12. Today

18 1 0
                                    

Minri POV
.

.

.


Seminggu berlalu meninggalkan sedikit kenangan indah. Hari ini aku terus memanjatkan doaku, hari ini hari operasi Jimin. Aku harap semuanya bisa berjalan sesuai kehendak sang pencipta. Aku terus berharap dia sembuh total dari penyakit itu.

Sehari sebelum operasinya, Jimin menyuruhku untuk menginap bersamanya malam itu. Dia tidak mengizinkanku pulang. Dan itu kali keduanya aku ada dalam satu kamar dengannya.

Padahal di rumah sakit, ada kamar yang disediakan jika para dokter atau perawat akan menginap. Tapi tidak dengan Jimin. Sudah dua kali dia melarangku untuk tidur di tempat lain, katanya aku harus tidur satu kamar dengannya.

Jujur, saat dia melarangku untuk pulang, aku merasa menjadi salah satu orang penting dalam hidupnya. Rasanya kami sudah sangat dekat, rasanya aku sudah menjadi bagian dari keluarganya, dan aku harap itu bisa jadi kenyataan.

"Dok, jam berapa operasiku dimulai? Aku ingin cepat sembuh dokter." Jimin kebelet operasi karena ingin sembuh secepatnya.

"Tunggu sebentar lagi, dokter Han dan timmnya sedang menyiapkan semuanya."

"Setelah aku selesai dioperasi, apa aku akan segera sembuh?" Mendengar pertanyaan Jimin, hatiku seperti ditusuk duri, sakit sekali jika mendengar pertanyaannya itu.

"Semuanya tergantung dari yang diatas. Tuhan sudah mengatur setiap jalan kehidupan kita masing-masing, dan kau juga harus banyak berdoa, kami juga selalu mendoakan kesembuhanmu Jim." Hanya itu yang bisa jadi jawabanku dari pertanyaannya.

"Terima kasih dokter, kau menguatkanku sekarang." Balasnya

"Sama-sama."

"Aku akan selalu menguatkanmu Jim, karena aku sangat menyayangimu melebihi diriku sendiri. Dan maaf, karena belum bisa mengatakan ini secara langsung padamu."

*****

Tak butuh waktu lama, Jimin dibawa ke ruang operasi. Aku menemani Jimin dalam perjalanan menuju ruang operasi.

Genggaman erat tangan Jimin semakin membuat hatiku hancur, seakan-akan ini adalah saat terakhirku bersama Jimin.

Dan kami pun sampai di sana, Jimin dibawa masuk ke dalam, dan aku hanya bisa menunggunya diluar ruangan. Sayangnya dokter Han tidak mengijinkanku untuk menjalani proses operasi itu, padahal sebelumnya aku yang selalu diandalkannya dalam hal ini. Tapi kali ini tidak, wanita paruh baya itu benar, aku tidak akan sanggup menjalaninya. Dan hanya akan ada air mata, jika aku ada di dalam sana.

Jimin mulai menjalani operasinya, aku terus berdoa untuk kesembuhannya.

Aku tidak tahu rencana Tuhan selanjutnya, tapi aku tahu Tuhan selalu mendengar setiap doa umatnya, Tuhan pasti menyembuhkan Jimin. Dia pasti sembuh, aku yakin itu.

Sementara aku sedang memanjatkan permohonan, dari kejauhan tampak keenam pria dengan paras yang tampan, bersetelan cool yang sudah tidak asing lagi dimataku. Dan benar saja, mereka adalah member Bangtan, sekaligus sahabat Jimin.

"Selamat sore dokter." Keenamnya memberiku salam secara bersamaan.

"Selamat sore, silahkan duduk."
Aku sangat gugup. Ini nyata,  Tuhan mempertemukanku dengan keenam member lainnya. Member Bangtan.

"Apa operasinya sudah selesai dok?" Tanya salah satu member, namanya Kim Seokjin.

"Operasinya sudah berjalan sejak satu jam yang lalu, dan mungkin akan selesai sebentar lagi." Aku menjawab pertanyaannya. Aku harus profesional sebagai seorang dokter, tidak boleh gugup lagi.

Dreams Come TrueTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang