"Ya, karena kamu memang bagian dari bunga tidur ini. Seharusnya kamu menyadari hal itu."
Kurang dari duapuluh detik yang lalu, mulanya aku enggan mempercayai Cinzel. Meskipun aku menyukainya. Aku hanya tidak ingin mengambil keputusan yang salah dan itu akan sangat berbahaya bagi kami ke depannya. Namun, jawaban Cinzel barusan membuatku tenang. Suaranya seolah dibaluti benang kupu-kupu, menghanyutkan keyakinan untuk berpihak pada Cinzel.
Maksudku, bukan begitu, aku dan dia bukan musuh!
Cinzel berjalan anggun mendekatiku, lalu mengaitkan tangannya di lenganku. "Mari kutunjukkan padamu bunga tidur ini," ujarnya, lantas menyeretku menginjakkan kaki di lantai kastil yang besar ini.
Aku merasakan ada peri-peri kecil terbang mengelilingi kami. Mereka memancarkan sinar biru muda dan meninggalkan jejak berkilauan. Kupikir aku bisa mendengarkan mereka mengatakan sesuatu.
"Certa ingat tidak, pernah memberi tahu aku sebuah dongeng?" tanya Cinzel tiba-tiba bertanya.
"Dongeng apa?"
"Snow White," sahutnya, "dan aku menyukai cerita versimu."
Aku mengelak, "Tunggu, itu kan aku yang bacakan langsung dari bukunya."
Percakapan kami terputus karena Cinzel berhenti berjalan. Kini kami sudah berada di bagian luar kastil. Tahu apa yang kulihat? Aku terpana, setengah kagum dan tidak percaya. Ma-masa, sih? Kupikir tidak akan melebihi batas. Apa "mimpi"-nya memang sekuat itu sehingga harga yang harus dibayar sangat mahal? Yang paling aneh ... kenapa aku merasa tidak asing?
Aku tidak mengerti.
"Semua ini keajaiban, Certa. Tidak ada yang mampu melakukan ini, selain para penduduk asli bunga mimpi. Kami berjuang keras menciptakan harmoni penuh warna, dengan mengorbankan diri kami yang lain menjadi abu-abu. Kami punya alasan," jelas Cinzel. "Dan semua ini terhubung dengan dunia abu-abu itu. Saling berkaitan."
Kepadaku pusing, tapi tidak sakit. Seolah ingin menolak semua yang dikatakan Cinzel, tapi tak punya alasan yang kuat untuk menolaknya. Akal sehatku menerimanya, keajaiban ini ....
"Selamat datang di Pulau Mimpi Rega." []
KAMU SEDANG MEMBACA
The End of Fairytale
Viễn tưởngTak ada yang mendambakan akhir perjalanan tragis. Sehingga tak ada seorang pun menantikan goresan penanya yang penuh lara. Namun, apa yang menarik dari sebuah dongeng? Seperti menyibak tirai yang mengusut; meski gumpalan hitam pekat itu tetap mengik...