2 - Anusapati (10)

351 6 0
                                    

***

Cuplikan akhir bagian 9...
"Masih amat jauh. Jangan mati"

"Aku akan berusaha untuk tidak mati"

Mahisa Agni tersenyum di dalam hati. Sambil mengangguk-anggukkan kepalanya ia berkata, "Baiklah. Tetapi hati-hatilah"

***

Cantrik itu-pun mengangguk-anggukkan. Tetapi ia tidak segera beranjak dari tempatnya.

Orang-orang yang berusaha menyingkir itu-pun segera menyiapkan diri. Kekuatan mereka sebenarnya hanyalah enam orang. Seorang sudah separo baya, dan yang seorang telah lebih tua lagi.

"Apakah kalian benar-benar akan melawan?" bertanya pemimpin rombongan yang menyusul itu.

"Ya. Jangan kecewa, meskipun kau sudah mulai menghitung-hitung berapa kepala yang akan kau dapatkan, kali berapa keping uang"

Orang itu tertawa. Katanya, "Kau tahu juga hasil yang akan kami peroleh dari buruan-buruan kami. Selain itu, semua harta benda yang kami dapatkan dari buruan-buruan kami menjadi milik kami"

"Kalian hanya akan mendapatkan kepala-kepala kami"

"Baiklah. Kami harus mempergunakan kekerasan. Dua di antara kami adalah prajurit yang memang bertugas bersama kami, supaya kalian yakin, bahwa kami adalah pemburu-pemburu yang sah. Lebih dari itu kedua prajurit ini akan meyakinkan kalian, bahwa perlawanan kalian akan sia-sia"

"Persetan" tiba-tiba cantrik itu berteriak sambil melangkah maju, "Aku berdiri di pihak mereka yang sedang diburu"

Kelompok orang-orang yang menyusul orang-orang Kediri itu terheran-heran. Dipandanginya cantrik itu sejenak. Dan sejenak kemudian mereka saling berpandangan.

Pemimpin rombongan itu akhirnya bertanya, "Siapa kau?"

"Itu tidak perlu bagimu"

"Kenapa kau perlu menyatakan diri berpihak kepada mereka yang sedang diburu. Apakah kau bukan termasuk rombongan mereka itu?"

"Aku orang lain"

Pemimpin rombongan orang-orang yang menyusul itupun mengangguk-anggukkan kepalanya. Katanya, "Kalau begitu sebaiknya kau berdiri di luar pagar. Aku kira kau adalah salah seorang dari mereka pula. Tetapi meskipun kau tidak merupakan sekelompok dengan orang-orang itu asal kau juga berasal dari Kediri, maka kau termasuk juga menjadi buruanku"

"Aku orang Singasari"

Pemimpin rombongan itu mengerutkan keningnya. Katanya kemudian, "Kau tidak usah turut campur. Ternyata orang-orang Singasari memang penghasut. Agaknya kaulah yang telah menghasut orang-orang ini untuk pergi ke Singasari"

"Bertanyalah kepada mereka"

"Kalian telah membicarakannya lebih dahulu. Tidak ada gunanya aku bertanya"

"Baiklah. Kalau begitu memang tidak gunanya kita berbicara. Sekarang aku menyatakan diriku di pihak orang-orang yang sedang diburu. Nah, terserah kepadamu, apa yang akan kau lakukan"

"Sekali lagi aku akan mencoba memperingatkan. Pertentangan antara Singasari dan Kediri agaknya memang menjadi semakin panas. Tetapi aku masih belum berkeinginan untuk berkelahi langsung dengan orang-orang Singasari"

"Kalau begitu urungkan niatmu. Orang-orang ini mempunyai kebebasan untuk memilih. Menurut penilaian mereka, pemerintahan Kediri kurang berlaku bijaksana terhadap para pendeta"

Bara Di Atas SinggasanaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang