jalatarangga-

217 27 0
                                    

jalatarangga;gelombang

-oOo-

Perasaan tak karuan tentu saja masih menyelimutiku, bahkan di saat bangun pikiranku penuh akan hal itu.

Dan apakah kau tau apa yang paling menyiksaku?

Berkali-kali aku telah menyaksikan buku krsnapaksa terbuka dengan sendirinya. Buku itu terus menghantuiku.

Hingga suatu malam aku mendengar suara ibuku memanggil dari lantai atas, jadi aku pun segera beranjak dari kamar dan bersiap untuk menuruni tangga. Saat aku melangkahkan kakiku di anak tangga, tiba-tiba ibu menyeretku kembali ke dalam kamar dan berkata,

"Aku juga mendengar suara yang memanggilmu itu" Bisik ibu pelan.

"Aku harus memeriksa si-"

"Sssttt! Tidak!" Dia menahan tanganku, diantara kami hening sesaat.

Tiba-tiba pintu kamar yang semula tertutup terbanting cukup keras.

"Anye jatuh dari tangga!" Tutur Kio dengan raut muka gusar.

Mendengar hal itu tanpa basa-basi kami segera menuju tangga tempat Anye jatuh.

Terlihat Anye yang terisak kesakitan, kakinya tergores oleh tangga kayu yang tengah renyot, darah keluar sangat deras pada pusatnya, berwarna agak keruh serta kental, membuatnya tak bisa berjalan dengan baik.

Kio akhirnya membopong Anye ke sofa, ibu dan aku berlarian mengambil perlengkapan obat juga air kompres. Di saat aku mengambilkan airnya di dapur, sebuah bayangan seakan terlintas di hadapanku, Lalu aku mendengar suara itu lagi.

"Queena, kemari nak"

Sungguh suara itu mirip sekali dengan suara ibuku, bahkan sangat sulit untuk  membedakan keduanya, namun disaat yang sama aku juga menyadari bahwa saat ini ibu sedang mengobati Anye di ruang tengah.

"Jangan ganggu saya! Pergi!" Dengan cepat aku segera mengambil air kompresnya.

"Queena cepatlah sedikit, kenapa kau lama sekali!" Terdengar Kio yang berteriak panik.

"Aku datang!"

Selesai mengambil semua yang dibutuhkan di dapur, aku pun bergegas mengemas semuanya, mendadak suasana dapur tiba-tiba sunyi, perasaan tak karuan mulai menyelimutiku.

Ketika aku hendak berbalik untuk meninggalkan dapur, mendadak ada wajah mengerikan yang menatapku dari dekat, sangat jelas hingga mengejutkanku sambil mengeluarkan suara mencekam. Ya! Dia adalah sosok yang menyerupai ibuku, dia sangat besar, wajahnya sangat mirip ibuku bahkan aku kira dia ibuku, namun perbedaanya cukup jauh, kau tau kenapa aku mengatakan wajahnya sangat mengerikan? Dalam kedua matanya mengalir darah berwarna merah kecoklatan dan di bagian mata sebelah kiri tertancapkan sebuah paku tajam yang menembus hingga bagian paling dalam, bola matanya memutih, kulit wajahnya mengelupas, bibirnya berkerut, rupa yang penuh darah itu sungguh membuatku takut karena mirip sekali dengan ibuku.

"Aaaaaaa"

Seketika aku berteriak karena terkejut beruntung tidak Ada yang mendengarnya dan dalam sekejab sosok itu hilang bersama dengan bayangan hitam yang mengelilinginya.

Di ruang tengah, Anye masih merintih kesakitan, ku tatap ibu beberapa kali mencoba mengaitkan dengan apa yang baru saja kulihat. Sejenak aku merasa ragu apa benar itu ibu, tetapi melihat kasih sayang yang dia curahkan kepada Anye membuat keraguanku seketika lenyap.

***

Keesokan paginya...

"Hei buku aneh, kenapa ada disini? Sudah lama sejak terakhir kali aku melihatmu"

Saat aku pergi melukis di teras depan rumah, sayup-sayup kudengar suara seseorang mengoceh dari balik tembok.

"Sebenarnya suara siapa itu?" Tanyaku penasaran hingga aku berjalan ke arah suara itu.

Kutemukan Kio yang tengah berdiri sambil memegang sebuah buku, ketika berjalan ke arahnya aku pun masih mendengar sebagian ocehanya walau terpotong.

"Buku aneh, sebenarnya siapa yang membeli buku seperti ini" Ucapnya sambil mengamati cover.

"Kio?" Panggilku dari belakang, Kio pun menengok. Astaga itu buku krsnapaksa!

"Kenapa wajahmu seperti itu?"

"B-bagaimana caramu mengambil buku itu? Bukankah lotengnya sudah aku kunci"

"Aku mendapatkanya bukan dari loteng, bukunya tergeletak di bawah lantai jadi kuambil"

"Berikan padaku!" Sontak kuambil buku krsnapaksa dari tanganya.

"Sebenarnya itu buku apa? Aneh"

"Ssstt! Jangan kau sentuh! Buku ini terkutuk!"

"Hahahaha jangan konyol Queena, ini pasti karena kau terlalu sering menonton film horor"

"Aku serius! Terserah kau percaya atau tidak" Aku pun sontak meninggalkan Kio sendirian.

Ku percepat langkahku menuju loteng, buku itu ku ikat dengan tali rapat-rapat, setelah itu ku letakan di atas meja kecil sudut ruangan.

Ku amati sekeliling sejenak, sejauh ini tidak ada aura negatif apapun, jadi aku pun bergegas keluar dan mengunci ruangan itu. Sedang kuncinya ku letakan tersembunyi dibalik lukisan monalisa dekat ruangan.

Buntu...

Aku hanya berharap semua ini berakhir, aku lelah apalagi jawaban tak kunjung ku temui.





T B C

IndigoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang