maya-

1.3K 69 0
                                    

maya ; semu

-oOo-

Angin sore bersemilir masuk lewat celah celah kecil jendela kamar Zizi.
Kami masih duduk menyilangkan kaki diatas ranjangnya dengan beberapa lembar foto yang telah ditunjukan Zizi kepadaku.
Foto itu tampak usang dan lapuk, aku kagum terhadap Zizi yang masih menyimpan semua foto lama itu.

Aku dan Zizi berteman sejak di sekolah dasar, Zizi telah merubahku. Sejak kecil aku menjadi anak yang sangat pendiam bahkan anti sosial tapi setelah bertemu dengan Zizi, cara berfikir ku pun berubah, secara tak langsung aku mulai membuka diri terhadap dunia. 1 menit kemudian aku memanggil Zizi yang masih sibuk membersihkan debu di pigura fotonya.

"Kenapa Queen?"

"Apakah ibumu seorang paranormal? Dia mirip madam Caterina."

"Dia bukan ibuku dan siapa madame Caterina?"

"Madame Caterina adalah seorang paranormal, semacam orang pintar yang terkenal disini, keluargaku akrab sekali denganya. Tunggu... kau bilang dia bukan ibumu? Apa maksudmu?"

"Sebenarnya ibuku sudah meninggal sejak 2 tahun yang lalu karena sakit keras. Sejak saat itu aku menjadi anak yatim piatu, lalu puan Sastro datang dan menjadi wali asuhku."

"Sejak kapan ibumu meninggal, kenapa tidak berkabar?"

"Beliau meninggal 2 tahun yang lalu. Saat itu pun kau sudah pindah dan kita tidak pernah bertemu lagi. Sampai hari ini, aku dan puan Sastro memutuskan pindah kesini. Lalu keajaiban datang dan kita bertemu" Aku memandang raut muka Zizi sebentar, lalu dia memelukku.

Hari sudah mulai gelap rupanya, awan awan putih mulai hilang tergantikan dengan adanya senja.

Kalian tau senja?

Jangan pernah tersemu kepada senja, ia datang lalu pergi sesuka hati.

Seperti saat ini, entah kenapa tiba tiba aku berfikir bahwa bagaimana jika aku takkan pernah melihat senja lagi untuk kesekian kalinya?

Aku menatap langit langit kamar yang tak lagi sama, karena aku sudah berada ditempat yang berbeda dari tempatku singgah sebelumnya.

Baru saja ku buka pintu rumahku, suasana disana sangatlah berbeda dari sebelumnya. Entahlah bagaimana.. aku sulit mengartikannya. Sebuah bayangan hitam tiba tiba berjalan melewatiku, akupun mulai berjalan mengikuti bekas bekas kehadiranya yang menapak di udara. Namun akan sangat sulit menjelajah seisi rumah dengan banyak ruang rahasia yang masih terkunci ini. Rumah ini memiliki 3 lantai termasuk loteng. Kakekku membeli rumah ini berpuluh puluh tahun yang lalu sebelum dia pergi dari dunia ini.

Karena ibu dipindahkan kerja di sini, maka kami semua ikut dibawa pindah dan tinggal di rumah kakek.

Ku susuri anak anak tangga menuju lantai 2 yang tengah renyot. Suara kayu yang kuinjak terdengar mengganggu telingaku. Aku menengok kamar ibu dan melihatnya tidur, hanya suara Anye yang berhasil tertangkap indra pendengarku.

Aku menyusuri lorong menuju balkon keluarga. Area itu merupakan tempat bersantai keluarga, dindingnya terbuat dari kaca, terdapat dua buah sofa beserta sebuah layar televisi didepanya.

Jgrekk....

Derak pintu kayu itu mengagetkanku sesaat, karena suasana hening yang hampir membunuhku. Sebelum ini, aku mendengar Anye sedang bermain main dengan seseorang didalam.

Lalu..
"Queena.." Anye berbalik sebentar melihatku lalu kembali memainkan mainannya.

"Kau bicara dengan siapa tadi?"

"Dengan dia" telunjuk Anye menunjuk di pojok ruangan tersebut. Aku pun segera melihat dari pantulan kaca yang ada disampingku. Nihil.

"Siapa? Tidak ada siapapun disini."

Aku mencoba berfikir keras sejenak. Dulu waktu pertama kali ke rumah ini, aku pernah melihat seorang anak kecil seumuran Anye menatapku datar.
Boleh aku mendiskripsikanya?
Dia berambut cokelat setengah pirang lusuh, diikat menggunakan kain yang berlapis darah, namun kadang rambutnya tergerai begitu saja. Dia memakai baju usang yang terdapat bekas sobekan dan bercak darah yang terlihat sudah melekat pada serat serat kain bajunya.

Kemudian aku pun kembali ke kenyataan setelah mendengar sebuah barang terjatuh ke lantai. Pelan pelan coba ku pejamkan mataku, mempertajam indera ku. Aku mulai merasakan kehadiranya tapi mengapa aku tidak bisa melihatnya? Padahal dulu sudah beberapa kali juga aku melihat kehadirannya di rumah ini.

Aku mendengar Anye lagi berbicara dengan seseorang. Aku tau, aku benar benar tau dia jelas duduk didepan Anye. Tapi...

Hanya bayangan samar yang aku lihat, wajahnya pun tidak terlihat jelas. Aku hanya sedikit merasa bahwa dia yang kali ini kutemui sangatlah aneh
Akhirnya kuputuskan untuk mendekat ke arahnya, tanganku mulai merabanya, mataku ku pejamkan sebentar, mencari cari apa yang sebenarnya terjadi kepada anak ini hingga aku tidak bisa melihatnya lagi. Aku pun merasa ada yang menempel di punggungku. Tiba tiba saja...

Wajah wanita iblis yang aku lihat pada sobekan halaman buku itu sontak mengejutkanku hingga aku tidak bisa mengontrol nafas.

"Queen! Kau tidak papa? Apa yang kau lakukan! Kau membuat dia pergi huh" Anye memasang muka cemberut seperti biasa, aku segera menggendongnya paksa dan membawanya ke lantai bawah.

"Hei! Turunkan aku" Teriakan Anye semakin menjadi jadi.

Aku memberitahu Anye untuk tidak bermain di ruangan itu lagi sendirian. Aku mencoba mengingatkanya berkali kali yang tampak bingung. Kau pasti melihat hantu lagi kan? Tanyanya tiba tiba. Aku tidak ingin menjawab karena dia pasti akan takut nanti. Akhirnya aku mengambil ponsel untuk menghubungi tetangga sebelah, tetangga kami yang seumuran Anye pun datang. Aku menyuruh mereka untuk bermain bersama dan tidak bertengkar. Dia biasa main kesini walaupun saat malam hari, ibunya selalu menjemput. Ibunya itu juga adalah teman ibu.

Sementara mereka sibuk bermain di ruang tamu, aku berlari menuju kamarku. Sebentar.. kenapa rak buku ini tidak tertata sesuai yang aku susun? Seharusnya buku tua itu ada di baris ke 5. Kenapa bisa ada di rak bawah campur dengan buku pelajaran..

Aku tak mau kehabisa waktu untuk memikirkan itu, aku hanya mengangkat bahu seolah tidak ingin mempermasalahkannya. Aku membuka halaman yang sobek itu memastikan bahwa yang terus terusan muncul di pandanganku itu benar benar wanita iblis yang dilukis dalam buku ini.

Karena semua yang semakin aku peetanyakan, aku memutuskan untuk menelfon madame Caterina untuk bertanya padanya, karena dia pasti tahu apa yang sebenarnya terjadi.

Tetapi sudah beberapa kali ku tekan nomornya untuk menelfon, dia tetap saja tidak bisa dihubungi.
Ini juga sudah menjelang malam, tidak mungkin aku menemuinya sekarang.

Aku kembali mengecek keadaan Anye dan anak tetangga, Sam.
Mereka akur akur saja ternyata. Lalu ibu Sam pun tiba di pintu, Sam yang dipanggil dari kejauhan tidak mendengar.

"Sam.. ibumu memanggil. Ini sudah malam, kau sebaiknya pulang" Queen tersenyum sambil mengacak acak rambut Sam.

Ibunya Sam, tante Gunawan (nama suami) masih saja berdiri di pintu, tanpa berpindah selangkah.

"Iya kak. Sam pulang dulu" Balas Sam, lalu dia membereskan mainanya sebentar dan berlari ke ibunya.

"Tante Gunawan kenapa nggak masuk?"

"E..em.. e-enggak aja Queen, lagi nggak pengen masuk" Tante Gunawan berkata sambil memegangi tangan yang bulu bulunya sudah terangkat (merinding)

"Kenapa sih"


T B C

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang