Chapter 17: Disastrous Night

16.5K 1K 9
                                    

Sudah lebih dari seminggu aku menginap di pabrik untuk membuat design baru. Aku masih saja belum berhasil menemukan ide walaupun sudah membaca berratus-ratus majalah fashion dan video fashion. Aku mencoba untuk menggambar beberapa model baru. Ini semua karena aku harus meluncurkan design baru untuk season depan. Aku memfokuskan pikiranku untuk menggambar berbagai model sampai menemukan model yang kuinginkan. Setelah selesai menggambar beberapa design, aku megistirahatkan kepalaku di atas meja untuk tidur. Entah sudah berapa hari aku tidak tidur, rasanya kantong mataku sudah super berat dan semakin hitam. Aku memasang alarm yang akan membangunganku setelah tiga jam.

"Ta! Bangun Ta!" Aku merasakan guncangan yang heboh. Aku bangun dari posisi tidurku. Leherku terasa sakit sekali. Mungkin karena aku tertidur dengan posisi yang tidak nyaman. Aku melihat ke arah orang yang mengguncang badanku. Francis sudah berdiri di depanku dengan muka kesal. Kenapa dia bisa ada di sini?

"Loh, kenapa lo kesini?" Tanyaku ke Francis.

"Gimana gue ngga kesini, gue udah coba telpon lo setiap hari, dateng ke butik lo, dateng ke rumah lo, bahkan nanya sama temen lo si Patsy, tapi ngga ada yang tau kabar lo seminggu ini. Hampir aja gue kira lo diculik orang. Kemana aja sih lo seminggu ini?" Tanyanya dengan nada kesal.

"Dimana apanya? Orang gue disini terus selama seminggu." Kataku membalasnya dengan tak kalah kesal. Kenapa dia mengganggu acara tidurku yang baru sebentar ini? Aku kembali meletakkan kepalaku di atas meja untuk kembali tidur.

"Ta, bangun dong. Kebo banget sih, masa tidur lagi." Kata Francis sambil mengguncang-guncang badanku lagi.

"Uda ah, jangan ganggu gue, gue baru juga tidur." Kataku menyingkirkn tangan Francis.

"Ta, lo belom nepatin janji lo. Ana masih gangguin gue." Kata Francis. Aku segera bangun. Aku benar-benar lupa dengan masalah itu karena terlalu sibuk. Walaupun aku mengantuk, aku berusaha bangun. Jika aku tidak menepati janjiku sekarang, aku pasti akan lupa.

"Oh iya, gue coba chat-in dia deh sekarang." Kataku segera mencari-cari handphone-ku di antara tumpukan-tumpukn kertas dan majalah. Tiba-tiba Francis menggoyang-goyangkan handphone-ku di tangannya. Sejak kapan dia memegang handphone-ku? Aku segera merebutnya kembali.

"Lo ngga perlu hubungin Ana. Gue udah kasih tau dia kalo gue pacaran sama lo." Kata Francis.

"Lo bilang ke dia what?!" Tanyaku dengan khawatir. Ana bisa marah denganku kalau begini caranya. Aku segera memeriksa handphone-ku. Ternyata benar kekhawatiranku. Ana marah besar dan menolak untuk menjadi model untuk photoshoot design baruku. Aku segera menepuk jidatku. Bagaimana caraku mencari model baru sedangkan acaranya hanya sebulan lagi? Dasar Ana, tidak professional sekali dia. Aku menyesal sudah menyewa model labil seperti Ana. Seharusnya aku menyewa model yang lebih dewasa dan professional.

"Tuh kan, gara-gara lo nih, Ana jadi nolak buat jadi model photohoot gue." Kataku kesal.

"Kok nyalahin gue? Kan salah lo sendiri lupa sama janji lo ke gue." Kata Francis dengan santai.

"Tuh kan masalah gue nambah lagi. Kalo masalah lo sama Ana udah selesai, ngapain lagi lo kesini?" Tanyaku kesal. Sudah membuatku kehilangan model, sekarang pakai menggangguku segala lagi.

"Gue butuh bantuan lo. Ikut gue sekarang." Kata Francis menarikku.

Otakku yang masih belum bisa bekerja dengan jernih, menuruti saja kemauan Francis. Dia menarikku masuk ke dalam mobilnya. Tidak seperti biasanya Francis memakai supir. Memangnya dia mau membawaku kemana? Keadaanku saat ini benar-benar tidak cocok untuk dibawa kemana-mana karena terlalu kucel setelah begadang berminggu-minggu.

PixieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang