15. Mixed

15 1 0
                                    

     Rasa bahagia sekaligus rasa gelisah terus menghantui gadis itu. Satu minggu sudah dia dan Jimin ada dalam satu apartement mewah. Dia tidak mengizinkan Minri pulang barang satu hari saja. Hanya sekedar pulang untuk mengambil barang seadanya, dan kembali lagi ke tempat itu.

Dan entah mengapa kedua rasa itu sudah bercampur aduk dalam benaknya. Merasakan seolah-olah keduanya sudah sangat menyatu dalam diri.

Memaksa untuk tetap terus tersenyum, hingga cairan bening harus mengalir dari dalam matanya tanpa permisi.
Sangat sulit untuk menahan setiap tangisan dibalik senyuman yang terus menampakkan dirinya sepalsu mungkin.

Senyumannya, tawanya, candanya, serta bahagianya pun itu semua palsu. Dan entah sejak kapan semuanya itu mulai bertamu dalam kehidupannya.

Dan untungnya, selalu ada satu orang malaikat penyelamat dalam hidupnya. Park Jimin. Lelaki yang selalu menjadi penyemangat hidupnya. Lelaki yang terus mendukungnya dalam segala hal apapun sekarang, dan orang yang berperan penting dalam kehidupannya sekarang ini. Bayangkan saja jika pria bersuara merdu itu tidak hadir dalam dunianya, pasti kehidupannya akan lebih hancur lebur lagi dari pada ini.

Hingga suara lembut seorang lelaki memecah lamunan panjangnya. "Minri, kau sedang apa?"

"Eh, Jimin. Tidak, aku sedang tidak apa. Kenapa kau tiba-tiba datang kesini, ada apa?" Gadis itu terkejut dengan kedatangan lelaki yang sangat familiar dimatanya.

Dia membalasnya dengan senyuman sebelum bersuara. "Tidak juga, aku hanya ingin melihat keadaanmu disini. Dan aku-..," Perut Jimin mengeluarkan suara yang memecah atensi Minri sepenuhnya.

"Lapar. Kau laparkan? Perutmu mengatakan yang sebenarnya." Celetuk Minri yang beranjak dari tempat duduknya.

Jimin termangu. "I-iya kau benar, aku lapar. Aku ingin makan masakanmu." Wajah cute Jimin membujuknya, dan sudah pasti  meluluhkan hatinya.

Wajah bahagia Minri terpancar  bagaikan matahari yang bersinar terik menyinari bumi. "Ayo kita ke dapur, aku akan memasak untukmu."

Dan sepersekon berikutnya lelaki bersurai gelap itu menarik tangan Minri, membawa tangan indah itu ke dalam genggaman hangatnya.

Minri tidak hanya pandai dalam dunia kesehatan, tapi dia juga pandai dalam hal masak memasak. Bahkan tak butuh waktu lama, makanan yang dimasaknya sudah tertata rapi di atas meja. Serta merta dengan reaksi Jimin yang masih sama seperti sebelumnya.

Kagum dan bahagia.








-bersambung-

Thank you for reading and voment
Seeyuu 🥰

Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang