Chapter 12: Her Again

15.5K 993 5
                                    

Francis’s POV:

Aku melihat sosok yang familiar di airport. Pemandangan itu susah untuk dilewatkan karena sangat mencolok sekali. Aku melihat seorang perempuan muda yang dicium oleh seorang laki-laki tua. Jika aku tidak mengenal mereka berdua, pasti aku sudah akan mengira bahwa perempuan itu adalah simpanan si bapak tua. Jaman sekarang apa lagi yang ada di pikiran orang jika melihat seorang bapak tua mencium seorang gadis muda seperti dia? Bapak tua itu menggandeng tangan perempuan itu erat dan memeluknya. Mereka adalah sosok Calista dan om Harry. Aku benar-benar tak menyangka bahwa aku akan bertemu dengan mereka berdua disini. Sudah lama sekali sejak aku bertemu dengan mereka berdua karena harus sekolah dan kuliah di New York. Calista… sosok perempuan itu tidak berubah dari dulu. Lihat saja, cara berpakaiannya. Cuek dan berantakan sekali. Sama persis dengan saat dia kecil. Dilihat dari kelakuannya yang pecicilan saat kecil dulu, aku sudah menduga bahwa dia akan tumbuh jadi sosok gadis yang tomboy dan cuek seperti itu. Dia benar-benar tidak berubah sama sekali. Masih manis dan adorable. Lihat saja kelakuannya yang dekat dengan om Harry. Jarang sekali ada perempuan yang masih mau berkomunikasi sedekat mereka berdua apalagi diumurnya yang sudah dewasa. Kebanyakan perempuan pasti akan sibuk dengan urusannya sendiri dan menelantarkan orang tua mereka. Tanpa sadar, senyumku membesar saat melihat kedekatan mereka berdua.

Tiba-tiba saja aku meningat kejadian saat kecil dulu. Memori itu sepertinya tidak akan pernah hilang dari pikiranku karena akulah penyebab kecelakaan yang menimpa Calista waktu itu. Walaupun akhirnya kesehatannya kembali pulih, aku masih merasa bersalah karena telah memberikan memori buruk untuknya. Bagaimana dengan luka Calista ya? Menurut dokter, lukanya akan membesar saat ia tumbuh. Jangan-jangan hal itu yang membuatnya tidak berani bergaya feminim dan lebih memilih untuk bergaya tomboy? Rasa bersalah itu tiba-tiba muncul lagi di pikiranku, kali ini terasa semakin besar. Aku menguping pembicaraan mereka dari jauh.

“Ati-ati ya jalan pulangnya.” Kata om Harry.

“Iya pa. Ati-ati juga di pesawat.” Kata Calista.

“Inget loh kamu besok harus ketemu sama cowok kenalan papa itu.” Kata om Harry dengan ekspresi tegas. Sepertinya Calista sedang dijodohkan oleh Om Harry.

“Iya-iya.” Kata Calista seakan-akan dia malas menjawabnya.

“Jangan pura-pura gembel kayak kemaren lagi loh.” Kata om Harry memperingati. Aku terkejut mendengar perkataan om Harry. Aku sepertinya sudah mulai mendapat gambaran tentang situasi mereka berdua. Sepertinya Calista sudah sering dijodohkan oleh om Harry tapi Calista selalu menolak pilihan om Harry. Memangnya apa yang sudah diperbuat Calista saat bertemu dengan laki-laki pilihan Om Harry? Apa dia benar-benar berpura-pura berpenampilan seperti gembel? Tidak mungkin ada perempuan yang rela membuat penampilannya jelek hanya untuk menolak seorang laki-laki.

“Iya-iya. Kemaren kan cuman buat ngetes doang. Siapa tau dia mau sama aku cuman karena harta doang.” Kata Calista mencari alasan. Ternyata kejadian itu memang benar terjadi. Aku tak menyangka bahwa selain penampilannya, sifat Calista-pun tidak berubah sama sekali. Dia masih saja suka mengerjai orang lain. Aku seperti dapat bersimpatik dengan laki-laki yang dikerjainya karena aku adalah korban kejahiln Calista saat kecil dulu.

“Jangan dandan kayak anak kuper juga.” Kata om Harry lagi. Ya ampun. Bahkan dia berani berpenampilan culun untuk mengerjai laki-laki yang dijodohkan padanya.

PixieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang