Dua belas

10 0 0
                                    

Rani terus saja mendesak Bella agar bercerita kepadanya, namun Bella masih nggan bercerita.

"Ya udah kalau lo belum siap juga nggak papa. Tapi kalau lo butuh temen curhat, jangan sungkan-sungkan buat cerita ke gue ya." ucap Rani mengerti.

Bell terkekeh mendengar ucapan Rani. "Iya. Lo emang sepupu gue yang paling baik dan paling cantik deh." pujinya dan merangkul pundak Rani.

Rani mendengus. "Iya lah, orang lo punya sepupu cewek gue doang."

Bella menunjukan gigi putihnya. "Udah yuk pulang."

***

Saat pulang dari rumah Dafa, Gavin tak sengaja bertemu dengan Clarisa yang tengah membawa beberapa banyak belanjaan. Awalnya Gavin nampak acuh dan ingin berlalu pergi agar cepat sampai dirumah dan bisa melanjutkan tidurnya lagi.

Namun saat melihat Clarisa yang sepertinya sangat kesulitan pun ia berjalan menghampirinya dengan sepeda yang ia tuntun.

"Awas aja lo Riyan dirumah." gerutu Clarisa. "Tega banget ninggalin gue bawa banyak belanjaan pula. Sebel."

Gavin tersenyum sekilas, mendengar omelan Clarisa.

"Butuh bantuan?" ucap Gavin.

Clarisa menoleh. Ia nampak terkejut dengan kehadiran Gavin. Ia menatap Gavin, mulutnya masih kelu untuk berbicara.

"Gue tahu gue ganteng, nggak usah dilitin ntar naksir lagi." entah kenapa kalimat itu muluncur mulus dibibir Gavin.

Clarisa membuang muka kearah lain. Sadar akan tindakannya tadi. "Geer siapa yang liatin." sanggahnya.

Gavin terkekeh. Ia melihat barang belanjaan Clarisa. "Sini gue bantu." tawar Gavin.

Ini kali pertama Clarisa melihat Gavin tertawa, karena saat disekolah Gavin biasanya nampak cuek dan berwajah datar. Tapi kenapa tiba-tiba Clarisa nampak deg-degan gini.

"Nggak usah, rumah gue udah deket kok." tolak Clarisa berjalan meninggalkan Gavin.

Gavin berinisiatif sendiri mengambil barang belanjaan yang ada ditangan Clarisa. "Eh."

"Udah diem aja."

"Cie yang lagi pacaran mah beda ya." teriak Aldo.

"Asik dah." sahut Gilang. "Jangan lupa PJnya Vin." sambungnya.

Gavin dan Clarisa menoleh kebelakang. "Nggak usah didengerin mereka." ucap Gavin.

Mereka pun terus berjalan.  "Rumah lo dimana?" tanya Gavin.

Clarisa menunjuk kearah rumah yang bergaya klasik yang tidak terlalu jauh dari komplek perumahan Dafa. "Tuh, bentar lagi juga nyampe."

"Siapa ini Ris. Pacar lo ya?" tanya Riyan saat melihat keduanya berada digerbang.

"Apa." ucap Clarisa jutek. Ia masih kesal dengan Riyan. "Nggak usah kepo."

"Lo mau mampir dulu?" tawar Clarisa kepada Gavin.

"Nggak usah, gue duluan."  Gavin pun berlalu pergi.

Clarisa masuk kedalam rumah. "Eh Ris, tadi pacar lo. Tapi kok kayak nggak asing gitu mukanya." tanya Riyan.

"Bukan."

"Terus kalau bukan kenapa bisa nganterin lo?"

"Lo lama-lama kayak dora ya, nanya mulu." sahut Clarisa jengkel.

"Yeh kan gue pengen tahu."

Clarisa berjalan kearah dapur. "Kok kamu nggak bareng Riyan pulangnya?" tanya Mamanya  Clarisa. Karina.

DIAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang