Chapter 8

46 6 1
                                    

"Ma, aku tadi ke restoran yang ada di Hotel Abadi." Ujar Risa lembut.

"Alah! jangan banyak alasan kamu. Ngapain kamu ke hotel?" Bentak mama Risa.

"Ma dengerin aku dulu!" Risa juga membentak mamanya, refleks Ema menampar pipi Risa.

"Kamu sekarang jujur! Ngapain ke hotel?" Teriaknya.

"Aku gak ngapa-ngapain ma!" Bentak Risa.

'Plak'

Ema menampar pipi Risa, tamparan itu meninggalkan jejak di pipi Risa. Air mata yang sedari tadi Risa tahan akhirnya turun begitu saja membasahi pipi tirus miliknya.

"Ma, aku gak tau salah aku dimana. Aku gak tau ma. Dimata mama aku selalu salah!" Teriak Risa yang masih menangis tersedu sedu.

"Gak tau salah kamu dimana? HA!?" Teriak Ema menunjuk wajah Risa.

"Kamu itu pulang tengah malam bagini, dari hotel, ngapain keluar tengah malam dari sana Risa? Kamu bilang kamu itu gak tau salah kamu sendiri apa? Dasar anak sampah!" Ujar Ema kasar.

"Ma, kan udah aku bilang kalau aku itu kesana CUMA MAKAN, GAK NGAPA-NGAPAIN!" Teriak Risa.

Ema menarik tangan Risa kasar menuju kamar Risa, kemudian dia menghempas keras dan mengunci pintu kamar Risa.

Risa menangis sepanjang malam. Menangis karena ibunya sendiri tidak mempercayainya.

***

Pagi hari Risa terbangun dengan mata sembab, berkantung mata, wajahnya kusam. Dia termenung sebentar memikirkan kembali apa yang terjadi ketika malam hari. Setelah merasa cukup lama duduk, Risa berdiri dari kasurnya hendak keluar kamarnya. Tetapi ternyata pintu kamarnya masih terkunci. Risa mengetuk pintu kamarnya seraya memenggil Mamanya, papanya, dan kedua saudaranya.

"Ma, bukain pintunyaa!" Teriak Risa, tetapi mamanya tidak mendengarnya.

"Aku mau sekolah mama!" Teriak Risa kembali.

Risa mendengar suara orang sedang berjalan mendekati kamarnya, kemudian membuka pintunya. Ternyata dia melihat Fino yang membukanya, air mata Risa pecah saat Fino memeluknya.

"Risa, kamu yang sabar ya. Mama cuma salah paham aja kok." Fino berkata lembut membuat air mata Risa tidak bisa berhenti, Risa menangis tersedu sedu di dalam dekapan Fino.

"Iya bang, thanks ya." Ujar Risa lembut juga. Fino mencium puncak kepala Risa, mengengelusnya dan melepaskan pelukannya kepada Risa karena, dia merasa Risa sudah cukup tenang.

"Udah jangan nangis lagi." Fino menghapus air mata yang membasahi pipi tirus milik Risa.

"Bang, mama benci sama gue!" Fino menggelengkan kepalanya.

"Gak ada orang tua yang membenci anaknya sendiri."

"Lo percaya sama gue kan bang!"

"Iya, percaya!"

"Lo mau sekolah kan?"

"Iya bang!"

"Nanti gue antar lo!" Tawar Fino.

"Jangan bang. Nanti mama marah lagi sama lo gue naik bus aja."

"Gak, mama gak akan marah!"

"Lo mandi gih. Ntar sarapannya sama sama ya!" Risa hanya mengangguk saja tidak menjawab.

***

Di meja makan terdapat banyak makanan seafood. Ema yang memasaknya. Di sana ada Ema, Fio, Fino dan Joni. Hanya Fino saja yang memberi Risa sebuah senyuman hangat. Risa melihat makanan yang ada di meja tersebut. Kemudian Risa mengatakan sesuatu.

"Hmm. Pa, ma, kak, bang, aku pergi ke sekolah dulu ya." Risa menghampiri Ema dan Joni berniat untuk menyalami orang tuanya. Hati Risa merasa teriris pisau tajam karena, orang tua nya tidak memberikan tangannya untuk Risa, seolah tidak ada orang yang bernicara dengan mereka. Fino yang melihat hal itu akhirnya angkat bicara.

"Kamu gak sarapan dulu dek." Tanya Fino.

"Gak bang, gue pergi dulu ya." Risa hanya menyalami Fino.

"Iya, hati-hati ya." Ujar Fino lembut.

"Ya, bang." Ujar Risa sedih.

Fino yang merasa ada yang berbeda hari ini, akhirnya dia menyadari kejanggalan pagi itu. Dia mengetahui kenapa Risa tidak ikut sarapan, penyebabnya adalah seafood.

"Ma. Mama kok masak seafood? Kan mama tau, Risa alergi makan seafood." Ujar Fino dingin.

"Dia nya aja yang manja." Ketusnya.

"Mama benar benar gak punya hati." Fino mengakhiri percakapannya untuk mengejar Risa yang masih berada di halaman rumah.

"Risa, yok abang antar." Tawar Fino.

"Gak usah bang, gue nunggu Ana sama Rani aja bang. Mereka udah mau kesini." Risa berkata jujur, tetepi Fino masih tidak percaya.

"Kalau gitu, gue tunggu disini sampai teman lo datang."

"Lama lho bang."

"Gak peduli, pokoknya gue temenin lo sampai teman lo datang."

"Terserah lo, dasar keras kepala."

***

Fino menemeni Risa dihalaman rumahnya. Dan akhirnya setelah 15 menit lamanya mereka menunggu, teman Risa datang dengan mobil berwarnya merah milik Rani.

"Risaa, ayo cepeaan jangan diam aja." Teriak Ana dari dalam mobil.

"Iya iya, tunggu bentaar!"

"Bang gue pamit ya!" Risa menyalami saudaranya.

"Iya, hati hati." Ujarnya seraya mengacak rambut Risa.

"Iih, kan jadi berantakan rambut guee!" Risa berlari kearah mobil Rani.

Fino hanya tersenyum melihat adik nya itu.

***

Di dalam mobil Rani, Risa duduk di kursi belakang bersama Ana.

"Ris, mata lo kok bengkak gitu?" Ana yang melihat mata Risa bangkak itu memandangnga bingung.

"Lo habis nangis, ya?" Tanya Ana.

"Gak kok, gue tadi malam gak bisa tidur." Risa berbohong.

"Mana ada orang gak bisa tidur hidungnya merah. Lo kalau ada masalah cerita sama kita gak boleh dipendam sendiri aja nanti lo sakit. Kalau lo sakit lo bakal bolos trus kita nyontek sama siapa?" Jelas Ana

"Hahaha! Lo ada ada aja." Fikiran Risa perihal tadi malam lenyap seketika, karena dia merasa terhibur kalau bersama temannya.

***

Yeay akhirnya part 8 selesai. Semoga feelnya dapat dan semoga para readers terhibur

Jangan lupa vote and comen

Thanks🙏🏻🙏🏻🙏🏻

See u next part💕

             

RumitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang