasa lelah. Para OSIS di sekolah itu kewalahan karena para calon siswa/i susah diatur. Ketua OSIS yang berdiri di depan lapangan sembari memberikan pengarahan dan informasi.

"Baik adik adik itu saja dari saya, sedikit informasi besok tolong bawa kertas karton tebal yang dipotong persegi panjang terus ditulis kalimat 'saya berhasil' dan tali plastik untuk menggantungkan kertas kartonnya. Jangan sampai lupa!" Jelas ketua OSIS yang tak lain dan tak bukan si tampan Alvin sambil menyudahi informasi yang diberinya.

"Dan sekarang kalian diboleh pulang, karena saya rasa informasi dari saya sudah cukup. Jangan kelayapan!" Tanpa mengubris perkataan Alvin calon murid SMA itupun langsung meninggalkan lapangan dengan wajah kesal.

***

"Hai!" sapa Rey mengagetkan Risa.

"Apaan sih lo ngagetin aja!" memperlihatkan wajah kesalnya.

"Pulang bareng gue yuk." Sambil memegang tangan Risa dan dengan cepat risa menepisnya.

"Gak, gue bisa sendiri!" Kata Risa dengan wajah datarnya.

Semua yang dilakukan Risa terhadapnya tidak membuatnya jera tetapi dia semakin gencar dan yakin untuk mendapatkan hati seorang Risa.

Rey berhenti sebentar ketika Risa sedang memain kan HP nya. Tanpa Risa sadari di depannya ada sebuah batu besar dan Risa berjalan dengan lurus mendekati batu tersebut. Dan akhirnya Risa pun terjatuh akibat batu besar yang kini berada di depannya. Risa tak henti-hentinya mengumpat, sedangkan Rey sedari tadi memandangnya.

"Aww."  Ringis risa.

"Ugh dasar batu kurang ajar! Siapa sih yang meletakkan batu besar disini?" teriak Risa. Dan dengan cepat Rey datang.

"Jadi, gimana butuh bantuan gak sekarang?" Ujar Rey sedikit menyindir.

Risa tampak berpikir sejenak. Kemudian menganggukkan kepalanya dengan wajah tertunduk. Dengan cepat Rey dengan cepat membantu Risa berdiri.

"Lo lagi! Kenapa sih lo ngikutin gue terus? Kayak gak ada kerjaan aja lo."

"Woy turunin tangan lo dari tangan gue!" Teriak risa sambil meronta, dengan cepat Rey menjawab.

"Gue cuma mau nolongin lo." ucap Rey lembut.

"Tapi tangan gue jangan dipegang juga!." lagi lagi risa berteriak.

"Kalau kalau lo jalan sendiri, bakalan lama dan yang paling parahnya lagi,, lo ga bakalan nyampe rumah." kata Rey seraya menatap Risa, membuat Risa terdiam.

"Lebay lo."

"Cih,, terserah gue lah."

***

Rey membantu Risa untuk duduk diatas motor.

"Pegangan, gue mau ngebut!" Kata Rey. Dan dengan cepat Risa menaruh tangannya di bahu Rey.

"Emang gue tukang ojek apa? Ujar Rey.

"Mana ada tukang ojek mukanya ganteng kayak gini?" Sambung Rey menyombongkan dirinya.

"Oke, yaudah." Kata Risa sambil menurunkan tangannya dari bahu Rey.

"Eeh jangan ngambek dong." Ujar Rey, lalu meletakkan kedua tangan Risa di pinggangnya. Ketika Risa akan menarik tangannya dari pinggang Rey, ia berkata.

"Gini aja jangan dilepas." kata Rey dengan nada suara dilembutkan. Risa hanya diam saja dan mengikuti Rey.

"Duuh!!! jantung, diam dong jangan cepat geraknya. Lo gak bisa gini." Batin Risa.

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang