sepuluh

13 0 0
                                    

Aldo sengaja datang lebih pagi, ia menunggu seseorang digerbang, sedari tadi ia tak henti-henti melihat kearah jam tangannya. Melihat kesekeliling, mencari seseorang yang tengah ia tunggu.

Senyumnya mengembang, saat ia telah menemukan orang itu. Ia pun berjalan menghampirinya.

"Selamat pagi Rani." ucapnya dengan senyuman manis. Ia sengaja menunggu Rani, ntah kenapa juga. Aldo tidak tahu.

Rani menoleh. "Apaan sih. Udah ah gue mau lewat." Rani berucap ketus dan berjalan meninggalkan Aldo.

Aldo pun menyusulnya, ia berjalan beriringan, namun Aldo berjalan dibelakangnya.

Rani berhenti, otomatis Aldo pun berhenti. "Kenapa sih, lo aneh banget." ucap Rani.

Aldo mengerutkan keningnya bingung. "Aneh?"

Rani menatap kearah Aldo memicingkan matanya, seolah Aldo itu patut untuk dicurigai. "Lo lagi taruhan ya? Ngaku, bener kan?"

"Taruhan? Lo kali yang aneh. Orang gue cuman mau kekelas bareng lo, emang salah?" sahutnya tak terima ia dituduh seperti itu.

"Salah." Rani pun berjalan duluan meninggalkan Aldo. Aldo pun mengikutinya dari belakang bak pengawal yang sedang mengawasi sang putri.

"Wah gila, kesambet apa lo datang pagi." sahut Dafa yang baru saja datang, dan bertemu dikoridor. "Jadi pengawal dadakan lo." ledeknya.

Aldo mendengus sebal.

"Tumben lo nggak bareng si kuyuk Gilang." tanya Dafa lagi.

Aldo menepuk jidanya, ia pun berhenti berjalan. Ia lupa mengabari Gilang.

Rani menoleh kebelakang mendengar obrolan itu. Namun ia tak mau terlihat ikut campur, karena memang itu bukan urusannya. Ia pun kembali melangkah menuju kelasnya.

"Kesel gue." ucap Rani saat ia sudah sampai dikelasnya. Meletakan tasnya dengan kasar di mejanya.

Clarisa yang sudah sampai duluan pun menoleh. "Masih pagi udah kesel aja, kenapa?"

"Tadi si Aldo tiba-tiba sikapnya aneh." curhatnya.

Clarisa mengerutkan dahinya bingung. "Aneh gimana?"

"Ya aneh aja, masa tadi dia nungguin gue, katanya pengen kekelas bareng, gue curiga dia lagi taruhan pasti."

"Kok ngomongnya gitu. Lagi pula cuman kekelas barengkan." ada jeda dalam ucapan Clarisa, ia tersenyum geli. "Atau jangan-jangan lo suka lagi sama dia?" lanjutnya.

Rani diam, dulu waktu awal sekelas dengannya, Rani sempat menyukai Aldo. Tapi itu dulu, dulu saat Aldo masih bersikap layaknya orang normal, dalam artian, ya bersikap biasa-biasa aja. Namun lama kelamaan ia mengenalnya, ternyata Aldo tak seperti pendapat saat ia mengenalnya pertama kali. Ia jadi mulai kesal, apa lagi jika Aldo berbuat ulah atau kadang-kadang berbuat agak gila.

"Tau ah." jawab Rani seadanya. Ia membuka ponselnya dan mulai membuka sosial medianya.

Didalam perjalanan menuju sekolah, Gilang tak henti-henti terus memaki. Ia telah menunggu cukup lama dirumah Aldo, namun hingga jam menunjukan pukul 06:50 Aldo tak menampakan batang hidungnya. Lantas ia berjalan kedalam, namun kata pembantunya, Aldo telah berangkat dari pagi.

"Asem emang si Aldo." jalanan pun sepertinya tak mendukung, karena ia harus terjebak macet sekarang. "Macet lagi." gerutunya.

Pukul 07:45, Gilang sudah sampai digerbang sekolah yang sudah tertutup. Ia pun berputar arah, menitipkan motornya kepada penjual gorengan yang berada dibelakang sekolah, tempat ia dan teman-temannya bolos.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang