Tak ada yang mendambakan akhir perjalanan tragis.
Sehingga tak ada seorang pun menantikan goresan penanya yang penuh lara. Namun, apa yang menarik dari sebuah dongeng? Seperti menyibak tirai yang mengusut; meski gumpalan hitam pekat itu tetap mengik...
Tali mencuat keluar dari sarangnya memanggil-manggil,
Jangan acuhkan sepi yang menusuk, tanpa sadar, hal itu yang menemaninya.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Ada banyak pertanyaan di kepalaku yang menginginkan untuk segera terjawab. Seperti, aku kenapa? Apa sih yang terjadi? Bagaimana bisaㅡbaiklah, satu-satunya cara supaya mengetahui jawabannya adalah aku harus bangkit. Apa pun yang terjadi, seharusnya untuk menata diri di depan cermin tidaklah buruk. Atau mengoles dadar telur dengan kecap dan saus akan menjadi favoritku.
Certa, ayo bangkit!
Isi kepalaku masih menyatakan perang, sehingga aku bangun tiga puluh menit kemudian setelah pernyataan untuk bangkit kepada diri sendiri. Baiklah, tidak ada tanda-tanda aku akan menangis atau hal buruk lainnya. Aku berharap diri ini mengalami kemajuan.
Tetapi, nihil.
Nyatanya aku kembali membaringkan badanku, meringkuk di balik selimut hangat dan menatap ke luar jendela. Cuacanya cerah, aku menyadari hal itu. Seharusnya di hari cerah begini seorang Certa pun harus menjalani harinya dengan ceria. Hanya saja aku tidak bisa bangkit dari kasurㅡyang mana telah menjadi penopangku. Kemalasan serta ketakutan menguasaiku. Bahkan ketika tenggorokanku terasa kering dan aku butuh air, aku tidak bisa bangkit untuk memenuhinya. Sial, aku semakin merasa haus.
Aku tersiksa dengan diriku sendiri. Padahal kukira, aku sudah menjadi pecahan gelas yang merekat kembali. Kenyataan, gelas utuh tersebut masih mudah untuk diremukkan. Dan dalam sekali bantingan, hancur sudah.
Seperti itulah diriku, meski aku merasa tidak benar-benar hancur seratus persen. Aku hanyalah seorang bocah lelaki yang memiliki jiwa retak, dan kuharap itu tidak apa-apa.
Mimpi. Kuingat persoalan mimpi seperti yang dikatakan Cinzel. Aku penasaran, bagaimana kehidupan dalam mimpi itu? Kenapa Cinzel begitu memuja-mujanya dan kenapa harus kesedihan untuk membayarnya? Aku tahu Cinzel punya banyak rahasia untuk dibagi denganku. Baiklah, kurasa, aku memang harus bangkit. Meski jiwaku ini retak dan aku bukanlah laki-laki kuat, tapi tidak apa-apa kan?
Tidak apa-apa kan, kalau aku masih ingin berada di sisi Cinzel? []
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.