caksuh-

138 23 4
                                    

Caksuh;mata

S e l a m a t  M e m b a c a

-oOo-

Buku ini lagi.

Bagaimana bisa?

Malam itu setelah makan malam aku pun sangat takut mendapati bukunya tiba-tiba tergeletak diatas meja kamarku dengan sendirinya.

Buku ini memang sangat kuat.

Karena sudah lelah kali ini aku pun sengaja tidak menyentuhnya, dan menghiraukanya. Ku pasangkan sebuah earphone di kedua telingaku sambil merebahkan diri di atas kasur paling nyaman di dunia.

Rasanya sangat nyaman dan tenang hingga hampir saja aku terlelap, namun ada sesuatu yang membuatku resah.

"Quee..na... Ke..marilah..." Suara serak samar-samar.

"S-siapa?"

Seketika suara itu lenyap ditelan angin malam, aku berusaha menghiraukan dan kembali merebahkan diri di kasur, namun selang beberapa menit bisikan itu datang lagi.

"Qu..ee..na..." Masih suara yang sama.

Mendengar bisikan itu lagi, aku sontak melepas kedua earphone ku.

"Siapa itu!"

Aku beranjak pelan-pelan turun dari kasur, mataku berkeliling di seluruh penjuru kamar, pandanganku tertuju kepada buku krsnapaksa yang ada diatas meja.

Kaki ku tergerak mendekati buku itu, anehnya buku itu dalam kondisi terbuka tepat di halaman 333. Dan tepat di halaman itulah nama Candala tertulis. Saking terkejutnya, aku langsung menutup bukunya, kaki ku secara reflek mundur perlahan dan hal yang tak ingin ku saksikan pun terjadi, buku itu kembali terbuka sendiri tepat di halaman yang sama.

Jujur, saat itu aku cukup takut untuk melihatnya, dalam halaman itu selain dijelaskan tentang kisah dan fakta tentang hantu Candala juga tertera sebuah atsiran berupa pena hitam yang menggambarkan wujud Candala.

Tentu saja aku langsung menutup bukunya, tetapi belum beberapa detik hal yang sama terulang kembali.

"Hei jangan coba main-main denganku!" Aku melantangkan suara.

"Sh-sh-shshh"

"Hentikan! Pergi!"

Aku segera mengambil tasbih dan membacanya secara berurutan, sekejab suasana pun membaik, segera ku tutup buku krsnapaksa dan menindihnya dengan sesuatu yang berat dan diatasnya ku letakan sebuah tasbih.

Kadang mata memang harus melihat yang tidak ingin kau lihat, kadang mata juga membuka jendela baru, pandangan baru, dan pemikiran baru.

***
Hari ini bunda akan kembali bekerja seperti biasa, dia selalu sibuk dari pagi hingga malam, kadang kami bertiga ditinggal hingga 2 hari, namun semua itu pun juga sudah menjadi kebiasaan mungkin karena terlalu sering dirumah tanpa bunda.

Tapi kelihatannya hari ini rumah akan benar-benar sepi, dari pagi buta Kio bahkan sudah pergi ke kampus, sedangkan Anye nanti siang minta diantarkan ke pesta ulang tahun temanya. Dan aku? Aku pastinya tetap menjadi seorang penjaga rumah seperti biasa.

"Sayang, bunda berangkat jangan lupa nanti bantu Anye siap-siap ya... Dandani adikmu itu supaya terlihat cantik" Sambil menjinjing jasnya bunda tersenyum hangat

"Ah bunda, kalau Anye terlalu cantik nanti yang ulang tahun akan murung hahaha" Ku lirik Anye sekilas yang masih menyantap sarapanya di sampingku.

"Iya kau benar juga Queen"

"Kau ini kenapa Queen, aku kan memang sangat cantik dari dulu, benar kan bunda?

"Iya putri bunda semua cantik. Baiklah bunda berangkat dulu ya" Bunda pun berangkat bekerja.

"Omong kosong" Kataku lirih menyindir Anye.

"Apa katamu?"

"Ah tidak adik kecil, habiskan sarapanmu aku mau beres-beres rumah."

"Iya bawel" Katanya sambil menyantap semangkuk sereal di depan mata.

***
Rupanya panas begitu terik, hingga outer yang kupakai seakan basah diguyur air. Aku masih di dekat jendela ruang tamu, memandang ke luar, mengamati betapa panasnya matahari siang ini, bayangkan betapa nanti setelah keluar dari zona nyaman ini kulitmu akan terbakar terkena sengatannya berubah menjadi coklat sawo matang.

"Ah sudahlah! Anye, dimana kau?"

"Tunggu sebentar lagi!" Teriaknya dari kamar atas.

Tak lama kemudian Anye pun turun dengan dress warna soft purple dengan hiasan bunga-bunga yang ku pilihkan, adiku itu walau masih sangat kecil tapi aura kecantikanya sudah terpancar. Aku memang tak pernah mau memuji didepanya karena sekali pujian saja dariku akan membuatnya terbang tak pulang-pulang.

"Anye kau bercanda?" Tatapku dengan raut tak percaya.

"Kenapa? Apa ada yang aneh dariku? Cepat katakan jika ada. Cepat Queen, kau mau bilang apa!"

"Bagaimana bisa kau pergi ke pesta ulang tahun tanpa membawa hadiah seperti itu" Pinta ku.

"Astaga hadiahnya ada di atas, tolong ambilkan ya kakak tercantik ku, akan kutunggu di mobil" Anye pun mulai bergelagat manja dan pergi.

Terpaksa aku harus mengambilkannya, kakiku dengan cepat pergi ke kamar Anye untuk mengambilkan sekotak hadiah yang sudah ku bungkuskan kemarin. Tapi sebelum turun kebawah ada satu hal yang membuatku salah fokus, di cermin ada sebuah coretan dari sejenis lip tint bertuliskan 333 Sekejab nampak tak asing, tapi karena buru-buru aku tak mau memikirkan yang lain.


T B C







IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang