afsun-

2.5K 114 0
                                    

"Queenaa!" 

Aku berbalik, melihat lelehan es krimnya berjatuhan mengotori lantai "Apa." Jawabku datar.

"Dia menggangguku lagi! Look at this!" Jari telunjuknya menunjuk kepada es krim yang mengotori lantai itu.

"Ayolah, pasti kau sendiri yang sengaja menjatuhkanya."

"Nooo! Bukan aku tapi D I A."

"Tidak, kau sebaiknya istirahat. Belakangan ini kau sering menghayal karna sakit." Kataku meremehkan.

"Aku tidak menghayal Queen"

"Istirahat sekarang." Dia hanya menunduk lalu pergi ke kamar.

-oOo-

HUJAN deras melanda, hanya aku dan Anye yang dirumah saat itu. Ibu pergi ke rumah bibi sejak tadi saat hujan belum turun.
Aku duduk dengan nyaman di pinggir jendela sambil membaca novel favoritku, aku sibuk membacanya sampai akhir, tapi suara barang berjatuhan dari loteng membuat pikiranku kalut, ditambah lagi Anye yang terlalu banyak bicara omong kosong, dia memang jadi seperti itu sejak sakit selama 5 hari berturut-turut.

Setelah Anye pergi tidur di kamar, aku mulai tenang karna hanya suara gemericik air hujan yang menemaniku dan membuatku terasa damai, tapi ada satu hal yang mengganggu setelah ketenangan itu berlangsung selama 20 menit an.
Suara benda jatuh di loteng tidak berhenti sejak tadi, aku mulai penasaran.
Jujur, sebenarnya loteng yang ada di lantai paling atas rumahku itu sangat jarang dibuka apalagi dimasuki, sudah lebih dari 3 tahun ini aku tidak pernah pergi ke loteng itu, didalamnya juga terlalu banyak kardus berisi barang lama dan cukup berdebu.

Sedikit demi sedikit kaki ku mulai melangkah karena rasa penasaran yang tak kunjung hilang.

Satu persatu anak tangga yang tengah renyot itu ku jangkah dengan kaki mungilku, pelan pelan, rasa penasaranku semakin membesar.

Setelah hampir mencapai puncak, aku berhenti sejenak karena menginjak sesuatu, what? Rambut siapa yang ku injak ini? Rambutnya tak biasa, hitam namun ada sebagian yang putih kekuning-kuningan, dan rambut itu tak hanya beberapa namun banyak,menggelikan.
Aku hampir menjerit, tapi kucegah dengan menutup mulut dengan kedua telapak tanganku.
Kuambil rambut itu dengan cepat untuk menyingkirkanya.

Lalu kembali aku berjalan untuk melewati 3 anak tangga lagi.
Setelah ku tiba di loteng, hawa disana sangatlah dingin, bulu kudukku merinding, kulihat benda-benda disana sangat tua dan berdebu tak terawat, seperti ada sejarah didalamnya.

Aku melangkah pelan-pelan sekali, ku amati semua obyek yang ada di loteng itu satu persatu, aku penasaran, hingga ku pegang sampai aku merasakan ada yang merasuk ke dalam tubuhku, seperti menghalangi penglihatanku sejenak.
Aku terkejut, lalu segera ku lepas pegangan tanganku pada benda itu.

Aku meloncat kaget, apa itu tadi.. seperti roh tapi aku tidak merasakan auranya. Dia seakan tidak ingin dikenal namun dia seperti ingin menunjukan sesuatu padaku.

Lewat penglihatanku yang kuanggap dusta, yang sudah melekat pada diriku sejak lama sekali. Aku menganggap semua itu hanyalah tipu muslihat yang mencoba menakutiku, tapi aku tidak pernah takut, karena ketakutan adalah dusta. Kadang aku pun tidak suka menyebut diriku sendiri indigo. Bagaimana tidak? seantero sekolahku yang dulu pun tau kalau aku ini indigo.

Aku berdiri, masih berada di loteng tua itu.. bahakn sudah 15 menit berlalu, namun aku tidak menemukan apa apa. Semua seakan kembali seperti semula, suara suara brisik itu lenyap tanpa bekas.

Aku hanya mengernyitkan alis, dan mencoba pergi dari tempat menyesakkan itu. Aku baru akan turun sampai terdengar sesuatu yang berat terjatuh, hingga menghentikan langkahku, mencoba memaksaku untuk kembali.

Hal itupun kulakukan, aku mendekatinya.. sebuah peti kuno dengan gembok yang tidak dikunci. Aku membukanya perlahan, kutemukan sebuah buku tua dengan tebal yang tida main main, terdapat ukiran aneh di sampulnya, tulisan tangannya juga masih asli.

Tidak aku buka ditempat itu, melainkan ku bawa turun. Bukunya seperti memiliki kisah yang terpendam. Tanganku sudah mulai gatal untuk membukanya. Lembar pertama telah kubuka,namun hanya ada tanggal dan tempat penulisan buku ini. Next, lembaran berikutnya..
Dan isinya adalah...

"QUEEN! QUEEEN!" Oh tidak, suara Anye menjerit. Aku pun berlari menghampirinya.

"Hei hei.. tenang, ada apa? Aku disini"

"Aku mimpi buruk lagii"

"Sudah aku bilang kan.. berdoalah sebelum tidur"

"Apa harus? Aku sering lupa"

"Kau tau.. doa membawa kita pada kebaikan dan doa menjauhkan kita dari segala hal yang menyesatkan, termasuk mimpi buruk yang kau alami."

"Aku takut" dia memelukku erat dan aku membalasnya.

Aku mengajaknya ke dapur, kusiapkan semangkuk sereal kesukaanya dan secangkir coklat panas. Kulihat jendela kaca, hujan mulai reda. Awan hitam perlahan lenyap, aku tak lagi gugup. Segera kutelpon ibu kapan dia akan pulang.
Setelah itu aku pergi ke duduk untuk membaca novel yang hampir selesai tadi, aku baru ingat.. buku tua itu masih tergeletak di atas meja kecil dekat aku membaca novel.

Segera kuambil buku itu agar Anye tidak melihatnya, kuletakkan di rak buku kamar diantara novel novel ku.
Kalo kalian bilang aku itu kutu buku salah besar, karena aku hanya ingin tau tentang dunia luar yang menyimpan sejuta kejutan.

15 menit setelahnya, terdengar suara orang mengetuk pintu dari luar.. aku buka dan ternyata ibu.

"Sayang.. syukurlah, bunda khawatir dengan kalian"

"Ibu kemana saja, kenapa baru pulang. Ini bahkan hampir petang" lontarku

"Hujan itu menahan ibu sayang" akupun menutup kembali pintunya.

Hari ini rumah sepi sekali, hanya aku,ibu dan Anye. Pembantu rumah kami namanya Mae, tapi dia baru pulang kampung kemarin karena ibunya sakit parah. Biasaya di rumah ada Kio juga, tapi dia sedang keluar kota mengambil kiriman sekaligus pulang ke rumahnya. Kio adalah saudara sepupuku dari Bandung, dia seumuranku tapi lebih tua satu tahun, aku dan dia sudah sangat akrab, seakan dia itu adalah anak ibu. Kami sering keluar bersama, sampai teman temanku dulu di sekolah mengira kami pacaran.

MALAM MENUJU PAGI
Aku masih terlelap diatas kasurku yang sangat nyaman, berlapis selimut tebal yang hangat. Tiba tiba seseorang membangunkanku, aku terkejut sampai membuat mataku terbuka lebar. Ku nyalakan lampu kamarku, tidak ada siapa siapa kecuali kertas di atas meja dekat tempat tidurku.

Tertulis :

"Queena! Aku kembali"
"Maukah kau bermain denganku?"

Dari tulisan tangannya aku sudah menebak, pasti Hito. Kalian tau Hito kan? [cek bagian 2 kalo belum tau]
Aku pun menatap langit langit kamar, bahkan disetiap sudut kamarku.. tidak ada tanda tanda kedatanganya. Aku mendapat sebuah firasat yang tidak terlalu kuat, bahwa itu bukan Hito.

"Hito? Kau kah itu?"


T B C

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang