suddha-

1K 55 0
                                    

Kembali di saat yang tidak tepat


Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



-oOo-


Di sisi lain seorang anak laki laki turun dari bandara, hendak mengambil mobil yang sengaja dititipkan di rumah temanya yang tak jauh dari bandara.

Sebuah kamera digital terkalung di lehernya, langkah demi langkah dilewatinya hingga kakinya berhenti seketika memasuki area sebuah rumah dengan halaman begitu luas. Di kejauhan nampak temanya yang bernama Tera melambaikan tangan kepadanya.
"Kio! Finally you arrived"

"Aku mau ambil mobil. Thanks bro"

"Ingat, dalam siklus pertemanan tidak ada kata maaf ataupun terimakasih" Kio terlihat memancarkan senyum sekilas menepuk bahu Tera.

"Duluan" tiba tiba Tera menghentikannya.

"Bulan depan ada tugas karya kelompok. Kata dosen itu sangat penting dikumpulkan karena akan mempengaruhi IP masing-masing anak. Kita jadi menginap di rumah sepupumu kan?"

"H-ha? Kok--"

"Come on lah Kio, kita pasti akan menemukan inspirasi di sana. Rumah itu kan antik dan yang terpenting cocok dengan tema kita, aku yakin dosen akan memberi nilai terbaik jika kita mengerjakanya dengan baik"

"Aku coba bicara dengan Queena dan ibunya dulu kalau begitu" Kio langsung masuk ke mobil dan menyalakan mesinya bergegas ke rumahku.

Ditengah perjalanan dia seperti terus saja mendapat hambatan untuk sampai ke rumahku, bahkan di tengah jalanan yang sepi penghuni dan lebat akan pepohonan, ban mobilnya tiba tiba saja bocor.
Beberapa kali dia coba menelpon montir tetapi tidak ada sinyal sama sekali yang terdeteksi.

Akhirnya dengan berat hati, dia mendorong mobil itu berjalan terus dan diam diam berdoa dalam hati semoga didepan sana ada bantuan.

Ck

Lagi lagi mobilnya tidak bisa berjalan, dia coba mencondongkan badannya kebawah untuk memastikan apakah ada yang mengganjal, tapi justru yang dilihatnya adalah sosok menyeramkan dengan muka busuk penuh darah ditambah lagi bau bangkai yang menyengat pada rambut panjangnya.

Begitu melihat sosok menyeramkan itu, Kio menutup kedua matanya berharap sosok itu pergi dari hadapanya, dan selang beberapa detik sosok itu hilang ditelan bumi.

"Ah hanya halusinasi"

Dia kembali melihat bagian bawah mobilnya dengan mata terbuka, dia mencoba memberanikan diri dan menganggap semua itu hanyalah ilusi.

Rupanya ada sebuah batu besar yang mengganjal ban mobilnya untuk berjalan. Tanganya langsung meraba ke batu itu lalu membuangnya.

Kio kembali mendorong mobilnya cepat cepat sambil sesekali melihat kedepan apakah ada rumah warga yang bisa untuk mencari bantuan.

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang