blaka-

324 36 1
                                    


enjoy this story

-oOo-


Kayla!? Ya! Aku harus mencari bocah itu!

Tepat pukul sebelas malam dimana semua orang dirumah sudah tidur aku menyelinap keluar kamar, menuju pohon randu besar yang ada dibelakang rumah.

Anak itu selalu berada diatas pohon randu sendirian, ini saatnya aku mencari jawaban atas semua yang terjadi karena aku tau dia menyimpan sesuatu yang tidak kuketahui.

Aku mengenakan piyama cream ku, membawa sebuah senter untuk menerangi jalan yang gelap serta sebuah payung hitam untuk melindungiku dari hujan yang tidak terlalu deras ini. Perlahan kakiku melangkah diantara semak-semak, menapak tanah yang mulai dibasahi air hujan, setibanya dibawah pohon aku melihat sosok Karla sedang memiringkan kepalanya sambil memegang boneka kesayanganya.

Tatapanya tajam ke arahku, aku tidak lagi takut karena dia tidak seperti Candala yang hina.

"Sebaiknya kau pergi, kenapa kau mengganggu?" Ucap Karla yang bola matanya memutih.

"Apa yang membuatmu pergi dari rumah dan pindah ke pohon ini? Apa karna dia membuat takut semua penunggu rumah?"

Karla diam, kini kepalanya tak lagi miring. Dalam sekejab dia menghilang ditengah konsentrasiku yang mulai pudar. Suasana jadi lebih mencekam, hawanya dingin menusuk jantungku, aku berdiri sendirian ditengah kegelapan dengan mengandalkan cahaya senter yang kubawa namun semua itu tidak cukup untuk mengatasi rasa tidak tenangku.

Aku berusaha tenang, mengabaikan suara langkah kaki dari balik semak-semak lebat. Firasatku mengatakan ada banyak mahluk menatapku saat ini dari segala penjuru. Ditengah keheningan seperti ini justru jantungku berdegup sangat keras, aku ingin kembali ke rumah tetapi aku butuh jawaban Karla.

Setidaknya mereka tak menampakan wujud, "Karla, kumohon! Dimana kau!" Tampa peduli aku berteriak memanggil sosok anak kecil itu.

Tapi bodohnya aku berteriak terlalu kencang dengan nada membentak, sehingga mahluk mengerikan disekitarku berjalan mendekat dari balik semak dan pepohonan, ada yang bermuka setengah gorila, kuntilanak, pocong, jenglot dan semacamnya. Mereka semua menatapku tajam serta mengeluarkan suara-suara yang memekik dengan ciri khas masing-masing.

Tanpa sadar aku berjalan semakin mundur walau kedua mataku masih terang-terangan menatap ke depan, tanganku menutup kedua daun telingaku rapat-rapat, langkahku begitu pelan hingga sadar ada sesuatu yang kutabrak dibelakang sana.

Dengan rasa penasaran aku menengok kebelakang dan ternyata, Karla.

"Apa kau takut?" Tanyanya begitu polos.

"S-siapa mereka semua? Kenapa menatapku seperti itu"

Mata Karla pun menjelajah sekeliling reflek membuatku kembali menghadap ke depan memastikan. Aku semakin penasaran mengetahui bahwa semua hantu itu menghilang dalam sekejab.

"Mereka adalah penunggu hutan yang ada diasana" Gadis itu menunjuk ke Utara, tempat paling gelap dan lebat akan semak belukar. "Teriakanmu memancing mereka semua mendekat, apalagi dengan kemampuan indigo mu"

"Aku mencarimu tadi! Kenapa kau menghilang? Aku hanya ingin jawaban"

"Sebenarnya aku sudah memperingatkanmu, namun sepertinya kau terlalu cepat merasa enteng menganggap sesuatu selesai"

"Itu berarti Candala..."

"Sstttt!!!" Dalam sekejab Karla berpindah diatas pohon lagi. "Jangan sebut namanya disini! Dia akan datang. Kau benar, dia sudah jelas tidak akan berhenti mengganggumu sampai kau benar-benar membaca mantra itu, karna hal itu hanya bisa dilakukan oleh orang yang membuka bukunya"

"Tapi sampai kapanpun aku tidak akan pernah membacakan mantra itu untuk kebebasanya"

"Maka dari itu, sampai kapanpun dia akan terus membuat tipu muslihat untuk membujukmu"

"Buku itu..." Aku merenung sebentar. "Benar-benar pembawa sial, harusnya aku tidak pernah mengalami mimpi aneh itu"

"Bisa saja itu lebih dari sekadar mimpi" Ucapan Karla pun seketika membuyarkan lamunanku.

"Apa maksudmu?"

Aku menatap gadis kecil itu meminta kejelasan, tetapi dia pergi hilang entah kemana, dan saat itu juga aku sadar bahwa sudah 2 jam sejak aku tiba disini.

Sebaiknya aku pergi tidur, lagi pula hujan sudah mulai reda, aku yakin di dunia ini tidak akan pernah ada orang yang mau meninggalkan ranjang paling nyamanya demi tempat menyeramkan seperti ini.

"Kalau saja semua ini tidak pernah terjadi..."



T B C

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang