Tujuhbelas

653 66 57
                                    

Malam ini hujan turun. Langit yang gelap tampak semakin padam bersama dengan kesedihan. Rintik hujan membasahi jalanan kota. Gelangan air memercik begitu tertabrak keras.

Setiap sudut kota tampak mati. Sepi dan dingin. Kabut tipis turun bersama suhu udara yang hampir mencapai titik sepuluh derajat.

Seharusnya malam ini cerah.
Seharusnya malam ini jadi hal yang menyenangkan.
Seharusnya malam ini tidak menjadi yang pertama ataupun terakhir.

Dari balik kaca mobil delapan orang itu mendesah kecewa. Rencananya malam ini mereka akan bermain basket. Setelah sekian lama akhirnya bisa terlaksana tapi sayangnya hancur bersama hujan.

Rintik hujan yang turun semakin deras dan semakin kencang pula Sehun mendesah kecewa.

"Gagal sudah."

Xiumin mengelus rambut hitam sang adik dan tersenyum. Ia tahu adiknya ini yang paling kecewa.

"Sampai kapan kita disini?", Kai yang mulai bosan berdiam diri pun memukul bantal kecil miliknya.

Semua diam. Sama kecewanya pada malam ini.

Clek

Suara kunci yang terbuka membuat semua menoleh pada pelaku. Sedang sang tersangka hanya tersenyum lembut.

"Kalian menunggu apa lagi? Ayo kita bermain!"

"Diluar hujan hyung."

"Aku tahu." Lagi-lagi ia tersenyum.

"Tidak boleh ada yang keluar dari mobil ini jika kalian tak ingin sakit!". Perintah Xiumin adalah mutlak, tapi tidak baginya.

Dengan cepat ia keluar mobil dan tersenyum lebar. Tangannya bergerak menuju tudung hoodie kemudian memakainya. Langkah kaki itu memecah genangan air.

Ia tertawa lebar pada ketujuh saudaranya. Tangan mungil itu melambai-lambai dibawah derasnya hujan.

"Maaf hyung, sayangnya aku sudah sakit jadi tak apa jika malam ini aku bermain hujan!"

Ia berteriak melawan hujan. Tak lupa terkekeh diakhir dan kembali berlari menjauh.

"Aish anak nakal itu!"

Xiumin mengeram melihat tubuh sang adik yang sudah sepenuhnya basah oleh hujan. Begitu ia ingin mengambil payung dan keluar, pintu mobil kembali terbuka disusul dengan langkah kaki bersama gemercik.

Baekhyun berlari mengejar sang kakak dengan tawa khas miliknya. Mereka berlarian dibawah hujan seperti masa kecil dulu. Kedua tangan mereka terbentang. Wajah mereka secerah mentari.

Chanyeol tersenyum dibalik kaca. Ia meraih bola yang tergeletak dan ikut melangkah keluar.

Kini ketiganya berlarian seperti bocah. Terkadang mereka tersungkur dan saling berpelukan diatas genangan. Setelahnya kembali bangkit dan berlari.

Sehun tersenyum melihat pemandangan diluar. Ia tak pernah melihat senyum selebar itu sejak dua tahun yang lalu. Ada perasaan senang dan sedih yang bercampur.

"Mereka tertawa seperti orang bodoh." , Kyungsoo juga tersenyum yang tampak sama gilanya dengan ketiga orang itu.

"Maaf hyung aku ingin bergabung bersama mereka.", Chen dan Kai menyusul.

Tersisa Xiumin, Kyungsoo, dan Sehun dalam mobil. Ketiganya memang tak berniat bergabung. Terlalu malas dengan udara dingin dan hujan. Mereka masih waras.

Kelima orang diluar saling berlarian. Permainan basket sudah dimulai. Ya walau hanya basket formalitas. Mereka lebih banyak tertawa dan bermain air dibanding mendrible bola.

II. Walk On MemoriesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang