13. Again

15 1 0
                                    

Minri POV
.

.

.

            Sore itu dengan ditemani sunset yang menampakkan kilauannya, menjadi saksi kebahagiaanku, saat Jimin menyatakan perasaannya. Aku benar-benar merasakan kebahagiaan yang tiada taranya, saat Jimin mengatakan bahwa aku adalah gadis pertama yang meluluhkan hatinya.

Aku tidak menyangka semuanya bisa seperti ini. Aku tidak habis pikir, Tuhan mengabulkan doaku sampai sejauh ini. Seakan-akan aku adalah manusia yang bersih dari dosa, sehingga dia terus mengabulkan doaku.

Malam hari itu, aku ditahan lagi oleh Jimin, dia tidak mengizinkanku pulang lagi, dan harus menginap bersamanya.

Waktu itu, juga sudah menunjukkan pukul sebelas, Jimin sudah larut dalam mimpinya, dan aku belum juga tertidur.

"Aku mencintaimu Park Minri"

Kalimat itu, menjadi kalimat favoritku sejak sore itu. Aku tidak menyangka, Jimin bisa punya perasaan semacam itu padaku. Sungguh, aku sangat bersyukur. Akhirnya aku bisa mengungkapkan perasaanku padanya secara langsung, dan bukan lagi di dalam hati.

Dan itu, sangat mengganggu tidurku malam ini. Aku tidak bisa tidur. Ditambah lagi wajah indah Jimin yang sangat tampan walaupun saat dia sedang tidur. Aku bersyukur aku bisa bersama dengannya sekarang ini.

Aku masih punya satu permintaan lagi, aku ingin hasilnya tidak mengecewakan, dan semoga saja operasinya membuahkan hasil yang baik. Aku berharap Tuhan menyembuhkan Jimin seutuhnya.

Dan aku bersyukur waktu aku sakit dulu, kata dokter nyawaku hampir tidak bisa diselamatkan, tapi Tuhan begitu baik. Dia menyelamatkanku dari semua itu, aku masih diberi kesempatan untuk hidup darinya, sang pencipta.

Apa mungkin ini semua karena Jimin? Aku diberi kesempatan waktu itu, apa karena Tuhan akan mempertemukanku dengan Jimin seperti sekarang ini. Entahlah, aku tidak perduli dengan itu, yang penting sekarang aku bisa bertemu dengannya. Aku bersyukur untuk kesekian kalinya.

*****

Matahari belum juga bersinar, tapi aku harus bangun, memaksa kedua mata harus terbuka. Baru saja tertidur dan karena suara Jimin, memaksaku terbangun sepenuhnya.

Demi apapun, rasa kantuk masih menyelimuti saat itu, dan tidak bisa apa apa lagi, aku harus bangun. Mengingat juga, hasilnya akan keluar pagi ini, jadi tidak perlu untuk terlelap kembali.

Dan benar saja, Jimin sudah tahu tentang itu. Dia membangunkanku karena itu. Katanya akan keluar setengah jam lagi, dan sebagai wali Jimin aku harus siap sedia dengan itu.

Ya, aku dituntut sebagai walinya Jimin. Karena sampai saat ini, keluarganya tidak pernah menampakan batang hidung mereka, barang satu saja. Hanya keenam kerabat dekat Jimin yang sudah pernah datang menjenguknya. Dan aku ditunjuk sebagai walinya.

Jimin memecah lamunanku. "Dok, apa kau baik-baik saja?"

Aku terkejut. "I-iya, aku baik-baik saja. Kau sudah sarapan?"

"Belum, aku ingin kau kita sarapan bersama."

"Euhh baiklah, tunggu sebentar aku akan ambil punyaku."

"Tunggu. Kau tidak usah pergi, kita akan makan sarapanku. Ini!" Kata Jimin, sembari menunjuknya.
Dia mengajakku makan makanan satu piring denganya, aku dan dia makan bersama, ahh ini membuatku gila.

"Kau yang pertama, aku akan meenyuapimu." Jimin menyodorkan makanannya.

"Tidak, memangnya yang sakit siapa huh?"

"Aku. Tapi aku-..,"

"Aku yang akan menyuapimu, dan kau duduk diam di sana." Tegasku.

Jimin hanya menganggukan ucapanku, dia orang yang penurut. Tak lama setelah kami berdua menghabiskan makanannya, dokter Han sudah memanggilku untuk mengambil hasilnya. Dan tidak menunggu hal lain, aku langsung ikut dengannya ke sana. Namun sebelumnya, aku pamit pada Jimin. Dan seyumannya jadi tanda, bahwa dia mengizinkanku untuk pergi.

Tak butuh waktu lama, hasilnya langsung ada ditanganku, bersamaan dengan senyuman kecil dokter Han, menuntunku untuk membukanya. Aku gugup.

Dan setelah aku baca semuanya, aku fokus pada satu kalimat yang mengatakan, bahwa Jimin sembuh. Jimin sudah sembuh seutuhnya.

Aku langsung memeluk dokter Han.
"Do-dokter Han, Jimin sembuh. Jimin sembuh total dok."

"Iya Minri, dia sembuh seutuhnya." Dokter Han juga ikut bahagia mendengarnya.

"Aku harus kekamar Jimin sekarang, dia harus tahu. Aku permisi dokter Han." Aku pamit padanya, dan berlalu ke kamar Jimin.

Sesampainya di sana, aku langsung disambut senyuman Jimin yang khas. Dan tanpa ragu lagi, aku langsung memeluknya, membawanya erat dalam pelukanku. Kemudian dia mulai bersuara.

Jimin mulai kebingungan. "Ada apa dokter? Kenapa kau girang sekali?"

"Kau sembuh Jim, kau sudah sembuh total, dan kau bisa pulang besok. Aku menyangimu Jimin."

"Benarkah, aku sudah sembuh? Aku sudah bisa pulang? Ahh, terima kasih dokter, terima kasih. Aku juga menyayangimu." Jimin juga senang mendengar hasilnya.

"Iya Jim, sama-sama."

"Besok kau harus temani aku pulang dokter." Ucapnya dengan senyuman.

"Iya, aku akan menemanimu."

Dan lagi-lagi, aku mengucapkan syukurku pada yang kuasa, dia mengabulkan doaku untuk kesekian kalinya. Dia menyembuhkan Jimin. Seutuhnya.

Jimin terlihat senang dengan itu. Matanya menyipit sebab dia tersenyum bahagia. Menampakkan paras tampannya di sana.

Dan saat itu juga, Jimin menarikku dalam pelukannya.

Aku sangat bahagia.









-bersambung-

Thank you for reading and voment
Seeyuuu🤣

Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang