satu

27 1 0
                                    


Hari senin adalah hari yang dibenci semua murid. Kenapa? Karena mereka harus datang pagi, sebelum upacara dimulai. Belum lagi berdiri di bawah terik matahari yang lumayan panas hingga beberapa menit. Pakaian harus rapi. Jika tidak mereka akan dipisahkan dari tempat barisnya, dan berbaris ditempat lain. Kepala sekolah atau guru yang menjadi pembinan upacara akan menasehatinya sehingga semua orang akan tahu wajah siapa saja anak-anak yang melanggar peraturan.

  Tapi bagi Gavin Risyaqil, mau hari apa saja tetap sama. Tak ada yang berbeda. Bahkan dia berjalan dengan santainya. Walaupun bel masuk sudah berbunyi sekitar 5 menit yang lalu, yang artinya upacara telah dimulai. Melewati koridor yang sepi. Dan segera menuju lapangan. Berbaris di barisan paling belakang. Guru sudah pasrah dengan kelakuan Gavin. Karena sudah sering sekali mereka memberi wejangan atau menghukumnya. Namun dia seakan tak pernah kapok dengan hukumnan yang dia dapat.

"Gila dari mana aja lu. Jam segini baru datang?" bisik Dafa, sahabat Gavin.

"Biasa." jawabnya santai.

"Dua curut belum dateng?" yang dimaksud Gavin adalah sahabatnya yang lain yaitu Gilang dan Aldo.

Dafa mengedarkan pandangan kedepan dan berucap "telat mungkin." tak ada bembicaraan lagi, mereka fokus dengan upacara yang tengah berlangsung. Tak mau mendapat teguran.

Setengah jam sudah terlewati. Dan upacara telah selesai. Gavin mengambil tasnya tak jauh dari tempatnya berdiri dan berlalu pergi. Tanpa menunggu Dafa yang tengah beristirahat.

Dafa melihat gavin pergi, segera menyusul temannya. "Vin tungguin gue!!" teriaknya tanpa memperdulikan semua orang menatapnya. Dia pun berlari menyusul Gavin.

Aldo dan Gilang tengah melaksanakan hukuman. Mengelilingi lapangan sebanyak 10 kali putaran, karena tadi dia telat 20 menit. Sehingga satpam tak mengijinkan mereka masuk. Sebelum ada guru yang sedang keliling mencari murid yang telat.

Pandangan Dafa melihat kearah lapangan dan mendapatkan kedua sahabatnya tengah melaksanakan hukuman. "Eh tuh mereka." Gavin menoleh kearah lapangan dan berjalan menghampiri mereka.

Aldo dan Gilang selesai melaksanakan hukumannya. Berjalan kearah Gavin dan Dafa.

"Kalian nggak beliin gue minum. Gue haus nih." ucap Gilang dengan napas ngos-ngosan.

Aldo pun menimpali "iya nih, perhatian dikit lah."

Gavin mendengus "Kekelas cepet. Sebelum Bu Widia datang" dia mulai berjalan meninggalkan mereka. Sementara Aldo dan Gilang melongo. Dia kira akan disuruh kekantin. Lah ini disuruh kekelas.

Dafa tertawa geli melihat ekspresi kedua sahabatnya itu "Udah buru. Sebelum lo diceramahin Bu Widia. Mau emang?" Aldo dan Gilang berdiri, jelas saja mereka tak mau. Alasannya kalau Bu Widia sudah menceramahi mereka, yang ada bisa berjam-jam mereka mendengarkan ocehannya. Dan ujung-ujungnya pasti dapat hukuman.

Gavin termasuk pribadi yang tertutup. Tapi dia akan terbuka jika ketiga sahabatnya memaksanya tuk bercerita. Dia tak memiliki banyak teman, karena dia itu, sulit diajak bersosialisasi. Hanya, Aldo, Gilang dan Dafa lah yang menjadi temannya. Okee kita akan perkenalkan mereka satu-satu.

Muhammad Aldo Cahyadi, biasa disapa Aldo. Dia itu pribadi yang ceria. Dia bahkan ramah kepada semua orang. Tapi Gavin akui dia sedikit goblok dari mereka.

Kedua, Gilang Alkhayasa, dia itu sebelas dua belas dengan Aldo, kelihatannya saja kalem. Tapi jika dua orang itu dipersatukan. Kalian akan melihat seberapa gilanya mereka.

Terakhir, Dafaza putra, dia itu orang yang paling bijak diantara mereka. Lebih dewasa. Jika mereka ada masalah Dafa lah orang pertama yang menasehati mereka. Seperti abang yang menasehati adiknya.

Gilang, Aldo dan Dafa telah sampai dikelas 11 IPA3. Kelas mereka. Mereka menghampiri Gavin yang telah duduk anteng dibangkunya sambil memainkan game dipinselnya, yang duduk dibarisan keempat paling pojok.

"Oyy" Aldo menepuk pundak Gavin, membuatnya sedikit terkejut dengan kedatangan mereka.

"Apan sih!"

Aldo langsung saja duduk didekat Gavin."Eh sekarang nggak ada PR kan?" menoleh kebelakang tempat Gilang dan Dafa duduk.

"Fisika" ucap Dafa tanpa melihat kearah Aldo, karena dia sedang mengeluarkan bukunya.

Mendengar itu sontak saja Gilang dan Aldo menatap Dafa. Berniat ingin melihat hasil kerjaannya.

"Kerjain sendiri sana." Mendengar jawabna Dafa. Gilang mendengus "dasar pelit." gumannya. Namun Dafa masih bisa mendengar.

Tak ada pilihan lain, mereka menoleh kearah Gavin. Berniat meminta bantuan.

"Apa?" Gavin ditatap seperti itu sudah tau mengerti. "Makanya belajar sana." ketusnya. Namun tak urung memberikan bukunya kepada dua sahabatnya itu.

"Belajar kok, tapi hasilnya nggak ada. Bikin puyeng." curhat Gilang dan mulai menyalin jawabannya. "Pantes kagak ketemu, lah gue salah rumus." keluhnya. Melihat hasil Gavin dan membandingkan hasil kerjaannya.

Aldo menimpali "emang lo pakai rumus apaan?"

"Nih." Gilang memberikan bukunya kepada aldo.

"Sampai lebaran monyet juga. Tuh hasilnya kagak bakalan ketemu." Aldo menyerahkan buku Gilang kepemiliknya.

"Apaan sih?" Dafa yang kepo mulai berkomentar.

"Noh si Gilang, soalnya tentang prinsip dongkrak hidrolik, lah dia pake rumus tekanan hidrostatik. Ya kagak bakalan ketemu lah." adunya.

"Yeh sama aja kan ada tekanan-tekanan-nya." ucap Gilang tak mau kalau.

"Beda bahlul."

Gavin mulai jengah dengan keributan dua sahabatnya itu"Kapan selesainya, kalau kalian ribut mulu. Kalau nggak jadi, siniin bukunya!"

"Noh si Gilang." Aldo menunjuk Gilang.

"Kok gue, lo lah!"

"Lo."

"Lo.."

"Gilang, Aldo, sedang apa kalian? Kenapa teriak-teriak?" suara Bu Widia menghentikan pertikaian kecil mereka.

Ditanya seperti ini, Gilang sontak saja memikirkan ide. "Itu bu, anu...anu bu,.."

"Bicara dengan jelas Gilang."

"Do bantuin napa?" bisik Gilang, dan menabok punggung Aldo dari belakang.

"Sakit bego." mengusap punggungnya yang tadi kenapa tabokan.

"Ya sudah kalian silahkan la..."

"Kami sedang nyontek bu." ceplos Aldo.

"Oh kalian tidak mengerjakan PR lagi. Sekarang tinggalkan kelas ini dan lari keliling lapangan sebanyak 20 kali putaran. CEPAT."

"Bu jangan dong." mohon Gilang.

"Sudah cepat, atau ibu akan tambahkan lagi hukumannya?"

Mendengar itu sontak saja Gilang dan Aldo menggeleng. "Eh..eh jangan bu."

"Ya sudah sana kerjakan." mereka berdua pun mulai melaksanakan hukumannya. Di perjalan Gilang terus saja mengomeli Aldo, akibat keceplosannya tadi.

"Gara-gara lu sih, kan jadi dihukum." omel Gilang

"Salahin aja terus gue." ketusnya "itu juga gara-gara lu kunyuk. Udah lah gue mau lari dulu. Abis itu makan deh." dia mulai berlari. Sedangkan Gilang dibelakang.























Tunggu part selanjutnya..

See you

Jangan lupa vote dan komen ya hehe.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang