1 - Putera Mahkota (6)

333 8 0
                                    

***

Cuplikan akhir bagian 5...
Mahisa Agni menjadi ragu-ragu. Kalau ia tidak bersedia, maka pengawal yang hanya menerima perintah itu pasti akan memaksanya. Ia sama sekali tidak mendapat keuntungan apapun berselisih dengan prajurit yang sedang bertugas.

Karena itu, betapa beratnya ia pergi juga memenuhi panggilan Ken Umang itu. Namun sudah terasa, bahwa sesuatu pasti akan terjadi. Sesuatu yang tidak akan menyenangkan hatinya.

Tetapi Mahisa Agni itu terpaksa menyusup regol yang lebar pada dinding batas halaman itu, diantar oleh prajurit pengawal yang memanggilnya.

***

Ketika ia sampai ke ujung serambi belakang bangsal itu. terdengar suara seorang perempuan dari balik dinding, "Suruh orang itu duduk di serambi!"

Terasa dada Mahisa Agni melonjak. Ia kini sadar, bahwa ia berhadapan dengan seorang perempuan pendendam.

Tetapi ia masih dapat menyabarkan dirinya. Meskipun ia tidak duduk di serambi, tetapi ia menunggu di bawah tangga. Tiba-tiba dari balik pintu muncul seorang perempuan dalam pakaian yang gemerlapan. Ken Umang.

Mahisa Agni menjadi semakin berdebar-debar. Tetapi ia segan memandang wajah perempuan itu.

"Kakang Mahisa Agni" katanya kemudian, "Aku ingin mengucapkan selamat datang di istana Singasari"
Mahisa Agni dengan susah payah menahan hatinya. Jawabnya, "Terima kasih Tuan Putri"

"Apakah Kakang Mahisa Agni masih ingat kepadaku?"

Mahisa Agni mengerutkan keningnya. Sekilas dipandangnya wajah Ken Umang yang sedang tersenyum atas kemenangannya. Sambil bersandar tiang yang berukir dan bersungging warna-warna cemerlang ia menyilangkan tangannya di dadanya.

"Ya Tuan Putri. Hamba masih ingat"

"Di manakah kau pernah bertemu dengan aku?"

Terasa dada Mahisa Agni menjadi semakin sesak. Dengan tanpa memandanginya ia menjawab, "Aku kira Tuan Putri pun masih ingat, di mana kita pernah berjumpa"

Ken Umang terdiam sejenak. Jawaban itu sama sekali tidak dikehendaki. Sekilas ia melihat dua orang pengawal berdiri tegak di sebelah menyebelah regol yang menghubungkan bagian istana yang baru dan bagian yang lama.

"Ya" berkata Ken Umang kemudian, "Aku memang masih ingat. Kita bertemu di rumah Kakang Witantra bukan?"

"Hamba Tuanku"

"Dan sekarang kita bertemu di sini. Kau tahu, siapa aku sekarang?"

"Hamba Tuanku"

"Kau ingat, bagaimana kau menyakiti hatiku waktu itu?"

Mahisa Agni berdiri termangu-mangu. Tetapi ia memang harus menahan dirinya. Kini ia berhadapan dengan istri muda seorang raja yang perkasa.

"Mahisa Agni" berkata Ken Umang itu kemudian, "Aku memang sudah berjanji kepada diriku sendiri, bahwa aku akan menunjukkan kepadamu, bahwa Ken Umang bukan seorang gadis buangan seperti yang kau sangka. Sekarang kau mengerti, bahwa kau harus berhamba diri kepadaku"

Bara Di Atas SinggasanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang