Empatbelas

644 68 25
                                    

"Tao.."

"Ya ini aku."

Tao pun tersenyum lebar. Cengkramannya dilepas dari tangan Suho.

Ia melihat kesekeliling yang sepi dan kembali menatap kearah sang kakak.

"Kau sedang apa malam-malam disini?"

Suho mendongakkan kepala menatap Tao. Ia sedikit berpikir, otaknya jadi bekerja lebih lambat.

"Hanya ingin jalan-jalan."

"Ditengah hujan seperti ini?"

Suho hanya mengangguk dan menggaruk tengkuknya yang tak gatal. Ia berbalik menatap jalan dibelakang, hanya sekedar memastikan jika tidak ada yang mengikutinya.

Tao terkekeh melihat gelagat Suho yang resah. Dengan cepat ia menarik tangan itu dan menggiring menuju mobilnya di ujung gang.

Langkah kaki terburu itu menimbulkan suara gemercik yang jelas. Berkali-kali Suho berusaha menyesuaikan langkahnya dengan Tao. Sesekali juga ia hampir tersandung kakinya sendiri karena ditarik paksa oleh adiknya ini.

"Kita mau kemana?"

"Sudah ikuti aku saja, hyung."

Tao hanya menjawab dingin dan terus menyeret Suho. Begitu sampi didepan mobil, ia segera membuka pintu dan mendorong Suho masuk.

Suho hanya mengaduh kesakitan mendapat perlakuan kasar dari Tao. Digosoknya siku tangan yang terasa kebas karena terbentur pintu mobil tanpa Tao sadari.

Dengan cepat Tao menuju kemudi dan mulai melajukan mobil.

Keduanya hanya diam. Sesekali Suho melirik ke arah Tao yang serius menatap ke arah jalanan. Tangannya mulai terasa membeku akibat kehujanan. Ia terus menggosokkan kedua telapak tangan dan sesekali menghangatkan dengan nafasnya.

Tao yang merasa sedikit terganggu dengan gerakan Suho pun melirik kearah sang kakak. Segera ia menepikan mobil saat melihat mini market. Tanpa sepatah kata pun ia keluar dan meninggalkan Suho yang menatap bingung ke arahnya.
.
.
Lima belas menit setelahnya Tao kembali dengan dua karton kopi panas. Aroma dan uapnya yang mengepul menarik perhatian Suho begitu Tao kembali pada kemudi.

Ia pun menyodorkannya. Dengan senang hati Suho menerima dan tersenyum sumringah kearah Tao.

"Gomawo, Tao-ya."

"Never mind, hyung."

Keduanya menyesap kopi masing-masing dengan perlahan. Suho mengeratkan kedua tangannya pada gelas kopi itu.

"Tanganmu beku?"

Suho terlonjak kaget mendengar pertanyaan spontan itu. Ia sekilas melihat kearah Tao, setelahnya kembali menatap kepulan asap beraroma itu.

"Sedikit."

"Habiskan kopimu jika tidak ingin mati kedinginan!"

Suho langsung terkekeh mendengar kalimat sarkastis dari adiknya itu, sangat tidak cocok dengan image manjanya. Dulu sekali, ingat itu.

Tao kembali menjalankan mobilnya. Masih tetap dengan suasana tegang yang begitu ketara.

Sesekali Suho menatap kearah jendela samping. Jari telunjuknya bermain-main dengan embun pada kaca, membuat tulisan atau bentuk tak karuan.

"Bagaimana kabarmu, Tao?"

Suho membuka suara tanpa memandang lawan bicara. Jemari pucat itu masih bergerak bebas diatas kaca.

"Sangat baik sejak hari itu. Kau sendiri bagaimana? Ku dengar kau baru saja kembali berobat dari Jerman."

Deg.

II. Walk On MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang