warta-

1K 67 0
                                    

sekalipun dia memulai
saya tidak dapat berhenti

-oOo-

Aku memusatkan pikiranku sebentar setelah beberapa langkah meninggalkan kediaman madam Caterina. Merasa sedikit sempoyongan aku tetap melanjutkan jalan.

"Puji Candhala"

Tiba tiba seorang pejaka tua melewatiku dengan iming iming dari mulutnya, entah itu mantra atau semacam pemujaan.

Saat aku meneruskan langkahku, terdengar seseorang berjalan berbalik ke arahku dari belakang, rupanya si pejaka tua itu yang sedari tadi tidak berhenti mengucap kata
"Puji candhala"

Aku berhenti melangkahkan kaki saat pejaka tua itu menyodorkan sebuah cincin berlian ke arahku. Demi apa orang ini sungguh mengerikan.

"Puji candhala" Gumamnya.

Diapun berkata lagi padaku.
"Aku tau apa yang membuatmu resah. Maka terimalah hadiah berharga ini dan berikan buku kṛṣṇapakṣa itu padaku. Maka masalahmu akan hilang"

"Buku krsna--?"

"Buku yang ada dalam ranselmu itu. Aku tau dia sedang mengganggumu, maka berikan saja bukunya padaku dan masalahmu akan selesai. Puji candhala"

"Siapa kau? Buku ini milikku, siapapun tidak berhak mengambilnya"

"Hah" Dia tampak membuang muka "Aku yakin kau ini tidak tau apapun tentang buku ini. Bukankah kau amat takut dengan wanita berambut sangat panjang yang kerap muncul menghantuimu?"

Pejaka tua itu nekat merebut paksa, hampir saja buku itu jatuh ke tangannya tapi aku segera memegang erat buku dan ranselku lalu berlari meninggalkannya.
"Kau gila"

Hosh... Hos... Hosh....

Karena kesulitan mengatur nafas, aku memutuskan untuk berhenti sejenak. Kelihatanya sudah aman, aku berlari cukup jauh hingga tiba di pusat kota.

Aku segera membenahi penampilan yang acak acakan akibat berlari cukup kencang, buku itu aman di dalam ranselku.

Kebetulan ada pagelaran musik tradisional di taman budaya dekat taman kota, orang orang biasa menyebutnya pendopo.

Suaranya bergema masuk ke telingaku, begitu nyaring hingga aku berkeinginan melihat.

Sejenak ku lupakan semua masalah yang sedang berkecamuk di pikiranku, alunan musik yang senada berhasil menenangkan ketegangan yang ada dalam jiwaku.

Diam diam aku memejamkan kedua mataku agar jiwa ku rileks dan semua bebanku terbuang.

Saat hendak aku buka lagi kedua mataku yang terpejam itu, seseorang tengah berdiri dihadapanku. Astaga iblis itu, seketika aku mudur beberapa langkah. Tapi sayup sayup ku dengar suaranya juga.
"Queena, ini saya puan Sastro" Seketika aku membuka mata berusaha memfokuskan penglihatanku yang kabur.

15 menit kemudian...

Puan Sastro memberiku segelas air di cangkir yang sangat kecil setelah menggumamkan sesuatu pada minuman itu. Dia segera duduk disampingku menunggu aku meminumnya.

Kami berada di sisi lain pendopo, tepatnya disebuah ruangan yang sunyi, penuh benda benda sakral. Bahkan suara pagelaran musik tradisional tidak terdengar dari dalam sini, puan Sastro bilang ini adalah ruangan yang disucikan, tempatnya bersemedi atau sekedar melakukan suatu yang di sakralkan.

Kini kedua puan Sastro tengah membolak balikan halaman buku tua yang sedang ku bawa, seraya memercikkan air suci pada halaman demi halamanya, tak lupa mulutnya pun ikut bergumam lues.

Aku mulai merasa lebih rileks dan mulai penasaran dengan ruangan itu, saat puan Sastro sadar bahwa aku sudah mendingan, dia pun mengangkat suara.
"Jadi buku ini yang mengganggumu? Dimana dan bagaimana kau mendapatkannya?"

"Entahlah... Apa puan bisa membantu saya? Saya rasa puan bukanlah orang biasa" Aku menceritakan setiap detai di hari saat aku bermimpi, puan Sastro cukup dengan mengangguk.

"Iya, saya akan bantu kamu Queen. Saya tau, kamu memiliki kemampuan melihat, mendengar, dan merasakan adanya mereka yang tidak seharusnya manusia biasa ketahui. Tapi ingat, jangan pernah kau jadikan semua itu sebagai kelemahan terbesarmu"

"Terkadang saya hanya merasa semua itu menipu saya puan, pagi ini saya pergi ke rumah madam Caterina untuk mencari jawaban tapi ketika saya tiba di rumahnya, orang orang bilang bahwa dia sudah gila." Aku menghela nafas sebentar "Itu sangat tidak masuk akal, bagaimana bisa paranormal hebat seperti dia gila mendadak?"

"Caterina sudah mencapai puncak, dia terlalu agresif dan gegabah" Aku masih diam, tidak mengerti apa arti kata katanya.

"Mau saya ceritakan sebuah kisah?" 1 detik kemudian puan Sastro berkata lagi, kali ini menatapku dengan serius.

"Silahkan puan, dengan senang hati saya dengarkan" Puan Sastro kemudian meremas tanganku dan mulai menarik nafas dalam dalam sebelum mulai bercerita.

T B C

tunggu kisah terpendam apakah yang akan diceritakan oleh puan Sastro.

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang