( yang tak terlihat bukan berarti sama seperti yang terlihat )
Selamat membaca cerita 'Indigo'
-oOo-
2 hari berlalu semenjak aku membiarkan buku itu tetap pada tempatnya. Jujur, perasaan trauma masih menghantuiku, mentalku tak pernah diuji hingga sejauh ini.
Aku selalu senang saat fajar tiba, di saat aku bangun, dia selalu menyelinap lewat celah jendela kaca yang masih tertutup korden transparan berwarna putih milikku, karnanya aku selalu menantikan hari esok, dimana semuanya akan berubah menjadi lebih baik.
Seperti biasa, aku bergegas pergi ke dapur setelah menggosok gigi dan mencuci muka. Ibu bahkan belum pulang dari kerjanya, mungkin dia lembur lagi. Seperti sudah terbiasa, kami jadi lebih nyaman ditinggal bertiga dirumah. Di ruang tengah terlihat Anye sudah bermain dengan bonekanya dan di sisi lain mungkin Kio sedang melanjutkan fase hibernasinya. Ah aku harus cepat memasak sesuatu untuk sarapan.
"Pagi Queena" Serunya tiba tiba sambil sesekali menatapku berjalan melewatinya.
"Pagi juga adik paling cerewetku" Mendengar hal itu Anye hanya mendengus. "Ngomong ngomong dimana Kio?"
"Ah si beruang sedang tidur nyenyak di kandangnya"
"Oh ya? Mari kita lihat berapa lama lagi si beruang bisa melanjutkan tidur nyenyakya itu" Anne terbahak bahak mendengar ucapanku.
Ketika kakiku hendak mencapai area dapur, tiba tiba dari pantulan kaca aku melihat sesosok hitam berdiri membelakangiku, begitu melihatnya aku reflek sangat terkejut hingga menjatuhkan barang dibelakangku, dan yang menjadi tanda tanya adalah pada saat aku menengoknya kembali, sosok itu sudah tidak ada.
Apa aku berimajinasi? Tidak mungkin Candala kan? Tidak! Pasti sosok lain.
Selesai memasak, karena Kio belum juga turun aku segera menengoknya. Tangga demi tangga ku naiki menuju kamar si beruang. Anak itu memang kebiasaan, setiap hari selalu minta dibangunkan. Tapi aku kadang juga kasihan karena setiap malam dia selalu lembur tugas.
"Kio"
Tok tok...
Tak ada jawaban, aku pun masuk. Tirainya dibiarkan terbuka sehingga seisi kamar sudah terang, mungkin kemarin Kio lupa menutupnya.
Di atas ranjangnya dia masih terlelap dengan posisi tengkurap mendekap guling. Dari jarak beberapa meter dari ranjang, aku masih mengamati anak itu yang betapa nyenyakya tidur dengan posisi seperti itu, namun kupastikan dia tidak akan menikmtinya lebih lama lagi.
"KIOOOOO!!! BANGUN!!!"
Aku mendekatkan mulutku ke telinganya. Coba tebak apa yang terjadi? Dia hanya menggeliat seperti cacing pemalas, lalu tidur lagi.
"Bangunnnn!"
Plak plak... Terpaksa aku memukul punggungnya dan menarik selimutnya ke udara.
"H-e-i.. hoahm" Kio menguap lalu tidur lagi.
"Apa kau sudah gila? Tingkahmu sudah seperti beruang sungguhan saja"
KAMU SEDANG MEMBACA
Indigo
HorrorQueena mendengar suara ibunya memanggil dari lantai bawah, jadi ia beranjak dari kamarnya, dan bersiap untuk menuruni tangga. Saat ia melangkahkan kakinya di anak tangga, ibunya menyeret gadis itu kembali ke dalam kamarnya dan berkata, "Aku juga men...