Hari libur adalah hari yang sering ditunggu-tunggu bagi sebagian orang. Mereka bisa beristirahat dari kegiatan-kegiatan yang melelahkan. Atau bisa bangun siang tanpa ada yang memarahinya.
Namun Gavin dan keempat temannya sedang joging bersama disebuah taman yang letaknya tidak jauh dari perumahan Dafa. Semalam memang sudah janjian, namun ada saja yang harus mereka paksa tuk ikut dengannya.
Gavin, Dafa dan Gilang memang paling semangat jika menyangkut urusan olahraga. Tapi tidak dengan Aldo, niatnya ingin bangun siang, namun ketiga temannya selalu saja mengerecoki. Padahal semalam ia sudah bilang tidak akan ikut. Namun mereka tetap saja memaksanya, agar ikut.
"Mending gue tidur aja dah dirumah." celoteh Aldo. "Cape." Aldo duduk di jalanan.
"Lo cowok bukan sih?" tanya Gilang.
"Cowok lah, orang ganteng gini." sahut Aldo tak terima.
"Ganteng palalu." Gilang mengeplak kepala Aldo pelan.
"Kagak usah mukul juga. Kenapa sih lo, kayaknya dendam banget sama gue." tanya Aldo.
"Deket berantem, giliran jauhan pada kangen." ledek Dafa.
"Gue kangen sama dia" tunjuk Gilang kearah Aldo. "Najis."
"Dih gue juga ogah kangen sama lo." Aldo berjalan kearah Gavin yang tengah beristitahat tak jauh dari mereka.
Mata Aldo tak sengaja menangkap sosok Rani, namun ia tak bersama Clarisa melainkan bersama seseorang yang sepertinya Aldo mengenalnya, namun ia lupa.
"Rani." panggil Aldo dengan suara lantangnya. Rani menoleh sekilas, dan membuang muka. "Woy, Rani." panggilnya lagi saat Rani ingin melanjutkan acara larinya.
"Berisik." ucap Gavin datar. Namun Aldo tak mengubrisnya. Ia bahkan melambai-lambaikan tangan kearah Rani.
"Itu dipanggil, Ran." ucap seseorang bersama Rani.
Rani menghela napas. Mau tak mau ia pun berjalan kearah Aldo.
Dafa dan Gilang pun menghampiri kearah mereka.
"Kenapa manggil gue?" tanya Rani to the poin.
"Jutek banget." ucap Aldo. "Tumben kagak bareng si Clarisa."
"Dia sibuk. Kalau nggak penting gue pergi." Rani hendak berbalik, namun.
"Dafa."
Rani menoleh kearah sepupunya itu. "Dafa? lo kenal Bel?" tanya Rani heran. Setahunya, Bela sudah lama tinggal di luar negeri, mana mungkin ia mengenal Dafa. Ya walaupun ia pernah sekolah di indonesia. Tapi mana mungkin ia mengenal Dafa.
Dafa diam tak bersuara. Kata-kata yang ingin ia ucapkan seolah tertelan kembali.
"Lo Bella, wis makin cantik aja. Kapan lo pulang Bel?" sadar suasananya menjadi canggung, Gilang pun mengalihkan pembicaraan.
"Kemarin." ucapnya sambil tersenyum, namun tatapannya mengarah kearah Dafa. Namun Dafa melihat kearah lain.
Rani yang tak tahu apa-apa pun angkat bicara. "Tunggu deh, kalian, saling kenal?"
"Dulu kita satu SMP, tapi cuman setahun, karena dia pindah ke luar negri." jelas Gilang.
Gavin sadar Bella ingin mengatakan sesuatu kepada Dafa, dilihat dari gerak-geriknya yang selalu mengarah kearah Dafa.
Gavin memberi kode kepada Gilang.
"Mending kita kesana yuk." ajak Gilang.
Mengerti dengan suasannya. "Eh iya, yuk kesana Ran." Aldo menarik tangan Rani.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIAM
Подростковая литератураDiam bukan berarti semuanya telah selesai. namun itu mempersulit.