Tiga

1K 104 84
                                    

Hembusan angin malam menyapu lembut rambut Suho. Rambut kecoklatan miliknya tampak sedikit berantakan dan menutup sebagian pandangan.

Wajah itu memandang langsung kearah luar. Menatap Kemerlip bintang dihamparan langit luas.

Disebelahnya Kris mengemudi dengan tenang. Pandangannya fokus ke depan, membiarkan Suho hanyut dalam pikirannya sendiri.

Sudah hampir dua jam mereka melakukan perjalanan. Setelan jas yang mereka kenakan sebelumnya sudah perganti dengan pakaian kasual.

Kris dengan kaos oblong berlapis jaket berwarna hitam dan celana jeans. Sedangkan Suho dengan sweater hitam kebesaran milik Kris dan celana training yang sama kebesarannya.

Suho menghela nafasnya kasar dan memandang lurus ke jalanan. Ia melirik sebal ke arah Kris yang tampak tenang.

"Apa masih lama?"

Kris menatap sekilas kearah Suho, setelahnya ia kembali fokus menatap jalan.

"Sepertinya sebentar lagi. Aku juga belum pernah kesana."

Suho mendengus sebal. Ia kembali membawa wajahnya menuju terpaan angin dari jendela yang terbuka.

"Tutup jendelanya, Joon. Kau akan kedinginan nanti!"

"Biarkan saja!"

"Aku tidak punya jaket lebih untuk kau kenakan jika kau kedinginan."

"Kau bisa melepas jaketmu. Lagi pula ini salah mu!"

Kris terkekeh dan melirik sekilas. Ia kembali teringat kejadian dua jam yang lalu saat ia 'menculik' sahabatnya ini.

"Salahkan dirimu jika nanti manajer hyung dan para member membunuhmu."

Tawa Kris kembali pecah. Ia mengusak rambut Suho, menambah hancur tatanan rambut milik Suho yang sebelumnya sudah hancur akibat angin.

"Jangan mengacaknya lagi!"

"Wajahmu terlihat lucu."

"Hentikan ini tidak lucu!"

"Bagiku lucu."

"Sialan kau!"

"Wow wow wow, kau sudah mulai bicara kasar padaku."

Kedua alis tebal Kris naik turun, sedikit menggoda Suho. Sedangkan yang digoda hanya membuang muka.

"Kita hanya pergi dua hari. Tidak akan ada yang mencari kita."

"Yasudah sini kembalikan ponselku. Biarkan aku memberi mereka kabar."

"No no no, tidak ada ponsel saat berlibur."

"Tapi kau sekarang menggunakannya, bodoh!"

"Aku menggunakan ponsel sebagai penunjuk jalan, demi petualangan kita."

"Terserah!"

Suho bersandar dan masih menatap ke arah luar. Terdengar dengung ocehan dari bibir mungilnya.

Kris kembali tersenyum lebar. Membuat Suho marah memang hal yang menyenangkan. Semua orang menggakuinya. Ia terlalu polos, sangat mudah untuk ditipu.

"Tidurlah, setelah sampai nanti aku ku bangunkan!"

Beberapa kali ia melirik kearah Suho, menunggu anak itu menjawab.

"Tutup jendelanya, Joon. Aku mulai kedinginan."

"Yak! Kau mengabaikan ku?"

"Joon Myeon!"

Kris menarik pelan pundak Suho. Ternyata diluar dugaan, anak itu sudah masuk kedalam alam mimpinya.

II. Walk On MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang