Happy reading guys
.
"Malem tante." sapa Gavin sopan.
"Eh Nak Gavin, ayok masuk. Bentar ya tante panggilin Caca dulu." wanita yang masih berusia tiga puluh lima itu berjalan kearah kamar anaknya.
Gavin duduk di ruang keluarga.
"Sayang, itu Gavin udah ada dibawah." teriak sang ibu dari luar.
"Iya sebentar ma!" teriak Caca dari dalam.
Ia pun turun kebawah. "Bentar ya, Caca mungkin lagi dandan." guraunya kepada Gavin. Gavin tersenyum mendengarnya.
Tak lama Caca pun turun, ia menggunakan jelan Jins di balut dengan kaos polos pendek dan rambut di biarkan tergerai.
Cantik. Pikir Gavin.
"Mama kira kamu lagi dandan." sanggah sang ibu.
"Ribet ma." Caca menatap kearah Gavin. "Yuk berangkat."
Gavin berdiri. "Saya pamit tante."
"Duluan ya ma."
"Hati-hati jangan pulang terlalu malem ya." pesan sang ibu.
"Siap tante."
"Okee bos."
Mereka pun berjalan kearah luar.
Gavin membukakan pintu untuk Caca. "Tumben pake mobil?"
Gavin lebih senang membawa motor ketimbang mobil, karena menurutnya laki-laki lebih maco bawa motor ketimbang mobil. Begitulah saat Caca menanyainya.
"Motornya lagi diservis." Gavin menghidupkan mesin mobilnya. Mobil itu pun melaju kesuatu tempat.
Caca memperhatikan kearah jalan banyak lampu-lampu yang mengiasi suasana malam. Bulan muncul dengan nampak cerah, bintang berteburan. Menjadikan suasana malam yang begitu indah.
Gavin menoleh kesamping. "Lebih menarik jalan ya, dari pada orang disebelahnya."
Caca menoleh, ia tersenyum geli. "Masa sama jalan aja cemburu. Lucu deh."
"Eh iya tadi waktu disekolah si Mira kasih tau si Yudi lagi dikerumbunin sama cabe-cabean. Nah Winka cemburu tuh, ya langsung aja dia nyamperin Yudi keruang Osis. Mau tau nggak siapa yang disebut cabe-cabean itu?" Caca mulai bercerita.
"Paling para fansnya." sahut Gavin.
Caca terkekeh pelan, mengingat hal itu. Membayangkan betapa malunya wajah Mira. "Bukan, tapi Bu Linda sama Bu Fitri. Untung aja Winka nggak dihukum." didalam perjalanan Caca terus saja berceloteh, entah itu bercerita novel yang semalam ia baca atau tentang hewan peliharaannya, Kelinci.
Gavin setia mendengarkan semua cerita Caca, kadang ia juga ikut terseyum melihat Caca yang asik bercerita.
Mobil pun berhenti.
"Udah nyampe ya?" tanya Caca. Ia melihat kesekeliling. Pasar malem. Rasanya sudah lama sekali ia tak pernah datang ketempat ini lagi.
"Ayo turun." Gavin turun duluan.
Caca pun menyusulnya. Ia melihat dengan mata berbinar, apalagi melihat wahana komedi diputar.
"Beli itu yuk." ia menarik Gavin ketempat penjual gulali.
"Mau nggak?" tawarnya kepada Gavin.
Gavin mengangguk. "Boleh."
Rasanya masih sama, manis. Saat Caca mencobanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAM
Teen FictionDiam bukan berarti semuanya telah selesai. namun itu mempersulit.