Enam tahun kemudian.
Hari berganti hari. Waktu terus berputar tanpa kenal lelah.
Dan tanpa terasa, enam tahun berlalu begitu cepat. Ibarat angin, yang hanya datang menghampiri, dan berlalu begitu saja tanpa permisi.
Kerja kerasnya selama ini membuahkan hasil yang baik. Impiannya untuk menjadi seorang dokter tercapai.
Padahal waktu sekolah dulu, setiap pelajaran yang identik dengan profesinya saat ini, adalah pelajaran yang paling dia benci. Tapi, kini dia menjadi seorang dokter. Dan bahkan diusianya yang masih sangat muda, dibandingkan dengan usia kedokteran yang seharusnya.
Sekarang dia ditugaskan di suatu tempat, yang akan menjadi tempat konsernya Bangtan. Konsernya akan diadakan dalam satu minggu mendatang. Dia akan menjadi sukarelawan di sana. Dia sangat bahagia. Tentu saja ini bukan lagi mimpi, dia bisa menonton konsernya Bangtan, dan pikirnya, itu akan jadi satu-satunya jalan, untuk bertemu dengan idolanya. Park Jimin.
*****
Seminggu berlalu, dan sekarang waktunya konser diadakan. Dan ini adalah hari kedua, hari terakhir dimana konsernya akan berakhir.
Konser mereka hanya berlangsung dua hari disana, dan para dokter yang menjadi sukarelawan di sana hanya diberi kesempatan menonton konser di hari terakhir konser dilangsungkan.Pikirannya melayang jauh, tidak menyangka bahwa Mahakarya Tuhan melalui ketujuh pria tampan ini, sudah ada didepan mata.
Hari terakhir konser adalah hari dimana para ketujuh member akan diperiksa dan diberi vitamin, untuk menambah daya tahan tubuh mereka. Dan di situlah dokter muda ini bertemu dengan para idolanya.
Tanpa disangka tanpa diduga, Jimin menjadi member yang akan diperiksanya saat ini.
Jantungnya serasa ingin lari dari tempatnya. Bagaimana tidak, idolanya sudah ada di depan matanya saat ini. Jujur, jika dia tidak tahu malu, dia akan memeluk Jimin saat itu juga. Tapi tidak, dia hanya sebagai seorang dokter yang sedang menjalankan tugas disana. Lagi pun, Jimin tidak tahu menahu tentang siapa yang ada di depannya saat ini, hanya saja dia tahu kalau itu seorang dokter yang sedang memeriksa dirinya.
"Terima kasih karena telah memeriksaku dengan baik, dan terima kasih juga untuk vitaminnya." Ucap Jimin, ketika Minri sudah selesai memeriksanya.
"Sama-sama" Minri tersenyum manis, sembari membalas ucapan terima kasihnya. Lalu menunduk karena malu.
"Ehm, bisakah aku tahu, siapa namamu?" Jimin mengangkat alisnya dan menatap Minri.
Kepala Minri terangkat. Menatap Jimin keheranan sekaligus kebahagiaan. "Eh, na..namaku Minri. Park Minri" ucapnya terbata-bata. Dia sangat gugup.
"Ooh nama yang bagus. Dan senyummu itu, membuatmu kelihatan sangat cantik dokter." Pujian yang melayangkan hati seorang Minri.
"Ehh, terima kasih." Tidak tahu seperti apalagi raut wajahnya saat ini, Jimin memujinya dengan kalimat singkat yang penuh makna.
"Sekali lagi terima kasih untuk ini, aku pergi dulu. Sampai jumpa lagi." Ucapnya dan mulai berlalu.
Minri tidak menyangka. Jimin menanyakan namanya. Ini seperti mimpi. Dengan suaranya yang begitu lembut, dia menanyakan nama dokter cantik itu. Minri berkenalan dengannya.
Hati Minri berbunga-bunga saat itu juga.
Ternyata sikap Jimin pada kenyataannya memang begitu ramah, dan sangat baik pada semua orang. Dia bahkan mengucapkan terima kasih karena sudah melayaninya dengan begitu baik.
Dan rasanya, dia ingin menggila saat itu juga, dia sangat bersyukur pada sang pencipta, bisa bertatap mata dengan Jimin. Percakapan singkatnya dengan Jimin, tidak akan dia lupakan sampai kapanpun, bahkan sampai mati sekalipun.
Dan mungkin itu adalah kesempatan yang Tuhan berikan untuknya.
Minri bisa bertemu Jimin, walau hanya sesingkat itu.
-bersambung-
Thank you for reading and voment
Seeyuuu🥰
KAMU SEDANG MEMBACA
Dreams Come True
FanfictionPark Minri adalah seorang Army yang begitu mengidolakan dan memimpikan menjadi seorang pendamping hidup sang idolanya merupakan suatu kehaluan tertinggi dan yang paling terindah yang pernah dia rasakan. Menjadi pendamping hidup dari seorang Park Jim...