Duabelas

722 75 37
                                    

Rintik hujan tampak dari balik kaca mobil. Suasana yang hening membuat ia semakin terlelap dalam mimpi indah.

Drt.. Drt..

Tidurnya terusik. Perlahan matanya kembali terbuka. Kepala itu melirik kesekitar mencari sumber bunyi. Ia merogoh saku jaket diseberang.

Keningnya sedikit mengkerut saat membaca nama yang tertera. Ragu-ragu ia menerima panggilan itu.

"Yeobseo.."

"Joon Myeon hyung?"

"Nde. Maaf aku mengangkat telponmu. Yifan hyung sepertinya sedang keluar."

"Tak apa, hyung. Kebetulan aku juga ingin mengatakan sesuatu padamu."

"Katakanlah, akan ku dengarkan."

"Aku akan sedikit menjelaskan kebenaran padamu. Apakah kau siap?
 Pertama apakah kalian mempercayai Yixing hyung? Ia tidak seperti yang kau pikirkan, hyung. Kau tahu siapa penyebab lagu kalian selalu bocor setiap comeback? Itu karena ia selalu membocorkan lagu kalian pada kami. Kedua..."

"Kedua....."


Perlahan suara itu mengecil dan hilang.

.
.
.

Deg..

Kedua bola mata itu membola. Suho terbangun dari tidur lelapnya. Mimpi itu, ya hanya mimpi dan ia berharap hanya mimpi.

Ia mengatur nafas yang terengah. Pelu pun tampak di wajah sayunya. Matanya masih menatap lurus keatas dengan gurat kekhawatiran.

Sepersekian menit ia kembali sadar dan menatap ke sekeliling ruangan. Kosong. Hanya ada kepulan asap dari penghangat ruangan yang berada disudut.

Kepalanya terasa pening setelah mimpi itu. Diurutnya perlan pangkal hidung guna meringankan rasa sakit yang mendera.

Srek..

Perhatiannya teralih kearah pintu yang tiba-tiba terbuka. Tampak dua orang wanita yang ia sangat kenal. Salah satunya adalah sang ibu yang  tersenyum lebar mempersilakan sang tamu masuk.

"Soojung-ah?"

Suho menatap bingung kearah wanita cantik itu dan dibalas dengan sebuah senyum dari bibir tipisnya.

"Nde oppa? Apakah kau terkejut?"

"Bagaimana bisa?"

"Ah, kau tak perlu tahu."

Soojung menepuk ringan pundak Suho. Tak lupa ia mengusapnya dan kembali tersenyum.

Nyonya Kim hanya tersenyum dan menuntun wanita cantik itu menuju sofa yang bersebrangan dengan Suho. Melihat gelagat sang ibu, Suho sangat paham jika beliau yang menjadi pelaku dari semua ini.

"Jadi sejak kapan kau berhubungan dengan ibu ku?"

"Mmm, kurasa beberapa hari yang lalu. Kau tahu? Aku kesulitan menanyakan kabarmu dengan member yang lain. Kau seperti hilang ditelan bumi, asal kau tahu."

Kedua tangan itu terlipat didepan dada dengan wajah marah yang dibuat-buat. Suho pun tertawa melihat tingkah salah satu teman di agensinya itu.

"Aku memang sengaja tidak memberi kabar pada siapa pun."

Suho terkekeh hingga matanya membentuk bulan sabit. Soojung pun balas tersenyum melihat wajah itu.

"Dia memang keras kepala seperti yang kita tahu. Aku sudah lelah menyuruhnya untuk menghubungi para member."

II. Walk On MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang