Mungkin aku memang hilang ingatan, sampai melupakan keluarga sendiri apa itu tidak aneh? Aku pernah bertanya pada Dokter Jess mengenai siapa keluargaku, dan beliau menjawab jika keluargaku adalah orang yang hebat. Aku bertanya lagi, kenapa mereka memasukkanku ke sini dan kenapa mereka tidak pernah datang menjenguk? Apa aku dibuang oleh keluargaku sendiri karena menyandang status 'gila'? Namun Dokter Jess tidak menjawabnya. Malah, dia terlihat seperti yang tidak ingin menyakiti perasaanku dengan menjawab segala pertanyaan itu.
Aku tidak bisa memaksa, dan perihal keluarga tersebut lama-lama semakin memudar dan tidak lagi aku pikirkan. Soalnya, yang ada malah patah hati.
Meskipun melabeli diri sendiri dengan hilang ingatan, aku masih bisa mengingat bagaimana diriku diperlakukan sewaktu kecilㅡwalau tidak jelas karena kuncinya: gelap, dingin, lapar, teriakan, dan sakit. Aku tidak mengerti mengenai hal-hal yang membuatku berada di sini. Seharusnya jika aku diperlakukan secara kasar oleh keluargaku, aku bisa mengetahuinya. Intinya, memoriku hanya diisi berdasarkan kunci itu.
Tetapi, ada satu ingatan lain di masa kecil yang masih merekatㅡanehnya tidak hilang. Dan itu adalah hari-hari yang membahagiakan, dan juga penuh kebebasan.
Pasir. Ombak. Hangat. Dan matahari terbenam.
Kakiku berjalan di atas pasir putih yang lembut, disambut oleh ombak yang perlahan menghampiri. Aku mendengar gelak tawa dan pelukan dan kecupan dan pegangan tangan seseorang kepadaku. Begitu hangat ditemani potret matahari terbenam di ujung biru di laut. Aku tidak bisa mengingat bagaimana wajah orang itu.
Kemudian malamnya, 'kami' membakar ikan bersamaㅡmasih di sekitaran pantai. Sungguh makan malam yang lezat. Lalu aku menyimpulkan jika rumahku berada di pantai, pernah aku merencanakan diri untuk mencari rumahku di tiap-tiap pantai. Huh, dasar bodoh. Habisnya, aku penasaran kan?
Kenapa aku sebahagia itu.
Tertawa lepas.
Berlari di atas pasir.
Acara bakar-bakaran.
Langit malam penuh bintang.
Dekapan dan belaian lembut seseorang.
Aku … bahagia … sangat bahagia.
Sewaktu kecil. Hanya pada masa kecil.
Aku pernah hidup bersama seseorang yang menyayangiku.
Hampir setiap hari aku menghabiskan sore di pantai sepanjang masa kecil yang membahagiakan itu.
Sebelum segalanya berubah, kemudian diriku dipenuhi oleh kesedihan dan amarah. Waktu memang tidak bisa diputar, dan seharusnya aku melangkah maju untuk melanjutkan hidup. Sebaiknya, aku menata hariku dengan baik, tapi apalah, sekarang aku tidak berdaya.
Gara-gara Cinzel.
Tidak, tidak, tidak! Aku tidak boleh menyalahkannya. Toh aku masih belum mengetahui penjelasannya, kan? Dokter Jess beribu-ribu kali mengingatkan supaya tidak menaruh dendam pada orang lain. "Tidak baik dan kamu tidak akan merasa lebih baik," pesannya.
Di sini, di kasurku yang empat beserta kamarku yang hening, aku memikirkan apakah aku bisa sebahagia dulu. []
KAMU SEDANG MEMBACA
The End of Fairytale
FantasyTak ada yang mendambakan akhir perjalanan tragis. Sehingga tak ada seorang pun menantikan goresan penanya yang penuh lara. Namun, apa yang menarik dari sebuah dongeng? Seperti menyibak tirai yang mengusut; meski gumpalan hitam pekat itu tetap mengik...