Aku berangkat pagi ini ke pabrik untuk terakhir kalinya menyelesaikan design-ku. Aku benar-benar tidak bisa tidur semalaman karena pikiran tentang papa masih membuatku cemas. Apa harus aku menuruti papa? Apa aku seharusnya sudah mulai serius mencari pasangan? Aku rasa aku tak akan lagi menjahili semua laki-laki yang mendekatiku nanti. Aku menyelesaikan designku untuk yang terakhir kali dan memberikan hasil jaitanku ke para model untuk percobaan selama seminggu. Setelah itu, aku akan pergi ke Chadwick untuk memeriksa penjualan model baruku. Seperti biasa butik terlihat ramai. Lautan manusia itu tidak reda juga walaupun waktu menunjukkan jam untuk makan malam. Aku meninggalkan butik untuk pulang. Saat aku berada di parkiran, aku melihat beberapa petugas keamanan di tempat sekitar aku parkir. Aku merasakan hal yang tidak enak. Aku berjalan semakin cepat dan menemukan bahwa BMW-ku sudah penyok parah di bagian depan. Aku benar-benar shock saat melihat hal itu. Salah satu petugas melihatku dan mulai menghampiriku.
“Apa anda pemilik mobil ini?” Tanya salah satu petugas itu.
“Iya. Ada apa dengan mobil saya?” Tanyaku.
“Sorry, gue ngga sengaja nabrak mobil lo.” Kata seseorang tiba-tiba saja menghampiriku. Aku melihatnya. Bukankah dia laki-laki yang menggodaku waktu itu saat aku sedang berjalan dengan Bobby?
“Lo?! Bukannya yang rese malem itu?” Tanyaku tak suka. Mukanya mebelalak.
“Loh, lo? Sorry-sorry. Gue uda hubungin pihak asuransi gue. katanya dia bisa urus. Gue akan ganti semua kerugian mobil lo.” Katanya.
“Bukan itu masalahnya! Gimana cara gue pulang sekarang?” Kataku. Aku sebenarnya tidak memasalahkan ganti rugi, tapi bagaimana caraku pergi kerja setiap hari? Aku paling anti dengan yang namanya menggunakan taksi karena aku sendiri pernah tertipu oleh supir taksi jakarta yang licik.
“Gue anterin lo kemanapun lo pergi sekarang. Anggep aja gue supir pribadi lo. Gue bener-bener minta maaf.” Katanya. Ini udah yang ketiga kali dia meminta maaf. Sepertinya dia benar-benar merasa bersalah.
“Gue masih butuh mobil ini buat kerja juga.” Kataku.
“Hm… gue coba cari mobil rental untuk sementara. Sementara itu, kalo lo butuh transport, call gue aja. Sorry banget ya. Gue coba benerin secepet mungkin.” Katanya. Dia memberikanku kartu namanya. Calvin Pratama. Pengacara di law firm terkenal The Right Brothers. Ya ampun, ternyata dia pengacara? Pantas saja dia terlihat rampi dan smart.
Sebenarnya aku kesal dengannya tapi ada yang bisa aku lakukan? Ini udah terjadi. Aku akhirnya menyetujui usulnya. Aku mengambil barang-barang penting yang ada di dalam mobil. Aku mengurus pembetulan mobilku dan mengikuti Calvin ke mobilnya. Ternyata dia tidak kalah gila dengan Francis. Porschenya yang hanya berpintu dua itu terlihat mengkilap. Anehnya aku tidak melihat penyok di segala angle mobilnya.
“Bukannya mobil lo yang nabrak mobil gue? Kok mobil lo ngga papa?” Tanyaku curiga.
“Ah itu… sebenernya bukan mobil gue yang ini yang nabrak mobil lo, tapi mobiil CRV gue. Mobil gue udah dibawa ke bengkel duluan. Sorry ya. Gue emang ngga bisa nyetir mobil gede.” Kata Calvin. Lagi-lagi dia meminta maaf. Sudah yang kelima kalinya dia melakukan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pixie
RomanceKata orang, pixie itu adalah peri kecil yang jahil. Menurut legenda, peri ini bukanlah peri jahat. Hanya saja, kelakuan usilnya itu membuat semua orang kewalahan. Demon king adalah satu-satunya mahluk yang dapat membuat seorang pixie menunduk dan tu...