Eldeweiss Eyes

767 172 1
                                    

"Lalu aku punya mata bunga Eldeweis, dan aku bisa melihatmu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lalu aku punya mata bunga Eldeweis, dan aku bisa melihatmu."

Bagai sihirㅡtidak, itu memang sihirㅡmata Cinzel bercahaya. Kini aku tidak merasakan aura kelam itu lagi, melainkan terasa hidup. Matanya berwarna putih kekuningan, di sekitar tubuhnya tampak titik-titik cahaya biru muda. Aku terpesona.

Dia bukan lagi Cinzel yang orang-orang rumah sakit kenal. Dia terlihat sehat dan baik-baik saja, dia terlihat hidup.

Apa yang kulihat sekarang membuatku bertanya-tanya. Apakah di sini aku yang sudah tak waras, atau semua yang dikatakan Cinzel benar adanya? Entahlah, aku tak mampu berpikir. Pikiranku terpusat pada Cinzel, dia seperti magnet; menarikku cukup kuat.

Ada emosi marah menyelimuti, kalau Cinzel baik-baik saja, bukankah dia menipu? Atau semua ini tipuan mimpi? Sejak awal selalu mimpi, sebenarnya apa sih mimpi yang dimaksud?

Tak lama aku mendengar jeritan-jeritan hatiku. Tentang dunia yang begitu tak adil. Tentang masalah-masalah hidup yang harus aku hadapi. Tentang keluarga yang aku lupakan. Tentang rumah sakit jiwa tempatku bernaung. Tentang Dokter Jess, teman-teman, dan Cinzel. Lalu tentang diriku.

"Mata ini berbahaya," ujar Cinzel, mendekatiku. "Karenanya, wujud mataku harus terlihat buta supaya tidak membahayakan. Walau begitu aku tetap bisa melihat, dalam mimpi."

"Apa yang berbahaya dari matamu?" tanyaku.

Kulihat Cinzel tampak sedih, titik-titik cahaya biru muda di sekelilingnya perlahan memudar. Tetapi, mata itu masih ada. Lantas, sekujur tubuhku sakit. Heiㅡaku tak berbohongㅡbenar-benar sakit. Dadaku sesak, napasku putus-putus, kepalaku pening, tanganku sangat sulit digerakkan. Mungkin aku sudah ambruk ke lantai, berusaha mengambil napas atau bertahan dari rasa sakit.

"Dia membuat orang-orang kembali mengenang rasa sakitnya, termasuk aku sendiri. Ini adalah bayaran setelah mendapat kebahagiaan dalam mengendalikan mimpi itu." Aku mendengar suara Cinzel meneruskan ucapannya. Persetan dengan itu! Cinzel! Tolong aku … di sini benar-benar sesak ….

Tetapi, percuma, aku mendengar Cinzel juga berteriak. Aku semakin tak karuan, berbagai perasaan negatif menghantui. Aku butuh obatku.

Di tengah sisa kesadaranku, aku bisa mendengar sebuah suara berkata,

"Aku berjanji." []


The End of FairytaleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang