netra-

1K 63 0
                                    

rasa penasaran begitu dalam ini seperti akan menusukku

-oOo-

Di hari yang cerah dan berawan, aku tidak bisa lagi menahan rasa ingin tau yang semakin melekat untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi denganku sejak mimpi itu.

Aku akan pergi mengunjungi rumah madam Caterina setelah sarapan bersama Anye dan ibu. Sejenak kutatap raut muka ibu yang panik karena terburu buru menyiapkan sarapan.
"Ibu baik baik saja?" Anye mendahuluiku yang akan bertanya.

"Ibu sangat baik sayang" ibupun duduk di hadapanku.

"Bu, aku ingin tanya kepada ibu." Ibu mengangguk dan mendengarkan, aku pun menyodorkan buku tua itu dan melihat reaksi ibu yang mengejutkanku "Apa ibu tau tentang buku ini?"

"Hah!? Darimana kau mengambil buku ini?"
Ibu seperti gemetar.

"Entahlah, tiba tiba aku menemukanya. Ibu tau sesuatu tentang buku ini?"

"T-tidak.. ibu sedang sibuk, sebaiknya kalian melanjutkan makan." Ibu mengalihkan pandang, mulai membuka laptopnya.

Setelah melahap habis sandwich yang dibuat ibu, aku segera memakai jaket yang sengaja ku selipkan di tempat dudukku, aku langsung berdiri memasukan buku itu ke dalam ransel kulit, aku menjinjingnya hingga sampai dekat mobil ibu tapi ibu tiba tiba meneriakiku, karena mobilnya akan dipakai meeting sebentar lagi.
"Lalu Anye ibu tinggal sendirian?"

"Anye akan ibu titipkan di rumah tante Gunawan." Ibu berjalan bersama Anye hendak membuka pintu mobil.

"Tapi tadi sepertinya ibu bilang bahwa hari ini ibu di--" Ibu langsung menjalankan mobil tanpa mendengarkan ku sambil bilang "Sudah, naik taksi saja" sepertinya urusan mendadak. Tapi tetap saja aku merasa kesal.

"Andai saja Kio sudah kembali kesini, pasti aku tidak akan kesulitan seperti ini!"

Sangat sulit mendapatkan taksi, aku terus saja menatap jam di pergelangan tanganku. Ini sangat buru buru, tapi mau bagaimana lagi. Ibu benar benar menyebalkan.
Lamunanku pun ikut buyar ketika ada mobil yang berhenti didepanku secara mendadak.
"Permisi. Anda butuh tumpangan?" Supir taksi rupanya.

Aku segera berlari dan menunjukan alamatnya, 15 menit kemudian aku sampai di kediaman madam Caterina. Rumah yang memiliki halaman luas itu nampak ramai orang, sedikit demi sedikit langakhku mulai mendekat masuk. Aku begitu terkejut melihat seisi rumah madam Caterina yang berantakan, banyak pecahan kaca dan semua buku buku pengetahuanya terhambur hamburkan di lantai.

Kedua mataku mulai terbelalak saat menangkap sosok yang cukup akrab, madam Caterina terlihat di giring oleh dua polisi, raut mukanya nampak kusut begitu tak segar seperti sebelumnya. Begitu dia menyadari kehadiranku tiba tiba ketenangannya seperti terusik, dia memberi respon yang amat mengejutkanku apalagi mata merah yang menatapku berhasil membuat bulu kudukku merinding.

Mereka pun hanya berlalu melewatiku, beberapa polisi menghampiri mencoba menenangkan ku yang masih terlihat syok.
"A-ada apa ini? Sebenarnya apa yang sedang terjadi dengan madam Caterina pak?"

"Dia mengalami gangguan jiwa, dia gila" Perkataan pak polisi itu nyaris membuatku hampir kehilangan keseimbangan.

Bagaimana bisa...

Padahal dia adalah satu satunya jawaban dari semua pertanyaanku...

Aku masih tidak percaya madam Caterina gila. Bagaimana bisa tiba tiba dia memiliki gangguan jiwa, padahal Minggu lalu dia masih berkunjung ke rumahku.
Ada sesuatu yang aneh, aku yakin.

Saat polisi sibuk melakukan penyelidikan di kediaman madam Caterina aku ikut menelusuri benda benda yang berserakan itu. Langkahku terhenti ketika aku merasa menginjak sesuatu, aku membungkukkan badanku sedikit kebawah dan mengambilnya. Ternyata sebuah tasbis, eh.. ini bukan tasbih biasa, tasbih ini selalu dipakai madam Caterina. Pelan pelan aku mengamatinya, jemariku secara sepontan mulai meraba ke seluruh sisinya.

Namun tiba tiba penglihatanku terbuka, aku melihat madam Caterina berlari ketakutan sebelum dia mulai gila, bahkan berlari ke kamar dan mengunci pintu rapat rapat karena bisikan yang sedari tadi terus mengusiknya, pertama aku tidak paham apa yang sebenarnya terjadi tetapi bayangan itu terus membimbingku untuk mengetahui lebih dalam. Mataku seketika terbuka kembali ketika wanita iblis yang baru baru ini menghantui pikiranku muncul dalam bayangan itu.

Apa karena iblis itukah madam Caterina menjadi gila?

Sesaat kemudian aku kembali ke kenyataan saat salah satu polisi menepuk bahuku, rasanya tubuhku lemas setelah dan pikiranku mulai kalut. Polisi itu menyuruhku untuk duduk sebentar, dia menanyakan siapa aku dan apa tujuanku kesini, aku lalu menceritakan tujuanku datang kesini, buku itu, semuanya yang aku lihat barusan. Polisi itu bahkan tidak memasang muka serius saat mendengarnya, sesaat kemudian dia tertawa.
"Nak nak.. kau ini ada ada saja, masih percaya dengan tahayul bodoh seperti itu. Memangnya kau indigo?"

"Kalo saya bilang iya mungkin bapak tetap tidak akan percaya. Kalau begitu saya permisi pak, terimakasih sebelumnya"

Polisi itu masih terpaku tidak menjawabku lagi. Dia seperti sedang berfikir keras. Entah apa yang terjadi, tapi matanya seperti melihat suatu penampakan yang aku pun tidak tau apa itu.

note :
Kio ; sepupu Queena yang lagi mudik




T B C

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang