Jangan lupa satu hal bahwa :
1 vote saja dari kalian begitu berharga bagi cerita ini
Selamat Membaca Cerita Indigo
-oOo-
Ibu sudah pergi dari rumah sejak satu jam yang lalu, Anye masih tidur seperti biasa. Saat ini aku tengah duduk di ruang tengah sendirian sambil membaca buku kṛṣṇapakṣa milik kakek karena rasa penasaran yang meluap luap dalam diriku, namun semakin aku membuka halaman yang lebih jauh, hawa di sekitarku semakin terasa tidak nyaman.
Kulihat sekeliling, tidak ada siapapun. Hanya detak jantung jam dinding yang sedang sibuk bersenandung menggema dalam ruangan, tapi lalu aku mendengar sebuah bisikan seorang wanita dengan suara serak siapa lagi kalau bukan iblis itu.
"Buka halaman belakang dan kau akan menemukanku!"
Apa? Apa dia berbicara padaku?
Berkali kali aku coba tidak menggubris bisikan itu, tetapi semakin aku menghindar, bisikan itu justru semakin mengeras di telingaku.
Kalian mungkin tidak percaya, namun perlahan aku mulai terbius oleh bisikanya.
"Bacalah maka aku akan memberikan segalanya padamu"
Hati dan pikiranku kalut entah kemana, seperti hilang arah bahkan hilang kendali.
Hatiku berkata TIDAK!
Sedangkan pikiranku tanpa kendali membuka halaman terakhir buku itu. Mataku mulai mengamati huruf huruf yang tersusun indah, sembari mulutku yang mulai angkat bicara untuk mengejanya."Nn---"
Baru saja aku akan menyelesaikan kalimatnya, seseorang akhirnya berhasil menyadarkanku.
"Queen!" Teriaknya seperti biasa, menepuk bahuku.
hosh... hosh...
Aku masih terengah-engah karena pengaruh bisikan iblis itu. Kio yang menyadari itu langsung pergi mengambilkanku minum lalu segera duduk disampingku.
"Ada apa? Kenapa sepertinya kau aneh sekali sejak kemarin"
"Hampir saja aku kalap"
Kio menatapku bingung, dia menaikan satu alisnya terlihat sedang berfikir keras berusaha mencerna segalanya.
Seketika mataku kembali menatap buku itu. Setelah ini mungkin aku akan coba membatasi kontak dengan buku itu.
Kenapa? Kenapa dia terasa hidup dalam buku ini? Kenapa?
Aku masih saja berfikir, dia selalu berbisik dan sesekali menampakkan wujud. Dua hal itu merupakan kebiasaanya, tapi setahuku jika dia hanya melakukan hal demikian tidak lebih atau diluar nalar maka dia berarti hanyalah hantu biasa yang memang hanya iseng.
Kio duduk tepat disampingku dan memergoki mataku yang sedari tadi tak lepas pandang dari buku itu.
"Buku apa ini?" Kio mengangkat bukunya dan memperhatikan covernya secara detail.
"Ja-jangan!!!" Aku merebutnya cepat. "Jangan pernah sentuh dan buka buku ini!" Aku bergegas pergi meletakan bukunya ke tempat asal, yaitu di loteng rumah.
Aku dan Kio memang sering berbagi cerita, kami selalu terbuka satu sama lain. Tapi untuk masalah ini aku belum cukup yakin untuk menceritakan padanya, aku hanya takut dia tidak akan percaya dan akan menganggapku gila, meskipun kenyataanya Kio tidak mungkin seperti itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo
KorkuQueena mendengar suara ibunya memanggil dari lantai bawah, jadi ia beranjak dari kamarnya, dan bersiap untuk menuruni tangga. Saat ia melangkahkan kakinya di anak tangga, ibunya menyeret gadis itu kembali ke dalam kamarnya dan berkata, "Aku juga men...